Alam Arwah yang Ditumbalkan

4.7K 222 7
                                    

'Mereka' tersiksa, sakit yang 'mereka' rasakan tidak ada habisnya. Bahkan 'mereka' tidak bisa kembali ke alam yang tenang.

       Malam itu aku tidur lebih awal dari biasanya. Aku tidur tepat pukul delapan malam. Mungkin karena aku lelah.

       Sebelum kupejamkan mataku, aku melihat ke arah meja belajar. Citra yang tengah duduk sambil tersenyum dengan bonekaku. Dan aku melihat arah lemari. Ling sedang duduk di atas lemari pakaianku sambil mengayunkan kakinya. Aku tau satu temanku lagi. Namun yang satu ini aku tidak melihatnya karena dia tak menampakkan dirinya. Dia Mayangsari.

“Selamat tidur Ser..” ucap serentak teman tak kasat mataku.

       Tak lama kemudian. Rohku terbangun. Aku tak melihat lagi Citra yang tadi duduk di meja belajarku. Aku juga tak lagi melihat Ling yang duduk mengayunkan kakinya di atas lemari. Mungkin teman tak kasat mataku pergi ke alamnya.

       Rohku berjalan keluar rumah. Namun saat aku menembus pintu rumah, aku melihat segumpal cahaya putih. Aku mrmasuki cahaya itu. Aku tau, cahaya itu adalah portal dimensi. Aku menduga portal itu akan membawaku ke alamnya Mbok Ningrum dan Patih Yudha. Namun dugaanku salah. Aku berada dalam lorong yang panjang. Aku terus menelusuri lorong itu. Disamping kanan dan kiri tepi lorong, terdapat banyak sosok yang beraneka ragam wujudnya.

       Aku tidak yakin untuk melanjutkan jalanku. Aku takut, kalau 'mereka' menerkamku bagaimana ?
Karena 'mereka' pasti tau kalau aku manusia. Apa yang harus aku lakukan ? Jika aku kembali ke belakang, tapi portal itu sudah tak terlihat lagi.

       Aku berharap Mayangsari datang. Karena hanya dia yang biasa menemaniku saat rohku keluar.
Namun harapanku salah lagi. Yang datang bukanlah Mayangsari melainkan Ling.

“Mayang tidak bisa menemani perjalananmu saat ini. Dia memerintahkanku untuk menemanimu. Karena hanya arwah yang bisa menemanimu di alam ini. Sedangkan Mayang bukanlah arwah.” jelas Ling sebelum aku bertanya mengapa dirinyalah yang datang.

“Ini alam apa Ling ?” tanyaku sebelum melanjutkan perjalanan.

“Ini alam arwah penasaran. Dimana manusia yang masih belum tenang atas kematiannya. Mereka bertempat disini. Kau harus pegang tanganku sebelum melewati arwah-arwah itu Seril..”

       Aku bergandeng tangan dengan Ling. Kali ini aku merasakan menyentuh dia secara nyata. Karena biasanya, jika aku menyentuh 'mereka' rasanya seperti tembus. Mungkin karena ini rohku. Jadi terasa nyata saat bersentuhan.

       Aku dan Ling berjalan melewati 'mereka' yang berwujud aneh. 'Mereka' tidak heran saat melihatku. Karena mungkin aura antara aku dan Ling sudah menyatu. Aku menelusuri lorong panjang itu. Hingga tiba pada sebuah ruangan yang panas. Ruangan merah. Banyak wujud aneh dan menyeramkan dari 'mereka'. 'Mereka' berwujud seperti binatang. Alam panas ini lebih menyeramkan dari alam lainnya.

“Toloooong....”

“Sakiiiiit....”

“Bebaskan kami....”

“Kami kedinginan....”

       Banyak jeritan dan rintihan yang kudengar dari 'mereka'. Bahkan aku mendengar tangisan anak kecil yang begitu kencang. “Ayah, ibu.. Bebaskan aku.. Perih bu.. Sakit..”
Aku tak kuat dengan jeritan 'mereka'.

“Sebenarnya tempat apa ini ? Mengapa 'mereka' menerima banyak siksaan. Bukankah yang bisa menyiksa manusia hanya Tuhan ? Tapi kenapa benda-benda tajam bergerak sendiri ?” beruntun pertanyaanku.

“Ser, kamu harus tau. 'Mereka' adalah arwah yang ditumbalkan. Arwah korban tumbal manusia di bumi. Manusia yang menggunakan pesugihan, penglaris, maupun pengabdi setan. Manusia menumbalkan orang lain bahkan keluarga sendiri demi persekutuannya dengan setan. Arwah 'mereka' yang ditumbalkan bukanlah Tuhan ataupun malaikat yang mencabut nyawanya. Melainkan apa yang menjadi persekutuannya. Setan itulah yang menahan arwah korban tumbal di alam ini. Arwah itu menjadi tahanan siksaan untuk setan.” jelas Ling padaku.

“Jadi 'mereka' adalah korban tumbal ? Sampai kapan 'mereka' akan disiksa terus ?”

“Arwah yang ditumbalkan akan berhenti jika setan sudah puas dalam menjadikan 'mereka' pengikutnya”

       Kasian sekali nasib 'mereka' korban yang ditumbalkan manusia. 'Mereka' dipasung, dicambuk, ditahan, dikurung. Padahal 'mereka' tidak tau apa apa. 'Mereka' hanya korban.

“Ling, aku ingin kembali. Aku tidak kuat melihat penderitaan 'mereka'”

       Ling mengantarku menuju portal cahaya untuk kembali ketubuhku. Aku menembus portal itu. Aku terbangun. Rupanya sudah pukul empat pagi. Dimensi waktu memang berbeda. Di alam lain jauh lebih lama dibanding dengan alam manusia.

Jangan sekali-kali mencoba bermain  dengan ilmu setan. Karena jika kita sudah masuk kedalamnya, akan terlihat seperti labirin. Akan terus berputar untuk mencari jalan keluarnya.

-Seril-

INDIGOOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz