track 23 : option

4.5K 668 221
                                    

Setelah menghabiskan satu cup mie berkuah, Namjoon beralih meneguk dengan cepat coklat hangat yang telah disiapkan untuknya. Tubuhnya yang terasa sakit dan kedinginan perlahan mulai pulih.

Namjoon tidak tahu ide siapa yang membuatnya pingsan kemudian ia disadarkan dengan cara disiram air tepat di wajah. Dilihat dari gelagatnya, Namjoon yakin ini ide Hoseok.

Untungnya kedua temannya itu bertanggung jawa sepenuhnya terhadap ulah mereka. Namjoon sudah diberi pakaian ganti yang hangat beserta sarapan pagi untuk mengisi perutnya yang kosong sejak kemarin sore.

Sayangnya perasaan Namjoon masih belum tenang. Ia belum berani bertanya apapun setelah diseret keluar dari kamar pagi buta tadi. Apakah anaknya masih ada dalam perut Seokjin atau dokter yang merupakan istri Hoseok itu sudah melenyapkannya. Namjoon ingin sekali masuk ke kamar itu lagi tetapi sisi warasnya menahan Namjoon untuk tidak melakukan itu.

Sebelumnya Jungkook sudah keluar dari kamar Seokjin untuk mengobati lukanya dan luka Taehyung. Yang membuat Namjoon cemas adalah dokter berpakaian kasual itu yang tidak kunjung keluar dan sedari tadi Namjoon tidak mendengar suara Seokjin ataupun istri Hoseok dari dalam sana.

Namjoon berusaha mengusir pemikiran buruknya yang terus khawatir jangan-jangan Seokjin tengah dalam pengaruh bius aborsi bayi, makanya tidaj terdengar suara apapun dari dalam.

Setelah mengobati luka Namjoon, Jungkook beralih mengobati luka Taehyung. Sepupunya itu tidak hanya mengobati luka fisik Taehyung saja tetapi juga psikisnya.

Dengan tanpa perasaan, keduanya tengah saling berpelukan sejak tadi.

Sebenarnya itu wajar. Hanya saja apa harus di sebelah Namjoon yang sedang resah bukan main memikirkan kondisi Seokjin di dalam sana.

"Sohyun belum keluar?" tanya Hoseok yang berjalan mendekat bersama dengan Jimin.

"Mungkin sebentar lagi" jawab Jungkook.

Jimin mengangguk dan duduk di kursi sebelah Namjoon yang masih terdiam. Ia menyikut rusuk Namjoon pelan untuk mendapatkan atensi temannya itu.

"Calon ayah, eh?" ujar Jimin dengan suara setengah meledek.

Taehyung menyeringai melirik Namjoon yang tampak tidak berminat meladeni ejekan Jimin barusan. "Penebar benih, sialan"

"Eunji suka menangis rewel, dia buang air setelah pakaiannya diganti, dan senang sekali memuntahkan susunya" ucap Jimin. "Apa kau akan sabar jika mengurus anak ?"

Namjoon memutar bola matanya kesal. Jadi Jimin ada di pihak Taehyung sekarang.

Perhatian Namjoon kemudian beralih begitu mendengar pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok Sohyun yang mengenakan kemeja coklat dan celana jeans keluar dari sana.
Beta itu langsung menutup pintu begitu ia lewat.

Namjoon langsung berdiri untuk menghampiri Sohyun tetapi Taehyung tidak mau kalah dengan menahan Namjoon agar tidak melangkah lagi.

"Seokjin dan bayinya baik-baik saja, bukan?"

"Kau sudah menggugurkan kandungannya?"

Sohyun memutar bola matanya malas mendengar dua pertanyaan kontradiksi yang dilayangkan padanya secara bersamaan. Ia mendorong bahu Namjoon dan Taehyung dengan maksud menyuruh keduanya untuk duduk kembali.

"Kalian pebisnis bangunan dan mesin, berhentilah sok tahu dengan anatomi manusia" gerutu Sohyun kesal sembari menuding keduanya tanpa rasa takut sedikitpun.

Taehyung menghempaskan jari telunjuk Sohyun yang menudingnya tepat di wajah. "Aku akan menengok Seokjin"

Belum sempat Namjoon menahan Taehyung agar tidak bergerak maju, pekikan marah Sohyun terdengar lebih dulu.

Burn The Soul [NamJin]Where stories live. Discover now