track 33 : threat

4.8K 613 76
                                    

Sesuai kata Namjoon, Seokjin sejak tadi sudah merapatkan jaket dengan bahan bulu lembut di tubuhnya. Acara makan keluarganya selalu dilakukan di halaman belakang saat malam hari seperti ini. Seokjin benar-benar menjaga baik-baik perutnya. Ia tidak ingin hal buruk terjadi. Tinggal minggu depan dan bayinya akan lahir ke dunia.

Ada perasaan gugup melingkupi hatinya ketika harus berhadapan dengan orang tuanya nanti. Bayang wajah kecewa orang tuanya saat mengetahui jika ia tengah mengandung anak seorang Alpha sudah terlintas jelas.

Rasanya Seokjin ingin lari. Sejujurnya ia sangat takut menghadapi ini.

"Seokjin!"

Seokjin menoleh pada Jungkook yang memanggil namanya. Temannya yang nanti akan menjadi kakak iparnya itu tengah menenteng beberapa bahan makanan yang akan dimasak malam ini.

"Ayah dan Ibu sedang kemari" ucap Jungkook lirih "Kau akan baik-baik saja bukan?"

Seokjin tertawa remeh. Menertawakan rasa takutnya. "Memang apa? Mereka orang tuaku, aku akan baik-baik saja"

Jungkook tertunduk. Menatap perut Seokjin yang sudah besar. Calon keponakannya tengah tumbuh di dalam sana. Ia mengulurkan tangan dan mengusap pelan perut Seokjin.

"Tolong beri dukungan pada Seokjin" ucap Jungkook pada perut Seokjin "Dia sangat membutuhkanmu sekarang, Bayi!"

"Aku selalu membutuhkanmu, Sayang" ralat Seokjin ikut mengusap perutnya.

"Aku akan mengirim beberapa pekerjaan dulu di laptopku, kau tak apa sendiri di sini?"

Seokjin mengangguk. Mempersilakan Jungkook untuk kembali ke kamarnya di atas.

Seokjin meraih penjepit dan membalik daging dari atas pemanggang satu persatu dengan baik. Ia biasa memasak saat ada perayaan kecil di dalam rumahnya seperti sekarang ini.

Sejak ia dinyatakan sebagai seorang Omega, Seokjin lebih dibebankan pada tugas mengurus rumah. Orang tuanya bilang untuk melatih Seokjin saat sudah berkeluarga dengan Alphanya nanti.

Itu cukup terbukti. Seokjin benar-benar bisa melayani semua kebutuhan dan keperluan Namjoon, Alphanya.

"Wah aromanya enak sekali!"

Bulu kuduk Seokjin meremang seketika. Suara yang begitu ia sukai. Suara wanita yang pandai menyanyi dan menenangkannya saat kecil dulu. Sudah lama Seokjin tidak mendengar suara ibunya yang lembut seperti ini.

"Sayang, kamu selesaikan memanggangnya, biar Ibu siapkan minuman dan lainnya"

Rasanya Seokjin ingin menangis dan memeluk erat tubuh ibunya. Ada rasa bersalah pada wanita itu yang beronggok dalam hatinya.

"Kamu mau minum seperti biasa kamu minum atau yang biasa diminum kakakmu?"

"Aku tidak minum alkohol dulu" jawab Seokjin dengan suara yang pelan. Khawatir suaranya pecah dan ia lalu menangis.

"Baik, kamu mau minum apa? Biar Ibu siapkan" ujar Ibunya kemudian "Sari buah?"

"Ya" jawab Seokjin sekenanya.

Dengan cekatan Ibu Seokjin menuang minuman ke dalam gelas sesuai dengan yang nanti akan meminumnya. Kemudian meletakkan buah dan camilan di tengah meja. Tidak lupa menata piring serta alat makan yang lainnya.

"Ibu mau Jungkook minum sari buah juga. Ibu senang punya calon menantu sepertinya" ujar Ibu Seokjin tertawa pelan sembari terus menyiapkan makan untuk keluarganya.

Seokjin hanya terdiam kaku. Ibunya terus bicara dan bercerita tentang banyak hal. Seokjin tidak sanggup untuk memberikan tanggapan. Lidahnya seolah kelu ketika hendak bicara dengan Ibunya.

Burn The Soul [NamJin]Where stories live. Discover now