TUJUH BELAS - OH... STEVE!

4.8K 107 6
                                    

TUJUH BELAS - OH... STEVE!

SORE itu ketika aku dan Chris sudah puas berjalan-jalan di Mall Ciputro, kami akhirnya pamit terlebih dahulu pada Kelvin dan yang lainnya karena Om Santo sudah datang untuk menjemput. Katanya sih Om Santo mau mengajakku dan Chris pergi ke suatu tempat. Aku jadi penasaran akan dibawa ke mana.

"Kita mau dibawa ke mana sih, Om?" tanyaku pada Om Santo yang tengah duduk di balik setir. "Mau dijual, ya?"

Om Santo terbahak. "Ada-ada aja kamu ini, Rika."

"Rika, lo lagi mau dibawa ke rumahnya Steve," celutuk Chris menjulurkan lidahnya ke arahku. "Biar langsung diseleksi sama Om Santo."

"Steve yang mana, Chris?" tanya Om Santo penasaran.

Wah, wah. Bahaya kalau sampai Om Santo kepo, kenalannya banyak di kota ini!

"Itu loh... anaknya Om Kiyong. Yang tinggal di Harapan Raya juga. Yang Papanya tinggi," jelas Chris menunggu Om Santo merespons.

"Oh... Steve yang itu!" Om Santo beroh-ria. "Astaga, kalau anaknya Kiyong mah, kita kenal dekat! Aduh aduh, ayo kita ke rumahnya sekarang. Kita samperin Kiyong. Masa anak gadis mau ketemu anak lakinya aja susah. Sombong benar anaknya!"

Aku buru-buru menanggapi. Jangan sampai benar-benar dibawa ke rumahnya Steve untuk bertemu dengan Papanya. Oh, aku belum siap nyali. "Jangan! Malu aku, Om! Masa langsung ketemu sama Papanya. Takuttt!!!"

"Enak langsung ketemu dong, Rika. Apa salahnya coba ketemuan dulu sama calon mertua, hahaha," tawa Chris pecah, memang mengejek itu sudah menjadi bakat alaminya. Em, soal Steve, sepertinya Om Santo memberitahukan Chris perihal diriku yang sempat mengatakan bahwa aku menyukai Steve.

Tapi... Chris tidak apa-apa, 'kan?

Dia tidak mungkin menyukaiku.

Rasanya tidak enak saja terus-terusan membahas nama Steve di depan Chris. Terdengar... aneh saja.

"Itu, Chris. Kemarin Rika bilang dia suka sama Steve. Jadi Om penasaran Steve yang mana, nggak tahunya anaknya Kiyong. Bagus dong kalau mereka berdua benaran jadian. Makin dekat Om sama Kiyong," jelas Om Santo terkekeh. "Nggak nyangka, ponakan-ponakan, udah pada dewasa aja. Rasanya kemarin Rika masih kecil, sekarang udah ngerti cinta-cintaan. Nggak lama lagi udah bisa married."

Aku membantah. Huh! Married mah masih lama. Kuliah aja belum, mau married segala. "Nggak, ah. Cuma temanan biasa doang. Baru kenal-kenalan aja, mana ada sampai mau pacaran begitu. Masih lama, Om! Dia aja nggak mau ketemu sama aku. Gimana mau dekat segala, belum ketemu masa sudah cinta."

"Iya kalau begitu harus ketemu," ujar Om Santo dengan entengnya.

Aku gigit jari. Huhu, Om Santo belum tahu saja usahaku mengajak Steve untuk bertemu. "Kan dianya pemalu. Gimana dong."

Om Santo meraih ponselnya dan memberikannya pada Chris. "Kamu cari di handphone, namanya Kiyong."

"Jangan!!!" tolakku panik seperti kebakaran jenggot. "Malu loh, Om. Nanti dikiranya Steve, aku tergila-gila sama dia."

"Hayo... ditelpon nih," ganggu Chris. "Telpon calon mertua."

"Udah, ah! Sebel. Dari kemarin diejekin mulu. Awalnya sama Chris, sekarang kok pindah ke Steve. Besok-besok ke siapa?" Aku melipatkan kedua tangan di depan dada, cemberut. Ih, sebel diisengin mulu. Lagian kenapa bisa sih, sampai Om Santo kenal orangtua Steve? Memangnya Pekanbaru sesempit itu? Jadi ribet, deh, sekarang. Oh, oh, astaga, rupanya mau dibawa ke rumah Steve.

Mama, rasanya aku mau pulang ke Batam aja!

***

Sampai di sini dulu, teman-teman. VOTE ya! Sebelum itu, ayo coba cek dulu, pasti dari kalian ada beberapa yang belum follow author, 'kan? Yuk, luangkan sejenak waktu kalian untuk follow @heyitsdeff

Kenapa harus follow? Karena aku berencana untuk menulis cerita lain dalam waktu dekat, jadi kalian akan dapat notif kalau aku up story-nya! Thank you!

You're My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang