08.50PM

13.3K 1.3K 64
                                    

Senin, 27 Mei, 08.50PM

Matthew Bennet.

Berbagai kenangan menghampiri benakku selagi jari-jariku menyusuri tiap huruf yang kuukir pada awal musim semi tahun lalu. Ada alasannya kenapa aku mengukir namaku sendiri di meja yang kugunakan. Pertama, agar aku tak melupakan siapa aku. Ini penting, sebab ada beberapa orang di sekolahku yang suka mengganti nama orang dengan kata ganti apa pun yang mereka inginkan, misalnya bodoh, idiot, atau pecundang.

Alasan kedua, namaku adalah pemberian mendiang kakekku, yang merupakan satu-satunya orang yang kuhormati sepanjang enam belas tahun hidupku. Dengan mengukir namaku di tempat yang kulihat selama lebih dari dua belas jam, enam hari seminggu, aku merasa beliau mengawasiku entah dari mana, dan itu membuatku--terkadang--merasa lebih baik.

Aku menarik tanganku dari atas meja dan mengerutkan alis. Sekarang sudah jelas kalau gedung ini merupakan gedung sekolah yang kutempati hingga akhir tahun lalu sebelum kami semua dipindahkan ke beberapa sekolah lain lantaran gedung ini akan dihancurkan. Kenapa kira-kira si penculik membawaku ke sini? Apa lantaran lokasinya yang cukup terpencil dan jauh dari keramaian?

Di sekitar gedung ini memang hanya ada gedung perkantoran yang sudah tutup sejak pukul enam sore--mereka bahkan selesai bekerja lebih awal daripada kami yang masih berusia sekolah--tapi ada beberapa gedung terbengkalai lainnya di dekat taman kota, jadi ini sedikit janggal bagiku, sebab tempat ini berjarak sekitar empat puluh menit dari taman kota. Di tengah-tengah pemikiranku yang sia-sia, tiba-tiba terdengar suara seorang pria entah dari mana.

"Karena orang terakhir sudah bangun, sekarang kita bisa mulai bermain."

Aku melirik kedua speaker yang terpasang di sudut ruangan. Pasti itu sumber suara yang kudengar barusan, jadi besar kemungkinan orang yang barusan berbicara, atau si penculik, menurut asumsiku, berada di ruang penyiaran--tempat yang digunakan oleh klub radio atau para guru ketika mereka ingin membuat pengumuman yang harus didengar oleh seluruh murid.

"Kalian semua berada di sini untuk satu alasan yang sama."

Keningku berkerut begitu mendengar kata 'kalian'. Mungkinkah ada orang lain yang dia culik selain aku di tempat ini? Tapi aku tak sempat berpikir terlalu banyak lantaran ponsel di tanganku mendadak bergetar pelan. Ketika aku menunduk, ada satu pesan baru di layar, dan isinya membuatku tercengang.

Kalian semua membunuh seseorang tahun lalu.

Memories of a Name [SUDAH TERBIT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें