EPILOG

4.5K 54 4
                                    

KENANGAN

Pada akhirnya, aku harus melepaskan tangisan saat air mata tak sanggup lagi kutahan.

Pada akhirnya, aku harus melepaskan gandengan saat tangan tak sanggup lagi menggenggam.

Pada akhirnya, aku harus memutuskan saat perasaan tak sanggup lagi disembunyikan.

Pada akhirnya, kita dua insan yang awalnya saling mencinta, pun harus berpisah.

Inilah akhir kisah cinta kita.

Awalnya, kupikir kita akan bersama selamanya, tapi ternyata aku salah. Kenapa aku bisa salah, padahal aku sudah sangat yakin mula-mula?

Kenapa kita harus bersama, jika pada akhirnya kita hanya saling menyakiti saja?

Maafkan aku atas semua kesalahanku, mungkin keputusanku membuatmu marah. Mungkin berakhirnya hubungan kita membuatmu sangat membenciku, tapi ingatlah, aku selalu menyebut namamu dalam doaku, aku selalu menceritakan betapa baiknya dirimu di tiap kesempatanku, dan aku akan selalu mengingatmu di sepanjang langkahku.

Aku begitu mencintaimu, sampai aku tak tahu bagaimana harus memulai dan menjalani hari-hariku tanpamu. Naifnya aku, lambat menyadari seberapa berharganya dirimu di sisiku. Seberapa aku menyesal ketika akhirnya kusadari kamu sudah benar-benar tak lagi di sampingku. Aku merasa begitu hancur, aku merasa bodoh. Hei, maafkan aku, ya?

Maaf aku sudah membuatmu sangat patah hati pada waktu itu, sampai kini mendengar namaku saja kamu tidak mau. Mungkin bagimu fatalnya kesalahanku sudah tak dapat lagi diadu. Akulah pemenang atas semua kejahatan dan kesakithatian yang menimpamu, akulah yang menyebabkan rasa percayamu hancur dan hanya tersisa debu.

Mula-mula, aku marah kepada diriku sendiri. Kenapa aku melepaskanmu? Kenapa aku mengingkari janji yang sudah kuucapkan padamu? Kenapa saat kita bertemu emosiku selabil itu? Kenapa aku tidak memperjuangkanmu sebagaimana kamu memperjuangkanku pada saat itu? Kenapa? Hanya kenapa lah yang saat itu muncul di benakku.

Kini, saat kupikirkan semuanya kembali, aku hanya bisa tersenyum dan berbisik pada diriku sendiri. Bahwa aku bisa melewati ini, bahwa aku bisa melupakanmu suatu hari nanti. Bahwa aku, yang saat itu terus menangisimu, pada akhirnya bisa bangkit berdiri dan menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Terima kasih karena sempat mencurahkan seluruh cintamu padaku.

Terima kasih sudah mengajarkan aku apa artinya perjuangan itu.

Terima kasih sudah membuatku sadar betapa aku mencintaimu.

Terima kasih untuk semua kesedihan yang tak pernah aku selali.

Terima kasih untuk segala pelajaran yang sungguh berharga ini.

Jikalau engkau bertanya, kapan aku akan melupakanmu? Jangan khawatir, aku akan terus berusaha setiap harinya, walau sepertinya akan memakan waktu yang cukup lama karena kamu selalu memiliki ruang di hatiku ini. Tenang, aku tidak akan merepotkan.

Aku juga tidak akan menganggu hubunganmu dengan kekasih barumu. Aku tidak sekejam itu. Aku hanya ingin menikmati semua kisah ini sembari hatiku melangkah pergi, meninggalkan semua kenangan di belakang sementara tubuhku terus bergerak ke depan.

Jadi, aku benar-benar akan pergi setelah ini. Tolong jaga dirimu, ya? Jangan biarkan ada orang lain yang menyakitimu selain aku. Cukup aku dan penyesalanku.

Aku akan bangkit dan melupakanmu, sebab tenggelam dalam keadaan terpuruk benar-benar menyiksaku, membuat hari-hariku seperti sedang berjalan di atas tumpukan paku.

Jangan hiraukan aku.

Aku akan bahagia lagi.

Dengan caraku.

Biarkan waktu yang membuatmu memaafkan diriku.

Aku pamit.

Sayang.

Selamat tinggal.

Aku mencintaimu.

Sepenuh hatiku.

***

You're My ObsessionWhere stories live. Discover now