track 5 : feeling

6.7K 926 90
                                    

Seokjin hanya terdiam ketika membuka matanya setelah bangun tidur. Biasanya Seokjin akan meregangkan tubuh tanpa peduli dengan Namjoon yang masih tidur di sebelahnya. Entah kenapa kali ini Seokjin merasa tubuhnya lemas sekali setelah bangun tidur. Kakinya terasa lemas dan rasa nyeri muncul di area pinggulnya.

Ia melirik pada tubuh besar Namjoon yang tertidur dengan nyenyak. Pria itu baru pulang pukul 2 dini hari setelah beberapa hari pergi ke luar kota untuk acara bisnis. Seokjin sempat terbangun saat Namjoon pulang. Namun, tubuhnya sudah terasa lelah sekali sehingga tidak berniat untuk membantu Namjoon bersih-bersih.  

Kepalanya terasa berat saat Seokjin memposisikan diri untuk duduk. Tangannya sedikit bergetar sehingga ia memilih untuk memejamkan matanya sesaat sembari mengatur napas. Tiba-tiba saja perutnya terasa bergemuruh. Rasa aneh muncul di mulutnya, membuat Seokjin langsung menutup mulut dengan tangan sambil berlari cepat menuju ke kamar mandi. Ia langsung menundukkan kepalanya ke arah wastafel.

Perut Seokjin terasa nyeri hingga membuatnya merasa sangat mual. Tangannya terulur untuk memijat tengkuknya sendiri. Tidak ada apapun yang keluar, hanya terdengar suara mengerikan yang Seokjin keluarkan karena usahanya untuk meredakan rasa mual itu. Jantung Seokjin berdegup kencang dan tubuhnya terasa begitu lemas.

Setelah menunggu beberapa waktu dan tidak ada apapun yang keluar. Seokjin langsung mandi dengan air hangat dan bergegas melangkah keluar. Dilihatnya, Namjoon masih tertidur dengan pulas. Seokjin tahu, Namjoon pasti sangat kelelahan. Ia memilih untuk ke dapur mencari sesuatu yang bisa meredakan sakit di tubuhnya saat ini.

Seokjin mengambil segelas air putih hangat dan meminumnya sampai habis. Sayangnya itu tidak membantu, justru membuat mulutnya terasa semakin aneh.

“Seokjin” panggil suara lembut wanita.

Seokjin menoleh dan mendapati seorang Beta pembantu yang bekerja di penthouse Namjoon. Wanita itu sudah bersama dengan Namjoon sejak pria itu kecil sehingga saat bekerja disini, Namjoon tidak mengijinkannya menggunakan panggilan honorifik padanya maupun Seokjin.

“Ya, Bibi Hwang?” jawab Seokjin lemah.

Bibi Hwang menatap Seokjin iba. “Kau sakit?”

Seokjin menggeleng. Ia juga tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Biasanya gejala sakitnya akan muncul bertahap. Namun, sejak kemarin tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemas dan mulai memuntahkan makanan yang ia makan.

Melihat pasangan majikannya yang nampak memprihatinkan, Bibi Hwang mengapit tubuh Seokjin dan menuntunnya untuk duduk di sofa. “Kau kelihatan tidak baik”

Seokjin menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dan memejamkan mata menahan sakit kepala yang menyerang. “Aku butuh obat” ucapnya pelan. “Aku harus ke kampus pagi ini”

“Istirahatlah dulu, biar saya siapkan sarapan dan obatnya” jawab Bibi Hwang lembut kemudian berlalu ke dapur.

Seokjin memijat pelipisnya. Perutnya terus bergemuruh tidak nyaman membuat Seokjin frustasi pagi-pagi. Ia harus tiba di kampus pagi ini untuk mengurus acara yang akan diadakan jurusannya tetapi tubuhnya justru tidak mendukung jadwal padatnya.



Namjoon berdehem kecil untuk menghilangkan serak di tenggorokannya. Seperti biasa, Seokjin sudah bangun lebih dulu dan Omeganya pasti sudah beraktivitas di bawah. Ditambah Namjoon yang memang bangun lebih siang. Perasaan Namjoon terasa aneh, ada sesuatu yang mengganjal di benaknya tetapi ia tidak tahu apa sebabnya. Mengabaikan perasaan aneh itu, Namjoon langsung turun selepas membersihkan tubuhnya.

Sesampainya di bawah, Namjoon langsung memposisikan diri di meja makan. Dilihatnya Seokjin nampak tidak bersemangat seperti hari biasanya. Namjoon paham benar jika mata Seokjin akan terlihat berbinar saat menatap sarapan tetapi kali ini pandangan Omeganya itu tidak bergairah. Bahkan saat makan, Seokjin terlihat tidak berminat sama sekali. Berusaha bersikap biasa saja, Namjoon mulai menyendokkan makanan ke mulutnya.   

Burn The Soul [NamJin]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora