Part 33

1.5K 218 1
                                    

"Lo ada hubungan apa sama Sakha?"

Mata Cecel memicing, menatap Aerylin yang duduk di hadapannya dengan penuh curiga. Setelah membaca balasan yang ternyata dikirimkan oleh Sakha, Cecel hampir saja menjatuhkan ponselnya ke lantai. Bahkan, Momo yang selalu cuek, langsung kaget dan penasaran setengah mati.

"Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Sakha," sanggah Aerylin.

"Bohong! Kalau enggak ada hubungan, lo nggak bakal berduaan sama Sakha sampe dia bisa bales chat lo."

"Gue nggak tau kalau lo udah sejauh ini sama Sakha tanpa sepengetahuan kita." Kali ini, Momo ikut angkat bicara. Raut wajahnya menampakkan ketidaksetujuan yang begitu kentara.

"Gue udah bilang, gue nggak punya hubungan apa pun sama Sakha. Cuma temen doang."

"Temen? Sejak kapan lo temenan sama dia?" sela Momo cepat.

Aerylin spontan mengulum bibirnya sambil mengumpat dalam hati karena keceplosan. Apalagi, kini, tatapan Momo sudah seperti agen rahasia yang sedang menyidang tersangka, membuatnya seakan tak bisa berkutik di tempat.

"Em... maksudnya, tuh, karena kita satu sekolah, jadi dia termasuk temen gue, kan?" Aerylin beralasan.

Cecel sontak mengibaskan tangan. "Udahlah. Nggak usah ngelak lagi. Gue nggak masalah kali kalau lo mau temenan atau pacaran sama Sakha. Gue pasti dukung. Cuma, gue ngerasa lo nggak terbuka aja sama kita."

"Tapi gue memang nggak setuju, Cel, kalau Aer sama Sakha. Entah itu jadi temen atau pacar," timpal Momo tiba-tiba, yang kontan mengundang tanda tanya dari kedua temannya.

"Maksud lo? Lo naksir sama Sakha, Mo? Udah bukan Kak Deva lagi?"tanya Cecel, tidak mengerti dengan jalan pikiran Momo. Ucapan cewek itu kadang bisa jadi jalan keluar yang benar, tapi tak jarang juga bisa kontra dengannya.

"Sakha itu nggak sebaik yang kita lihat." Pada akhirnya, Momo akan membeberkan apa yang dari dulu—saat Aerylin mulai kepo dengan Sakha—memang harus dia lakukan. Semata-mata agar Aerylin bisa berpikir ulang tentang kedekatannya dengan cowok itu.

"Gue... nggak ngerti," tukas Aerylin. Kalau yang Momo maksud tentang Sakha yang pernah bertengkar dengan Haris di gudang, bukannya sudah dijelaskan oleh Cecel apabila dia melakukan itu karena memang Haris adalah murid yang bermasalah. Lantas, kenapa Momo berkata demikian?

"Mo, jangan nge-judge orang seenaknya. Lo yang dari dulu selalu bilang kalau gue nggak boleh nyimpulin sesuatu tanpa ada berita pasti. Tapi kenapa sekarang lo yang kayak gini?"

Momo menghela napas. "Gue pernah lihat dia di arena balapan ilegal. Gue juga pernah lihat dia berantem sama murid yang di drop out dari sekolah ini. Bahkan, sebelum dia dateng ke sini, gue pernah lihat dia ngerokok di sekolah saat tim basket gue ikut pertandingan lawan SMA Harapan. Itu yang lo bilang gak boleh nge-judge Sakha, sementara gue sendiri yang lihat kelakuan dia tanpa ada embel-embel 'katanya', Cel?"

Namun, belum sempat Cecel menyahut, Aerylin langsung membalasnya, "gue pernah tanya sama lo tentang Sakha, tapi lo bilang nggak tau sama sekali. Terus sekarang tiba-tiba lo bilang gini. Jadi, lo bohongin gue?"

Aerylin menatap Momo tak percaya. Dia tak menyangka, kalau selama ini Momo menyembunyikan hal tersebut dengan kedok sikapnya yang acuh tak acuh.

Momo menggeleng. "Gue bersikap kayak gitu karena gue nggak mau lo makin penasaran sama Sakha dan berujung pada kedekatan kalian."

"Lo salah Mo. Lo yang nggak ngasih tau gue malah bikin gue makin penasaran sama dia."

"Dan sekarang lo udah tau, kan? Lebih baik sekarang lo jauhin dia. Sakha bukan orang yang akan kasih lingkungan pertemanan yang positif buat lo."

Ineffable (Tamat)Where stories live. Discover now