SMA

4.7K 205 3
                                    

Kesulitan adaptasi dengan kemampuan yang kumiliki, kini ditambah dengan suasana sekolahku yang tidak biasa. Membuatku lebih sensitif dengan 'mereka'. Ini bukan kebetulan. Melainkan semesta telah mengatur hidupku. Tuhan telah menunjukkan jati diriku.

      Aku lebih memilih masuk sekolah SMA swasta. Karena sekolah SMP-ku juga swasta. Waktu aku harus memilih melanjutkan SMA, aku sangat ingin sekali masuk ke sekolah SMA ini. Entah apa yang membuatku tertarik dengan sekolah ini. Dan akhirnya aku mendaftar dan melanjutkan SMA disini.

      Awal masuk sekolah, semua terlihat biasa saja. Meski banyak sekelebat bayangan yang aku lihat. Tapi aku tak mempedulikan hal itu. Hingga suatu hal terjadi. Setiap hari senin saat upacara berlangsung, aku terkejut karena banyak murid yang pingsan. Bukan hanya pingsan biasa, melainkan murid yang jatuh pingsan kemudian menjerit dan menangis. Murid-murid itu diangkat menggunakan tandu dan dibawa ke ruang UKS. Aku yang melihat hal itu, terkejut karena waktu sekolah sebelumnya aku belum pernah melihat murid yang kerasukan. Paling hanya pingsan karena sakit.

      Saat upacara selesai, aku hendak kembali ke kelas. Rasa penasaran atas murid yang dibawa ke UKS membuatku ingin melihat sebenarnya apa yang terjadi pada mereka. Kebetulan ruang kelasku berada di lantai dua sehingga melewati ruang UKS yang berada dekat dengan tangga menuju lantai dua. Aku sempat melihat murid yang berada dalam UKS melalui gordennya. Ternyata ruang UKS begitu ramai dengan 'mereka'. Aku melihat banyak penunggunya. Tapi aku harus tetap terlihat biasa saja.

      Aku mulai merasa tidak biasa bersekolah disini. Dan inilah awal aku melihat 'mereka'. Penunggu sekolahku. Aku sering melihat sekelebat bayangan yang mengikuti salah satu kakak kelasku. Apakah dia diikuti ? Lalu siapa yang mengikutinya ? Apakah dia juga merasakan ada yang mengikutinya ? Ah sudahlah, aku tidak harus memikirkannya. Bahkan aku tak mengenal kakak kelas itu. Namun ternyata dia yang sering mengalami kerasukan di sekolah ini.

      Aku masuk kelas IPA. Saat itu waktu pelajaran geografi di kelasku. Kebetulan dikelasku, proyektor LCD-nya rusak sehingga harus pindah ke ruang laboratorium multimedia agar pembelajaran berlangsung. Aku mendahului teman-temanku menuju laboratorium multimedia. Aku memasukinya, aku melihat sosok wanita berbaju merah di pojok ruang multimedia. Dia terus berdiri. Wajahnya tidak begitu jelas karena tertutupi rambutnya yang panjang. Saat teman-temanku berhamburan memasuki ruangan, sosok itu berbalik badan dan menghilang menembus tembok. Aku mengabaikan penglihatan itu.

      Kelas sepuluh memang kelas junior yang masih tidak begitu tau tentang lingkungan sekolah. Apalagi bagiku yang mampu melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain membuatku menjadi pribadi yang pendiam.

      Aku mendapati kelas X MIPA 2 ( Sepuluh MIPA Dua ). Kelas yang sudah terkenal dengan kelas yang aktif, kelas terbaik di sekolah. Aku memang senang berada di kelas ini. Namun tidak semuanya aku senang berada dalam kelas ini. Aku duduk di bangku belakang tepatnya di bangku nomor empat. Saat itu waktu jam kosong di kelas. Tiba-tiba teman yang duduk di bangku belakangku menangis. Aku yang duduk didepannya tersontak kaget karena tangisannya yang keras. Semua anak kelas panik melihat itu. Sebut saja dia Narti. Tangan Narti sangat kaku, tubuhnya dingin. Semua anak menduga bahwa Narti kerasukan. Akhirnya Narti dibawa ke ruang UKS. Aku tidak tau dan tidak mau tau apa yang terjadi selanjutnya.

...

Maaf yah seharusnya part ini sudah kutulis di awal. Namun aku lupa karena waktu itu aku menulisnya tergesa-gesa. Jadi nanti akan aku urutkan kronologinya biar agak nyambung ceritanya :v
Part selanjutnya aku akan mengenalkan kalian dengan penunggu sekolahku. Dan awal aku bertemu dengannya.
Cerita ini juga sudah di revisi sehingga mungkin typo nya berkurang. Dan menjadi paragraf yang baik.

Salam,
Seryl

INDIGOWhere stories live. Discover now