Part 8

2.2K 308 7
                                    

Entah apa yang merasukimu

Hingga kau tega mengkhianatiku

Yang tulus mencintaimu 🎵

Kegaduhan terjadi di dalam kelas 11 Bahasa 2 karena sedang free class di mata pelajaran sejarah. Suara fals Pian terdengar mendominasi ruangan tersebut saat cowok itu bernyanyi dengan cengkok dangdut andalannya yang pas-pasan. Diiringi ketipung dari Tetet serta tiupan suling dari Bidi, menambah keriuhan suasana kelas, bak konser dadakan.

Bahkan, Sang Ketua Kelas---Adora Fathina---atau kerap dipanggil Dora, juga ikut memeriahkan suasana. Dia mendapat bagian membawa botol minuman yang didalamnya sudah diisi beras hasil minta-mintanya di kantin.

Sementara sebagian murid lainnya, ada yang menyalakan flash ponsel ataupun berjoget. Membuat kelas tersebut menjadi makin tak terkendali. Belum lagi meja dan kursi yang kini posisinya sudah tidak keruan. Taplak meja yang berubah fungsi menjadi headband. Pun dengan papan tulis yang letaknya sudah miring macam menara pisa.

Seketika, kelas XI Bahasa 2 seperti kapal pecah. Berantakan.

Aerylin yang melihat, hanya bisa tertawa sambil memakan siomaynya, tanpa berniat untuk ikut serta. Tidak mengherankan memang kalau teman-temannya bisa sebegitu 'heboh'. Sebab, full day school yang telah diresmikan oleh pihak sekolah membuat para murid membutuhkan waktu bersantai agar tidak terlalu mumet akan pelajaran. Dan setidaknya, cara seperti ini adalah salah satu solusi untuk menghibur diri.

"Ngantuk banget, sumpah."

Aerylin refleks melirik ke samping. Dilihatnya Cecel yang tengah menyandarkan punggungnya ke tembok dengan kaki bersila di atas kursi.

"Iya juga, sih. Nggak ada kegiatan apapun. Jadi agak mager." Sahut Aerylin sembari berpangku dagu, menatap kembali teman-temannya yang masih asyik dengan kegiatan mereka.

"Rasanya tuh pengin rebahan aja di kasur," Cecel mencomot siomay Aerylin dan memakannya.

"Terus nyetel musik di kamar sambil tiduran," timpal Aerylin.

"Atau nonton kartun kesayangan sambil makan," lanjut Cecel.

"Kan, gue jadi ngebayangin." Aerylin langsung geleng-geleng kepala, bermaksud menyingkirkan isi otaknya yang sekarang mulai dipenuhi tentang rumah.

"Gue pengin pulang woi. Aelah, masih lama banget lagi jam pulangnya." Cecel mendengus saat melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul satu siang. Itu berarti, masih ada waktu sekitar tiga jam lagi untuk bel pulang sekolah berbunyi.

"Bukan lo aja kali yang pengin pulang. Gue juga sama kayak lo. Kangen rumaaah," rengek Aerylin sambil menggoyang-goyangkan lengan Cecel. Dia tidak bisa berhenti membayangkan betapa nyamannya tidur di kasur empuknya, dengan bantal dan guling yang masih dingin, serta selimutnya yang hangat.

Sungguh, kalau saja dibolehkan, dia pasti akan membawa para kesayangannya itu ke sekolah.

"Apa gue bolos aja kali, ya?"

"Bolos aja sana sendiri. Tapi, jangan ajak-ajak gue." Aerylin pun bangkit, menimbulkan kernyitan bingung di kening Cecel.

"Mau kemana lo?"

"Mau cari angin, dong. Kali aja ada cogan yang mau ngajak gue pacaran."

"Najis," cibir Cecel membuat Aerylin tertawa cekikikan. Lantas dia berjalan keluar kelas menuju balkon. Seketika, angin sepoi-sepoi langsung menyapu wajahnya begitu dia sampai di tempat tersebut.

Dari balkon, dia bisa melihat sekumpulan anak basket, baik putra maupun putri, yang tengah berlatih di lapangan. Letak kelasnya yang berhadapan langsung dengan lapangan basket bagian outdoor memang mempermudah Aerylin untuk mengetahui kegiatan mereka di sana.

Ineffable (Tamat)Where stories live. Discover now