26

4.9K 166 0
                                    

Arion terus saja mondar-mandir didepan pintu ruang ICU, ia masih terus menunggu disana sampai dokter keluar dan memberikan kabar tentang kondisi Kayra.

Tak lama dari itu, datang beberapa orang dengan wajah panik dan salah satu dari mereka ada yang memasang wajah marah, bahkan sangat marah.

Tanpa basa-basi Angga langsung saja menghajar Arion tanpa ampun, ia sangat marah ketika Arion menelfon bahwa Kayra masuk rumah sakit karena menolongnya.

"Lo apain adek gue" Angga sangat marah saat ini.

"Gue minta maaf, gue bener-bener minta maaf" hanya kata itu yang bisa Arion ucapkan.

"Kalo sampek adek gue kenapa-napa, gue nggak akan bikin hidup lo tenang" ancam Angga.

"Ngga, tenang nak ini rumah sakit" ucap Hana mamanya.

Mendengar ucapan dari mamanya, Angga pun mulai sedikit tenang.

Cekrek

Dokter pun keluar dari ruang ICU.

"Dok, bagaimana keadaan putri saya? " tanya Mahendra.

"Keadaan putri bapak saat ini sedang kritis, luka tembakan itu sangat dalam dan putri bapak mengeluarkan banyak darah, untuk itu kami harus mengoprasi putri bapak untuk mengambil peluru yang ada didalam perutnya, tapi sebelum itu kami membutuhkan golongan darah AB+ untuk putri bapak" jelas dokter itu.

"Kebetulan golongan darah saya AB+ dok, dokter boleh ambil darah saya" ucap Mahendra.

"Baiklah, kalau begitu anda silahkan ikut saya" Mahendra pun berjalan mengikuti dokter itu.

•••

Sedih, marah, menyesal, itulah yang dirasakan Arion saat ini. Rasanya ia ingin membunuh dirinya sendiri karena ia gagal melindungi orang yang selama ini ia sayangi, dan justru ia malah bersikap kasar padanya.

"Arghhhhhhh" teriak Arion ditaman rumah sakit sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Keadaan putri bapak saat ini sedang kritis, luka tembakan itu sangat dalam dan putri bapak mengeluarkan banyak darah, untuk itu kami harus mengoprasi putri bapak untuk mengambil peluru yang ada didalam perutnya, tapi sebelum itu kami membutuhkan golongan darah AB+ untuk putri bapak"

Perkataan dokter itu selalu terngiang dipikiran Arion.

"Dasar Arion bodoh, bodoh, bodoh, bodoh" Arion merutuki dirinya sendiri.

Drrt... Drtt... Drtt

Arion membuka ponselnya dan menerima panggilan itu.

"Halo, Yon, lo dimana? Lo lupa kalo hari ini ada rapat buat persiapan 17 Agustus nanti"

"Nggak"

"Terus kenapa lo belum dateng? "

"Gue nggak bisa dateng, lo bisa wakilin gue dulu kan buat jelasin semuanya dirapat"

"Lah, kenapa gue? "

"Gue nggak bisa dateng"

"Tap... " belum sempat Aldi menyelasaikan perkataanya, tiba-tiba Arion memutusnya.

"GUE NGGAK BISA DATENG, LO NGERTI NGGAK SIH"

Aldi yang berada diseberang sana langsung kicep mendengar bentakan dari Arion, yang sepertinya sedang emosi.

"Iya udah deh, tapi alasan lo apa nggak dateng? "

"Kayra sakit"

"Dia sakit ap... "

Tut... Tut... Tut

Arion memutuskan telfonya secara sepihak, saat ia melihat seseorang yang selama ini ia cari ada dirumah sakit yang sama.

Arion sedikit menyipitkan matanya  agar ia lebih jelas melihat orang itu.

Setelah jelas, Arion segera berlari mengejar orang itu, agar orang itu tidak kabur lagi darinya.

"Ben" Arion menepuk pundak Beni dari belakang, hingga membuat Beni kaget setengah hidup.

"Ar-io-n" ucap Beni gugup.

"Lo kemana aja selama ini? Kenapa lo tiba-tiba ngilang gitu aja" Arion menatap Beni tajam.

"Gu-e, gue pergi ke Singapura Yon"

"Ngapain lo kesana? Apa lo mau ngindarin gue"

"Mungkin ini udah saatnya gue jujur sama lo Yon, gue udah nggak sanggup buat nutupin ini lagi, karena semakin gue nutupin ke lo gue akan merasa lebih bersalah sama lo" ujar Beni menatap Arion.

"Bersalah? Nutupin? Maksut lo apa gue nggak ngerti"

"Jadi sebenernya, bukan Pak Mahendra yang udah ngebunuh bokap lo"

Deg

Arion merasa masih bingung drngan ucapan Beni barusan.

"Iya Yon, bukan Pak Mahendra yang udah ngebunuh bokap lo"

"Lo kalo ngomong yang bener" Arion menatap Beni penuh amarah sambil menarik kerah baju Beni.

"Jadi gini ceritanya Yon"

Flashback on

Setelah bertemu Arion, Beni pun keluar dari cafe dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari cafe.

Namun sebelum Beni memasuki mobil, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya.

Beni pun menoleh dan menatap orang itu.

"Lo Beni kan? " Beni mengangguk.

"Lo yang disuruh sama Arion kan buat cari tau siapa pembunuh bokapnya" Beni lagi-lagi mengangguk.

"Pokoknya gue mau lo bilang sama Arion kalo pembunuh bokapnya itu pak mahendra, dan kalo sampek lo ngebantah omongan gue, gue bakal bikin hidup adek lo bahkan keluarga lo menderita" ancam orang itu.

"Gue nggak bisa asal nuduh orang kayak gitu, dan kalo lo punya bukti bahwa pak mahendra pelakunya baru gue bisa mengiyakan permintaan lo"

"Lo bisa nggak sih nggak usah ngebantah omongan gue, lo tinggal bilang aja sama Arion kalo pak mahendra itu pelakunya, susah amat"

"Sorry gue nggak bisa"

Beni kembali membuka pintu mobilnya, namun sebelum ia masuk lagi-lagi orang itu menghalanginya.

"Kalo lo nggak mau, gue jamin kalo gue bakal nyakitin adek lo nggak sampek 24 jam" ancamnya lagi.

"Ok, mau lo apa? "

Orang itu kemudian menjelaskan rencananya pada Beni.

Flashback off

"Dan setelah itu gue pun mengikuti rencana dia buat nuduh pak mahendra itu pelakunya, tapi setelah gue nurutin permintaanya dia lagi-lagi masih ngancem gue dan nyuruh gue pergi dari Jakarta, akhirnya gue pun pergi ke Singapura sama adek gue, dan kemarin gue dikabarin sama tante gue kalo nenek gue masuk rumah sakit ini, dan akhirnya gue pun pulang ke Jakarta sama adek gue"

Nafas Arion terasa sesak saat mendengar penjelasan dari Beni yang sebenarnya.

"Lo" Arion mengangkat tanganya dan ingin menghajar Beni, namun hal itu ia tahan karena mengingat bahwa Beni terpaksa melakukan hal itu karena diancam oleh seseorang.

"Sorry Ben, gue emosi"

"Iya Yon gue paham kok kalo lo marah sama gue"

"Apa lo tau siapa orang yang udah ngancem lo itu? " tanya Arion.

"Gue nggak tau namanya Yon, tapi kayaknya dia satu sekolah deh sama lo, soalnya dia pake seragam yang sama kayak lo" jelas Beni.

Bersambung...

Hay hay👋 aku update lagi nih

ILY KETUA OSIS [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now