DUA PULUH TIGA - HI, STEVE!

2.1K 105 7
                                    

DUA PULUH TIGA - HI, STEVE!

          AKHIRNYA tiba juga saat yang sudah kunanti-nantikan selama kurang lebih tiga minggu ini. Yep, apalagi kalau bukan bertemu dengan Steve, manusia pemalu yang terus melarikan diri dariku. Satu-satunya lelaki yang membuatku penasaran setengah mati, padahal ajakanku sudah ditolak berkali-kali!

Sabar sekali 'kan aku ini? Tapi yang namanya usaha pasti akan membuahkan hasil! Seperti hari ini, yang akan terus kuingat sebagai tanggal bersejarah kami. 7 Juli 2016.

Aku tiba lebih awal dari Steve berkat Kak Suzen yang berbaik hati mengantarku menggunakan motor matic-nya. Kalau bukan karena bantuannya, mana mungkin aku bisa sampai di sini. Lagipula, aku heran mengapa Steve tidak menawarkan diri untuk menjemputku.

Ting!

Sebuah notifikasi LAIN muncul di layar ponselku. Itu pasti Steve!

Steve : Hai, kamu udah nyampe?

Steve : Ada yang ngantarin?

Tuh kan, benar tebakanku. Hehe.

Rika : Udah, kok.

Rika : Kamu langsung naik ke lantai 2 aja ya.

Rika : Aku ngambil tempatnya di dekat tangga naik, kok.

Rika : Agak pojok sih, nggak masalah 'kan?

Steve : Oke, deh. Kalau gitu aku nyari parkiran dulu.

Steve : Tunggu sebentar, ya?

Rika : Iya, hehe.

Rika : Jangan kelamaan, ya. Hehe.

Rika : Malu duduk sendirian.

Rika : Dilihatin mulu sama orang. Jadi awkward.

Duh, duh! Steve sudah tiba di sini, bagaimana ini! Aku panik, jantungku langsung berdebar. Belum apa-apa aku sudah salah tingkah!

Aku menarik napasku dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Aku harus tetap tenang, panic attack tidak boleh melandaku di saat penting seperti ini.

Sampai akhirnya mataku menangkap sesosok pria yang dari belakang tampak seperti Steve. Apa jangan-jangan itu memang dirinya? Astaga, aku semakin dekat dengannya. Bagaimana ini?

Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Aku harus memberanikan diri, sejak semula aku memang sangat ingin berjumpa dengannya. Mengapa sekarang aku harus merasa malu? Sudah terlambat, Steve sudah tiba di sini. Mau tidak mau, aku harus menghadapinya.

"Steve!" panggilku sedikit canggung, aku melambaikan tangan di udara. "Sini!"

Detik itu juga, tatapan mata kami saling mengunci di udara. Cukup lama, hingga akhirnya kami berdua salah tingkah dan sama-sama tertawa.

Steve berdeham, seakan menyingkirkan sesuatu yang menyekat di tenggorokannya—atau lebih tepatnya, berusaha stay cool. Dia menarik kursi dan duduk persis di hadapanku.

"Halo, Rika," sapa Steve akhirnya setelah kami diam beberapa saat, hanya saling tatap-menatap. "Em... mau pesan dulu? Kamu mau nitip aja biar aku yang antre?"

Wajahku bersemu merah. Oh, sial. Apakah Steve menyadarinya? Pertemuan macam apa 'sih ini? Kenapa awkward sekali?!

"Eh, em... aku nitip kamu aja, deh. Cheese burger yang paket, ya. Minumannya aku nggak mau soda, diganti fruit tea no ice, hehe." Aku mengeluarkan dompet dari dalam tas dan menyodorkan selembar uang seratus ribu. "Ini uangnya, sekalian bayarin punya kamu."

Tunggu, tunggu.

Kalian pasti bisa menebak drama apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Eh, nggak perlu. Simpan aja uang kamu," tolak Steve sopan. "Pakai punyaku aja. Biar aku yang traktir."

"Nggak usah, Steve. Ini, ambil punyaku."

Steve buru-buru mengembalikan uangku. "No, no. Biar aku."

"Steve, nggak apa. Pakai uangku aja," ucapku, mendorong kembali uang seratus ribu itu padanya. "Anggap sebagai ucapan terima kasih aku, karena kamu udah mau ketemuan hari ini."

Steve menggeleng sebagai penolakan. "Nggak, Rika."

Aku mendorong lagi. "Sesekali aja, kok, Steve."

Steve balas mendorong. "Iya. Justru karena sesekali, biar aku aja, Rika."

"Oke, deh. Kalau begitu biar kamu aja." Aku akhirnya menyerah. Ribet, daripada kelamaan terlibat drama sodor-menyodor, lebih baik aku mengalah. Toh, hitung-hitung hemat expense juga.

"Nah, gitu dong. Hehe." Kedua ujung bibir Steve menarik seulas senyuman. Imut sekali. "Kalau gitu, kamu tunggu di sini. Biar aku yang antre di bawah. Nggak masalah 'kan kalau kutinggal sebentar?"

"Sip! Thank you, Steve." Aku berterima kasih dan balas tersenyum. Ini adalah hari yang takkan pernah kulupakan. Lucu dan aneh sekali rasanya, berkesempatan bertatap muka dengan orang yang selama tiga minggu ini bersembunyi dariku dan muncul tepat sehari sebelum aku pulang ke kota asalku. Tentunya, setelah pertemuan kami berlalu, aku akan memastikan sesuatu. "Kutunggu, ya!"

***

Sampai di sini dulu, teman-teman. VOTE ya! Maaf pendek, lagi-lagi kepikiran untuk stop ceritanya. Huhu. Sebelum itu, ayo coba cek dulu, pasti dari kalian ada beberapa yang belum follow author, 'kan? Yuk, luangkan sejenak waktu kalian untuk follow Heyitsdeff

Kenapa harus follow? Karena aku berencana untuk menulis cerita lain dalam waktu dekat, jadi kalian akan dapat notif kalau aku up story-nya! Thank you!

You're My ObsessionWhere stories live. Discover now