09.30PM

5.6K 790 5
                                    

Senin, 27 Mei, 09.30PM

Aku menyorotkan senter di ponsel menyinari gembok yang terpasang di pintu keluar. Rasa takut bergejolak di dadaku, begitu kuat hingga membuatku sulit bernapas. Rasanya seakan seluruh harapan untuk kabur menguap tak bersisa, meninggalkan jiwaku dalam kehampaan. Seharusnya aku tahu kenapa penculik itu begitu penuh percaya diri. Tentu saja dia sudah mengunci pintu keluar. Jika dia berniat membiarkan kami melarikan diri dengan mudah, maka dia tak perlu repot-repot menculik serta membawa kami ke gedung ini.

Aku menggeleng kuat-kuat, berusaha memompa kembali semangatku. Meski tak bisa keluar, bukan berarti aku pasti mati di sini. Penculik itu sendiri yang bilang kalau kami hanya perlu bertahan hidup hingga batas waktunya berakhir. Bukankah itu berarti dia akan melepaskan kami setelah sepuluh jam? Oleh sebab itu, aku tak bisa hanya diam di sini dan menunggu dia, atau mereka, menemukanku. Aku harus bersembunyi sebab cara pertama yang dia sebutkan tak mungkin untuk kulakukan. Mustahil untuk memberikan nama yang dia minta di saat aku tak pernah membunuh siapa pun.

Sekarang, pertanyaannya adalah, apa aku juga perlu sekaligus mencari orang lain yang dia culik? Mungkin itu ide bagus. Kehadiran orang lain bisa mengurangi tingkat ketakutanku, sebab bagaimanapun situasi ini terlalu berat untuk dihadapi sendirian. Aku juga separuh berharap orang lain akan dapat memikirkan cara untuk melarikan diri--barangkali mereka tahu bagaimana cara memecahkan kaca jendela tanpa memancing kedatangan si penculik.

Aku menarik napas dalam-dalam kemudian mengayunkan kaki, meninggalkan pintu keluar nomor satu. Sebenarnya, aku cukup kecewa lantaran tak sempat bertemu dengan orang yang kucari. Dari sini, aku sudah tak tahu lagi harus ke mana mencarinya, sebab dia bisa berada di mana pun. Mungkin dia sudah bersembunyi di suatu tempat--dan gedung ini memiliki banyak ruangan jadi mencarinya di tiap ruangan satu per satu akan memakan terlalu banyak waktu. Atau bisa juga dia mencari pintu keluar yang lain--kalau dia tahu soal itu.

Bagaimanapun, sepertinya strategi terbaikku untuk saat ini adalah melupakan orang tadi dan mencari tempat persembunyian yang aman, sambil berharap menemukan korban penculikan yang lain--kalau ada. Namun, pertama-tama aku harus memastikan apakah kedua pintu keluar yang lain juga dikunci atau tidak--sepertinya aku sudah tahu jawabannya tapi siapa tahu aku salah. Untungnya, aku cukup yakin kalau aku masih ingat rute menuju ke sana, dan kalau beruntung mungkin aku akan menemukan seseorang di pintu nomor dua atau tiga.

Memories of a Name [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now