10.08PM

3.7K 677 21
                                    

Senin, 27 Mei, 10.08PM

Ini benar-benar mimpi terburukku.

Terperangkap bersama Courtney sudah membuatku sesak napas, tapi ternyata Shelby Delaney juga ada di sini? Tanganku yang tidak memegang ponsel terkepal erat selagi berbagai kenangan buruk yang berkaitan dengan Shelby kembali ke benakku. Aku sudah tak bertemu dengannya selama hampir setengah tahun, jadi kukira aku sudah baik-baik saja.

Tapi sekarang aku baru menyadari kalau segala hal yang dia katakan padaku masih meninggalkan dampak, sebab perutku mulai bergolak mual dan amarah menggelegak di dadaku. Ini persis seperti apa yang kurasakan setiap kali dia dan gengnya merundungku dulu.

Gadis itu merupakan salah satu dari manusia terburuk yang ada di muka bumi. Dia merupakan akumulasi dari segala sesuatu yang jahat tanpa satu pun kualitas baik dalam dirinya. Kalau aku harus mengurutkan siapa yang paling jahat di antara dia dan ketiga temannya, maka Shelby-lah yang menduduki peringkat nomor satu.

Memang dia tak pernah memukuli siapa-siapa, tapi itu hanya karena dia tak ingin mengotori kuku jemarinya yang selalu dihiasi oleh kuteks beraneka warna. Tapi semua orang di SMA Polaris tahu kalau Shelby adalah pemimpin di gengnya. Dialah orang yang memutuskan siapa yang akan mereka hancurkan selanjutnya. Brian, Eli, dan Courtney hanyalah anak buahnya. Atau dengan kata lain, para pecundang menyedihkan yang mengikuti apa pun yang Shelby katakan.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Beberapa bulan yang lalu, aku pernah secara tak sengaja menginjak kotoran sewaktu berjalan pulang dari sekolah, dan itu menjengkelkan, menjijikkan, serta menimbulkan perasaan tidak nyaman. Hingga hari ini, aku masih merasa ada bau-bauan yang mengikutiku bahkan meski waktu itu aku sudah mencuci sepatuku berulang kali.

Memikirkan Shelby menimbulkan perasaan yang sama seperti menginjak kotoran. Ada perasaan tak nyaman yang terus hadir bahkan saat kau sudah tak memikirkan dia lagi.

"Shelby, apa itu kau?" ucap Courtney di telepon, dan aku pun kembali ke masa sekarang.

"Courtney? Kau juga--orang itu juga menculikmu?" Suara Shelby terdengar lega bercampur tak percaya. Bagiku, itu adalah salah satu bukti yang semakin menegaskan bahwa dia memang hanya memiliki sifat-sifat buruk. Setahuku, dia dan Courtney sudah berteman sejak mereka berusia dua belas tahun, itu artinya sudah empat tahun, tapi kenapa dia malah terdengar senang karena tak terperangkap di sini sendirian? Logikanya, kau tak akan menginginkan sahabatmu untuk berada dalam situasi buruk yang sama sepertimu.

Tapi, tentu saja, itu hanya berlaku bagi manusia, dan aku ragu Shelby bisa disebut manusia.

"Kalian juga ada di sini?" Suara di telepon berganti menjadi suara laki-laki, dan di sebelahku Courtney terhenyak kaget.

"Eli? K-kau juga?" tanyanya.

"Dia juga menculikku, guys," sahut seseorang yang lain di ujung telepon.

"Brian!" pekik Shelby, lagi-lagi terdengar lega alih-alih kaget. Aku mendapat kesan dia senang karena tak sendirian di tempat ini, bahkan meski dia tak tahu di mana saja teman-temannya berada.

"Kenapa--bagaimana bisa kalian semua ada di sini?" tanya Courtney, raut wajahnya tampak heran sekaligus terguncang, dan tangannya yang memegang ponsel sedikit gemetar hingga untuk sesaat kukira dia akan menjatuhkan benda tersebut.

Di sampingnya, aku merapatkan bibir, berusaha untuk tak mengeluarkan suara. Entah kenapa, aku merasa untuk saat ini lebih baik mereka tak tahu kalau aku juga ada di sini. Bukannya aku takut atau semacamnya--sejak dulu aku tak pernah takut pada mereka. Aku hanya ingin menghindari mereka, sebab itulah yang sejak dulu kulakukan--menghindari sumber masalah.

"Aku tidak bermaksud untuk menginterupsi reuni kalian, tapi aku yakin kalau kalian berutang satu nama padaku." Itu suara yang sama dengan yang kudengar melalui speaker sewaktu baru siuman tadi, oleh sebab itu aku dapat menarik kesimpulan bahwa Victor memang benar merupakan nama si penculik.

Satu hal yang aneh adalah, bahaya yang kami hadapi tiba-tiba terasa lebih nyata setelah dia berbicara. Suaranya seolah memberi bentuk fisik pada ancaman kematian yang membayangi kami dari tadi. Dan aku yakin kami semua, kecuali Shelby, menyadari itu, sebab dia mendadak angkat bicara.

"Berutang?!" sahutnya dengan penuh kemarahan. Sepertinya Shelby tak dapat membaca situasi dengan baik. Siapa pun seharusnya tahu kalau ini adalah situasi di mana kau harus menutup mulut rapat-rapat, bukannya malah memprovokasi si penjahat. "Dengar, lebih baik kau mempersiapkan diri baik-baik, sebab begitu aku berhasil keluar dari sini, aku akan mencari tahu apa pun tentang dirimu, dan aku bersumpah akan menghancurkan hidupmu hingga kau akan berharap tak pernah dilahirkan."

Hening sejenak, kemudian terdengar suara kekehan. "Tidak, Shelby Delaney, kau yang harus mempersiapkan diri baik-baik, sebab begitu aku menemukanmu... aku bersumpah akan membuatmu sangat menderita hingga kau akan lebih memilih untuk mati."

Memories of a Name [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now