3 November : Pemberontakan

341 83 61
                                    

Situasi memburuk. Makhluk-makhluk itu kini bahkan berani muncul di lingkungan Pondok.

Rifa'i berjalan di koridor menuju ruangannya. Wajahnya pucat. Dia tahu mereka ada di sekelilingnya. Setidaknya tiga jin berukuran anak kecil, mengamatinya dari balik semak, lima sosok hitam besar, mengintip dari balik jendela, dan satu jin berbentuk laba-laba, merayap di langit-langit mengikuti langkahnya. 


Dia menelan ludah, berpeluh keringat. Inikah yang dialami almarhum Syeikhnya dulu semasa hidup? Bagaimana Syeikh dulu bisa selalu tampak tenang? 


Mereka tak akan bisa membunuhku, ya kan? Karena sekarang AKU yang punya cincin keramat ini!


Rifa'i tiba di ruangannya. Dia duduk dan memeriksa dokumen. Tiba-tiba embusan hawa dingin terasa di leher kirinya. 'Haaaaaahhhhh ... !!!!' Samar desah suara wanita, sangat jelas.

Tangannya mulai gemetar. Itu adalah kontak fisik mereka yang paling dekat. Setelah semalam jin wanita itu masuk merayunya ke dalam mimpi dan nyaris merebut cincin mata sembilan yang dikalungi di lehernya dan disembunyikan di balik jubah. Tangannya refleks menutupi dada. 


Tak akan kuberikan pada siapa pun! Sampai mati pun aku tak sudi! Cincin ini MILIKKU!!


Hening. Dia berusaha abai dan lanjut menulis. Mendadak buku dan tangannya seolah dipukul keras dari satu sisi. PLAKKKKKKK!!! Rasa ngeri membuatnya refleks menggeser mundur posisi duduk. "HIIIIHH!!!??"

FLAPP! FLAP FLAP FLAPPP!!! Lembar-lembar kertas membuka cepat hingga beberapa di antaranya tercabik ke udara.


Tangannya mengepal gemetar. Cukup sudah, pikirnya. Dia adalah seorang yang bergelar Ustadz. Berani betul mereka menantangnya! Dia tidak boleh diam saja dan mengikuti permainan mereka! Dia harus berontak!! 


Rifa'i menggebrak meja sekuat tenaga. BRAKKK!! "KURANG AJAR KALIAN!! KELUAR KALIAN SEMUA! KALIAN PIKIR AKU TAKUT??" Dia mengatakannya dengan suara bergetar. 


Hening. " ... KELUAR! TAMPAKKAN DIRI KALIAN!!"


Detik berikutnya, mereka menuruti perkataannya. Puluhan jin beragam bentuk memenuhi ruangan. Separuh hewan buas, separuh mirip manusia berwajah rusak. 


Seluruh tubuhnya gemetar. Belakangan imannya telah tergerus demikian hebat. Masih adakah sedikit yang tersisa?


CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt