JALAN-JALAN KE PANTAI

52 2 0
                                    

"Mayang, sinilah dulu sayang." Teriak Ahya dari ruang tamu.

"Iya Ahya sayang." Sahut Mayang dari teras rumah lalu menemui Ahya.

        Mayang memasuki rumahnya dan menghampiri Ahya di sofa lalu duduk di sebelahnya. Ahya mengangkat tubuh Mayang untuk duduk di pangkuannya.

"Mayang cantik, hari ini kita ke pantai yuk." Ajak Ahya sembari meletakkan kedua tangannya di atas kepala Mayang.

"Serius sayang?" Tanya Mayang heran mengapa Ahya tiba-tiba mengajaknya ke pantai.

"Iya, Mayang. Suka hati Mayang mau disana ngapain. Mayang mau menari bebas. Tapi jangan lupa pakai tabir surya ya sayang."

"Horeeeeeeeee."

        Mayang bergegas mengambil tas ransel, pakaian ganti, dan keperluan yang lain. Begitu juga dengan Ahya. Marcha, Resita, dan Adit berlari masuk ke dalam rumah. Mereka melakukan hal yang sama dengan Mayang dan Ahya, yaitu mengambil tas ransel untuk menyimpan barang.

"Kak, hari ini kita ke pantai?" Tanya Adit girang.

"Iya, Adit." Mayang mengangguk senang.

"Kak, Bedy nggak ikut?" Tanya Marcha seperti ada yang kurang.

"Bedy nanti sama kakek-neneknya. Soalnya mereka itu pengen main bareng Bedy. Ya namanya juga sama cucunya." Jawab Adit.

        Ahya mengambil kunci mobilnya lalu memanaskannya. Mayang memasukkan barang-barang yang akan dibawa ke dalam bagasi. Setelah itu, mereka mengambil tempat masing-masing dan berpamitan kepada yang masih berada di rumah.

"Pergilah, anak-anak. Nanti kami susul kalian." Kata Bu Meyriska.

        Mereka pun pergi meninggalkan rumah. Tak lama kemudian, Bu Meyriska beserta rombongannya menyusul mobil yang dikendarai Ahya. Tak lupa mereka mengunci pintu agar tidak dimasuki oleh pencuri.

"Ahya, Mayang mau putar lagu apa aja boleh?" Mayang merayu Ahya agar menuruti permintaannya.

"Apa sih yang enggak buat Mayang?" Kata Ahya sambil merangkul pundak Mayang.

        Mayang menyalakan lagu yang berjudul this song saved my life milik Simple Plan. Mayang menikmati lagu favoritnya itu. Begitu juga dengan Adit, Ahya, Marcha, dan Resita. Mayang menyetel gayanya seperti bermain drum di rumahnya.

"Kira-kira ini siapa duluan sampai?" Tebak Resita.

"Sepertinya kita, Resita. Soalnya bang Ahya menyetirnya kaya orang dikejar setan." Marcha menjawab pertanyaan adiknya itu.

"Kalau Papa atau Pak Rino kan bawa mobilnya kaya siput." Kata Adit.

        Tak terasa, mereka sudah sampai ke pantai. Mereka pun turun dan Ahya memarkirkan mobilnya. Setelah parkir, mereka mengambil barang milik masing-masing dari bagasi. Ahya mengunci mobilnya dan mereka mencari pondok untuk meletakkan barang-barang mereka. Mayang melepas sandal dan jaketnya lalu berlari di pesisir pantai.

"Semangat kali lah si Mayang kecil ini." Kata Ahya sembari merentangkan kedua tangannya.

"Iya dong sayang, Mayang kan suka di pantai. Jadi Mayang harus ceria. Setiap kita sukai suatu tempat, selipkanlah rasa cinta disana." Balas Mayang dengan semangat yang menggebu-gebu.

        Mayang berlari di pasir putih pantai itu. Ahya menyusul Mayang. Ahya mengejar Mayang seperti anak kecil yang tidak mau makan. Mayang senang bukan main. Kemudian, ia menari sesuai keinginannya. Ahya merekamnya lalu mengunggahnya ke instagram. Tak lupa ia menyebut nama pengguna akun Mayang.

"Ma, Mama dah sampai?" Tanya Adit kepada Bu Ella.

"Baru aja sampai sama rombongan Mama ini." Jawab Bu Ella santai.

"Bu Marni ikut?" Tanya Resita.

"Iya dong sayang." Kata Pak Kasman.

"Kak Mayang mana?" Tanya Bu Ella.

"Sana Ma, lagi kejar-kejaran sama Bang Ahya. Biasalah Ma, mereka jadi bocah meskipun sudah tua." Marcha menjawab pertanyaan Bu Ella.

"Akan kubawa kau ke dalam hatiku... oh Ahya... oh Ahyaaaaaaaaa...." Mayang bernyanyi sambil merentangkan tangannya.

        Ahya memeluk Mayang dari belakang. Marcha dan Resita mengambil foto mereka dengan HP masing-masing. Ahya menggendong Mayang di punggungnya kemudian mereka berjalan di pasir pantai itu. Banyak orang yang mengira kalau Ahya dan Mayang itu seperti ayah dan anak karena postur tubuh Ahya yang tinggi dan Mayang pendek. Ternyata, mereka adalah pasangan suami istri yang seumuran. Hanya saja tinggi badan mereka berbeda.

"Mas, kami mau foto." Marcha menghampiri salah seorang tukang foto di pesisir pantai.

        Tukang foto itu pun ikut dengan Marcha dan menunjukkan tempat untuk mengambil foto. Disana ada Bu Meyriska, Bu Ella, Pak Rino, Pak Kasman, Ahya, Mayang, Bu Marni, Bedy, Adit, dan Resita. Mereka pun mengambil formasi pemotretan. Ahya dan Mayang berpose menggendong Bedy.

"Satu, dua, tiga." Kata tukang foto itu kepada mereka.

        Foto tersebut sudah diambil. Mereka meminta sekali lagi. Tukang foto itu pun mengiyakan permintaan mereka. Hasilnya bagus. Mayang dan Ahya sangat senang.

"Berapa, Bang?" Tanya Ahya.

"Dua puluh ribu, Bang." Jawab tukang foto itu.

Ahya memberikan uang lima puluh ribu rupiah kepada tukang foto itu. Tukang foto itu pun mencari kembaliannya. Sementara Ahya diam saja.

"Ini kembaliannya, Bang." Tukang foto itu menyerahkan tiga lembar uang sepuluh ribu kepada Ahya.

"Nggak usah, Bang. Untukmu saja." Kata Ahya tersenyum.

"Makasih ya, Bang. Semoga sehat selalu, panjang umur, murah rezeki, langgeng terus sama istrinya sampai Jannah." Tukang foto itu menangis memeluk Ahya.

"Sama-sama, Bang. Itu rezeki dari Allah melalui saya." Ujar Ahya.

        Tukang foto itu pun pergi meninggalkan mereka. Mayang membuat rumah dari pasir putih. Begitu juga Ahya. Mereka memang sudah menjadi orang tua, tetapi tingkah mereka tetap saja seperti anak berusia 6 tahun. Sampai orang tua mereka pun tak habis pikir melihat tingkah putra-putrinya.

Beberapa jam kemudian

        Mayang dan Ahya berganti pakaian di toilet. Setelah itu, mereka dengan yang lainnya pulang sesuai rombongan yang tadi. Semua orang yang di dalam mobil Ahya tidur kecuali Ahya. Karena Ahya yang menyetir. Jikalau Ahya tidur, mungkin mereka tidak pulang.


Cinta Dalam DiamМесто, где живут истории. Откройте их для себя