SEMBILAN BELAS - FAMILY DINNER

2.3K 99 2
                                    

SEMBILAN BELAS - FAMILY DINNER

SESUAI dengan rencana Om Rudi yang hendak mengajak sekeluarga makan malam bersama berhubung kedatanganku yang katanya spesial ini, kami serombongan tiba di restoran kenamaan Pekanbaru yang menyajikan makanan khas Chinese dan eits... tentunya halal dong.

Begitu melangkah mendekati pintu masuk, para pelayan yang sudah berjaga langsung membukakan pintu dan menyambut kami dengan ramah. Dibawanya kami ke sebuah meja bulat yang dilapis kain beludu merah bermotif ukiran-ukiran bunga. Terdapat papan kecil bertuliskan "reserved" di atas meja, yang dengan sigap diambil oleh sang pelayan.

"Mari, Bu, Pak, silakan duduk," kata sang pelayan, membungkukkan badannya, lalu memberikan beberapa buku menu dan menanti di samping kami untuk mencatat pesanan.

"Sesuai dengan pesanan yang tadi siang saya telepon, ya," pesan Om Rudi pada sang pegawai. Ho, semua memang telah dipersiapkan oleh Om Rudi dengan baik. Keren sekali.

"Baik, Pak. Untuk minumannya?"

Satu per satu mulai menyebut nama-nama minuman yang diinginkan, mostly sih air mineral. Hanya aku yang memesan jus alpukat dan Feri memesan jus semangka. Maklum, keluarga Om Rudi memang sangat menjaga kesehatan. Jadi nggak heran semuanya justru lebih suka air putih daripada minuman berkarbonasi.

"Jadi, Rika. Gimana seminggu ini di Pekanbaru? Seru?" tanya Om Rudi yang pembawaannya sangat ramah dan menenangkan. "Udah jalan-jalan ke mana aja? Nanti kalau Om nggak sibuk kerja, bawa jalan-jalan, ya. Kalau memang nggak sempat, nanti minta Kak Natalis dan Kak Ruth temanin."

Aku tersenyum simpul, mengucap syukur disambut hingga sehangat ini. "Nggak perlu repot-repot, Om. Udah dikasih nginap, diajak jalan, semua serba lengkap selama liburan ini, Rika udah sangat bersyukur dan berterima kasih."

Tante Yuli yang duduk di sampingku, menepuk bahuku pelan. "Nggak apa. Anggap saja keluarga sendiri. Lagipula kalau kita sekeluarga ke Batam, Mama dan Papa kamu selalu menyambut kedatangan kita."

"Iya. Santai aja kamu, Dek. Anggap aja keluarga sendiri." Kak Natalis menimpali. "Mama kamu tuh, setiap kita datang ke Batam, benar-benar welcome banget, lho."

Bibirku terangkat membentuk sebuah senyuman. Bahagia sekali rasanya disambut baik oleh keluarga Om Rudi maupun Om Santo. Kami semua sangat menikmati obrolan malam hari ini, saling bersenda gurau, bertukar cerita, hingga tanpa sadar jus alpukatku yang awalnya masih penuh pun hanya tinggal setengah.

"Kamu udah punya pacar belum, Rika?" tanya Om Rudi mendadak, membuat tenggorokanku hampir tersedak jus.

"Belum. Tapi ada yang Rika sukai," jawabku jujur. Apa salahnya menyembunyikan perasaan? Kalau suka 'kan tinggal bilang.

Feri langsung berdeham, tersenyum ke arahku. "Feri tahu siapa yang Rika suka. Teman sekolahnya Feri."

"Oh, siapa?" Tante Yuli mulai kepo. "Ganteng, nggak?"

"Lumayan ganteng, kok," ungkap Feri mesem-mesem nggak jelas. "Sayangnya terlalu pemalu. Masa mau ketemu Rika aja sampai nggak berani."

Kak Ruth tergelak. "Ada-ada aja ABG zaman sekarang. Malu-malu kucing. Emangnya siapa, sih? Jangan-jangan kita sekeluarga kenal. Bisa langsung dijodohkan, tuh."

"Steve," celutuk Feri dengan santainya. "Anaknya Om Kiyong. Yang tinggal di daerah Harapan Raya itu, lho. Temannya Papa."

"Oh... astaga, itu mah Papa kenal!" Om Rudi beroh-ria. "Wah, boleh, boleh. Kalian bukan cinta monyet, 'kan? Harus serius lho kalau benar-benar mau menjalani, nggak boleh sebentar aja udah putus. Nanti kita segan sama Papanya."

"Masih teman biasa aja, kok." Aku tersenyum canggung sembari menggaruk tengkukku yang tak gatal. Agak malu ditodong pertanyaan "cinta monyet" begitu.

"Steve ya?" Kak Ruth berpikir sejenak. "Em... Steve yang... Steve saudaranya Cindy? Teman Kakak pas SMA?"

Aku tidak tahu mereka sedang membahas apa dan siapa, yang jelas ini semua berhubungan dengan sanak-saudara Steve. Apakah memang Pekanbaru sesempit itu? Sampai mereka semua saling mengenal?

"Ho-oh. Steve yang itu."

Kini gantian Kak Ruth yang beroh-ria. "Oh, astaga! Tuh kan, emang orang-orang dekat kita juga. Kenapa dia sama kamu, Dek? Malu-malu kucing? Nggak mau ketemuan? Biar Kakak antar kamu ke rumahnya. Atau mau ke rumah saudaranya? Kakak kenal sama neneknya, dulu guru les mandarin kami. Besok kita samperin neneknya sama tantenya."

"Eh, serius, Kak?" Aku bengong. Benaran, nih, sampai senekat itu?

"Serius dong. Tenang aja. Serahkan segala urusan percintaan ke Ruth!" tawa Kak Ruth begitu bahagia. Wah, aku yang senang sama Steve, kenapa malah saudaraku yang excited?

"Ya udah, kita bahas Steve nanti lagi. Yuk, kita mulai makan," ajak Kak Natalis saat sang pramusaji mulai mengantarkan satu per satu makanan yang menggugah selera. "Nanti keburu dingin, jadi nggak nikmat."

Oke, deh. Lupakan sejenak soal Steve. Ketemu atau nggak, itu urusan belakangan. Yang penting sekarang, urusan perut diselesaikan dahulu. Haha.

Aku menelan ludah melihat makanan yang tersaji di hadapanku. Wow, hampir semua adalah makanan kesukaanku. Mulai dari sotong goreng tepung, ayam telur asin, sup asparagus, kangkung belacan, jamur goreng, hingga ikan goreng tauco. Benar-benar kenikmatan yang tiada tara!

Wah, wah. Terima kasih banyak Om Rudi beserta keluarga yang telah mengajakku ke dinner istimewa ini! Sekarang saatnya kita makan dengan lahap! Eits, sebelum makan jangan lupa berdoa dulu, ya!

***

Sampai di sini dulu, teman-teman. Selamat beraktivitas, ini tak kasih bacaan dulu supaya harinya nggak bosen. VOTE ya! Sebelum itu, ayo coba cek dulu, pasti dari kalian ada beberapa yang belum follow author, 'kan? Yuk, luangkan waktu untuk follow @heyitsdeff (tap aja di sini)

Kenapa harus follow? Karena aku berencana untuk menulis cerita lain, jadi kalian akan dapat notif kalau aku up story-nya! Thank you!

You're My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang