10.02PM

4K 682 21
                                    

Victor

Senin, 27 Mei, 10.02PM

Aku telah bermurah hati dengan memberi mereka satu jam yang tenang agar mereka dapat menebus kesalahan mereka.

Tapi, tak ada seorang pun yang menghubungiku.

Aku memang tak berharap banyak sejak awal, jadi aku tak merasa terlalu kecewa. Bagaimanapun, jika mereka memang merasa bersalah sedikit saja atas apa yang telah mereka lakukan, aku takkan perlu melakukan semua ini. Jadi boleh dibilang, sejauh ini reaksi mereka sesuai dengan prediksiku.

Hanya saja, aku mendapat kesan mereka tak menganggap serius kata-kataku. Barangkali aku hanya dianggap menggertak. Jika memang itu yang mereka pikirkan, artinya ada masalah sebab tujuanku hanya akan tercapai jika mereka menganggap serius semua ini.

Aku berdiri dari kursi kemudian menyeberangi ruangan, menghampiri salinan blueprint gedung SMA Polaris yang kulekatkan pada dinding. Mataku memindai kertas dengan cermat, dan setelahnya kutarik blueprint itu dengan sekali hentakan. Aku hafal luar kepala apa saja isinya lantaran sudah mempelajarinya selama beberapa bulan, jadi aku tak memerlukannya lagi.

Setelah merobek kertas itu, aku menyambar ransel di dekat kakiku dan memeriksa isinya satu per satu. Tadinya kukira aku tak akan memerlukan barang-barang ini. Seandainya saja mereka dapat memberiku satu nama yang kuminta, maka semua akan menjadi lebih mudah--bagiku dan bagi diri mereka sendiri. Bukan berarti aku tak memiliki hati untuk membunuh mereka. Aku lebih dari bersedia untuk melihat mereka semua mati secara mengenaskan.

Namun, orang itu pasti takkan menyetujui rencanaku, dan sesungguhnya, hal itulah yang selama setengah tahun terakhir kerap membuatku ragu untuk menjalankan semua ini. Aku tahu persis apa yang akan dia katakan seandainya tahu soal rencanaku. Dia akan memintaku melupakannya.

Tapi, dia sudah mati.

Dengan kata lain, akulah satu-satunya yang dapat mengambil keputusan--dia tak lagi memiliki hak untuk bersuara. Dia tak lagi dapat meminta pertanggungjawaban dari mereka. Dan itulah sebabnya aku berada di sini sekarang, untuk mendapatkan keadilan yang seharusnya dia peroleh setahun silam.

Bagaimanapun, bukankah utang nyawa harus dibayar dengan nyawa?

Memories of a Name [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now