Boleh berhenti?

792 65 4
                                    

Flash back

~mean pov~

"Oh shit".

Aku berlari tergesah gesah sembari melirik ke arah jam tanganku. Aku keluar dari mobil ku dan menerobos masuk ke rumah sakit dimana P'plan dirawat karena mengejar jam besuk pasien yang terbatas.

Sesungguhnya aku juga tidak tenang membiarkan P'plan sendirian diruangannya tanpa pengawasan. Terakhir kali aku datang menjenguk p'plan yang masih belum sadar aku tidak mendapati siapa pun dikamarnya.  Tentu saja dengan senang hati aku akan  menemaninya setiap hari jika boleh.

"Ini dia kamar no 34".

Yups, P'plan dirawat diruangan no 34. Nomer yang sangat bagus. Ngomong ngomong ini hanya kebetulan saja kok.

*creak*

Dengan senyuman cerah aku membuka pintu ruangan P'plan. Aku sudah tidak sabar melihat wajah nya, aku sangat merindukan P'plan.

"Oiii...... kenapa kau payah sekali! Serang terus! Serang!". Plan menggangu baby yang sedang bermain game diponselnya.

"P'! Jangan berisik! Kau mengganggu konsentrasi ku. No no no no, akh......! Tsk! Aku kalah gara gara P'!".

"Hah? Kau kalah karena kau tidak bisa main dengan benar! Bukan salah ku. Ohh...  jika seandainya aku bisa menggerakkan tanganku akan ku rebut ponsel mu dan ku habisi mereka! Oho ......!!! Kau benar benar tidak ada kemajuan sekali gadis kecil! Tidak berbakat!".

"Jika P' tadi tidak berisik aku pasti menang P'. Ahh sudahlah! Sebaiknya aku pulang saja dari pada bad mood begini!".

Kembali rasa panas membara di dadaku. P'plan tersenyum bersama orang lain. Aku tidak suka melihat pemandangan di depan ku.

"Kau mau pulang? Yah... pulang saja sana. Biarkan saja aku sendirian disini. Kebetulan sekali keluarga ku tidak akan ada disini sampai besok. Aku sudah terbiasa menahan semuanya sendirian!".

"P' aku tidak akan tertipu! Aku juga tidak kasihan pada p'! ".

"Emm, emmm, pulang lah gadis kecil. Kau sudah terlalu lama disini, ayahmu akan marah besar. Bye .....".

"Tsk. Aku tidak benar benar akan pulang P'! Aku akan menemanimu disini sampai besok. Tapi ..... jangan cerewet lagi!".
"Ow p'mean ?? Sejak kapan p' ada disana? Hmm, kalau begitu aku pergi sebentar. Apa p' mau aku belikan sesuatu?".

"Tidak, terima kasih".

"Ow, ok. P'plan baby keluar sebentar. Nanti baby bawakan sesuatu ya. See u".

"Hmm, hati hati".

Tidak lama baby keluar dari ruangan p'plan aku berjalan mendekat ke posisi p'plan. Dia terlihat lebih baik dari sebelumnya namun dia terlihat semakin kurus. Memar diwajahnya sudah mulai sembuh, tapi kelihatannya dia masih belum leluasa menggerakkan tubuhnya.

Aku menatap wajah gugup nya. Apa dia tidak nyaman dengan keberadaan ku? Ya tentu saja!. Terakhir kali kami bertemu hubungan kami masih buruk.

"Hi..., p'. Bagaimana perasaan mu?".

"Buruk. Wajah memar, Kaki dislokasi, dan luka sana sini. Well setidaknya aku masih boleh makan apa saja".

Setelah p'plan menjawab pertanyaan ku kami pun terdiam tidak saling bicara lagi hingga akhirnya p'plan membuka percakapan lagi.

"Mean. Perihal baby........, bisakah kau tidak membahas apapun padanya? Aku belum bertanya padanya, aku ingin dia memberitahuku langsung".

"Hmm, ok P' ".
"Apa dari tadi P' gugup karena takut aku bertanya padanya?"

Wish you were here  (End)Where stories live. Discover now