Berdialog dengan 'Ling'

4.8K 232 14
                                    

Terbukanya penglihatanku membuat 'mereka' tak segan untuk menghampiriku dan mengajak berteman, meski kami berbeda.

Setiap langkahku selalu terdengar oleh 'mereka' dan membuat 'mereka' mengetahui bahwa diriku mampu melihatnya. Hal itu membuat ketertarikan 'mereka' untuk dekat denganku.

Kisah ini kutuliskan untuk mengingat 'temanku' "Lie Ngya Jihya"

     Saat aku hendak berkunjung ke rumah saudara, aku melewati sebuah pemakaman. Tapi bukanlah pemakaman biasa. Melainkan pemakaman Chinese. Aku sempat membuang beberapa sampah yang ada di area pemakaman. Aku tidak suka melihat banyak yang berserakan. Apalagi ini area peristirahatan terakhir.
     Awalnya aku tak melihat sosok apapun disana. Namun ketika kakiku hendak melangkah melanjutkan jalan, desis suara terdengar ditelingaku “Sssttt..sssttt..sssttt..”
Saat aku menengok, seorang gadis berdiri di tengah pemakaman. Dengan raut wajah yang cantik namun pucat, gaun putih yang menjulur ke lantai, rambut panjangnya yang disanggul, tak lupa juga sarung tangan yang dikenakannya. Dia melambaikan tangannya padaku. Tanpa rasa takut, aku menghampirinya. Karena suasana masih sore hari.

“Hai..” sapanya.

“Ada apa ?” aku bertanya padanya.

“Aku senang ada orang yang berkunjung ke rumahku. Sudah lama tak ada yang mengunjungiku. Aku kesepian. Dan kalaupun ada yang datang, mereka tidak bisa melihatku. Hem... Gadis kecil yang masih lugu. Kau melihatku. Kenalkan, namaku Lie Ngya Jihya. Panggil saja Ling. Rumahku berada paling bawah. Rumahku di tumpukan makam pertama. Hey gadis kecil namamu siapa ?” baru juga bertemu, dia langsung memperkenalkan diri panjang lebar.

“Aku Selly. Kamu disini sendirian ?”

Ling mengajakku duduk di gazebo yang terdapat di area pemakaman.

“Baiklah. Bolehkah aku memanggilmu dengan nama Ly ? Agar namamu mirip dengan namaku. Aku tidak sendirian. Tapi biasanya 'mereka' akan muncul dimalam hari. Rupanya kamu orang Jawa yah ?” penjelasannya.

“Boleh. Ya Saya orang Jawa”

“Aku bangsa Chinese. Jadi jangan kaget yah kalau aku tidak penuh darah dan luka. Hanya pucat saja. Aku suka denganmu. Kamu anak baik. Kamu suka kebersihan. Bolehkah aku menjadi temanmu ?

“Boleh”

“Baiklah. Aku ingin menceritakan kisah kematianku padamu” tanpa aku minta, dia ingin menceritakannya dahulu padaku.

     Ling menempelkan telapak tangannya padaku. Aku melihat semua kejadian yang menimpanya. Tidak akan kutuliskan karena dia hanya ingin aku saja yang mengetahuinya. Dia meninggal di tahun 1964.
     Tanpa disadari, hari itu aku tak jadi berkunjung ke rumah saudaraku. Dikarenakan hari sudah petang. Dan hari itu aku malah berkunjung ke rumah Lie Ngya Jihya.
Sejak dialog itu, Ling meminta agar ikut denganku.

Pernahkah kalian 'berteman' dengan hantu Chinese sepertiku ?

INDIGOWhere stories live. Discover now