08.57PM

10.4K 1.2K 62
                                    

Senin, 27 Mei, 08.57PM

Pasti ada kesalahan.

Orang itu pasti keliru mengiraku sebagai orang lain, sebab aku sangat yakin kalau aku tak pernah membunuh siapa pun. Jika itu benar, bagaimana mungkin aku tak mengingatnya? Membunuh seseorang bukan pengalaman yang dapat kau lupakan begitu saja.

"Saat ini kalian pasti sudah membaca pesan yang muncul di ponsel yang kuberikan." Pria itu kembali berbicara. Suaranya bergema di seantero ruangan kelas, menciptakan atmosfer yang terasa mencekam lantaran tempat ini sangat sunyi. "Kalian mungkin berpikir ini kesalahan, tapi itu hanya menunjukkan ketidakpedulian kalian bahkan setelah melenyapkan nyawa seseorang. Jadi hari ini aku ingin kalian mempelajari bahwa setiap, camkan kata-kataku, setiap nyawa berharga."

Aku menoleh ke sekelilingku, mencari-cari kamera tersembunyi. Mungkinkah ini adalah bagian dari semacam acara TV? Aku tak pernah berminat mengikuti acara TV apa pun, tapi bisa saja mereka kebetulan memilihku sebagai peserta. Harapan yang dibuat-buat, aku tahu, tapi masih lebih baik daripada terjebak bersama penculik sungguhan.

"Sekarang aku akan menjelaskan peraturan bermainnya. Untuk bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup, kalian hanya perlu memenangkan permainan ini. Kalian memiliki dua cara. Pertama, beri tahu aku nama orang yang kalian bunuh. Untuk melakukannya, kalian bisa menghubungi satu-satunya nomor yang tersimpan di ponsel yang ada di tangan kalian. Jika kalian ingin mencoba meminta pertolongan, itu tak ada gunanya, sebab ponsel itu hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi denganku."

Begitu mendengar itu, aku jadi teringat akan nomor yang tersimpan di ponsel dengan nama 'Victor'. Artinya pemilik nama itu adalah orang yang menculikku? Untung saja aku tak jadi meneleponnya tadi. Ucapannya juga sekaligus menjelaskan kenapa aku tak bisa menghubungi siapa-siapa--meski aku tak punya ide bagaimana dia bisa membuatnya seperti itu.

"Kedua, bersembunyilah dariku hingga batas waktu permainan ini berakhir, sebab begitu aku menemukan kalian, maka kalian akan mati saat itu juga, dan tentu saja itu berarti kalian kalah." Dia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Kalian memiliki waktu sepuluh jam, dimulai dari sekarang."

Aku melirik jam di ponsel. Pukul sembilan tepat. Karena si penculik tak mengatakan apa-apa lagi, aku menyimpulkan kalau dia sudah selesai mengatakan semua yang ingin dia sampaikan, jadi aku segera menganalisis pilihan yang kumiliki. Cara pertama mustahil untuk kulakukan, jadi aku hanya bisa mengambil pilihan kedua--bersembunyi dari si penculik. Bukannya itu mudah, tapi setidaknya masih lebih mungkin untuk dijalankan daripada memberinya sebuah nama.

Atau, barangkali aku dapat membuat pilihan ketiga?

Kendati sedikit tak yakin, tapi barangkali itu patut dicoba. Ketegangan yang mendadak melingkupiku mengakibatkan jantungku kembali berdebar kencang, tapi aku memaksa diriku untuk tetap tenang dan menarik tudung jaketku hingga menutupi rambut, bersiap-siap untuk meninggalkan ruang kelas. Sekarang aku yakin seratus persen kalau ini bukan acara TV sebab jika itu benar, saat ini pasti sudah ada staf yang mendatangiku dan menjelaskan hadiah yang akan kuterima jika berhasil memenangkan permainan konyol ini.

Memories of a Name [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now