8 November : Sepi Di Tengah Keramaian

270 59 15
                                    

Adit sebenarnya sering di-bully. Setiap kali Ibu atau Kakaknya memergoki bekas pukulan, dia selalu berdalih itu karena terjatuh.

Adit lebih perasa ketimbang Kakaknya. Perceraian orang tuanya, berdampak lebih besar pada Adit. Saat Ibunya sering keluar dengan pacar barunya, Adit jarang di rumah. Dia main ke rumah teman seper-bully-annya. Teman senasib yang biasa ditindas senior dan preman sekitar. Tak jarang, Adit merasa kesepian di tengah keramaian. Hampa.


Namun ketika pacar Ibunya tewas, dia senang. Ibunya jadi lebih sering di rumah. Dia pun jadi pulang ke rumah lebih awal. 


Kakaknya banyak berubah. Entah apa yang membuat Cyntia tampak lebih menarik dari biasanya. Cyntia juga mengejutkan sekolah dengan kabar bahwa dia pacaran dengan Firman, anak lelaki yang tersohor dengan kegantengannya.

Suatu hari saat masuk ke kamar Kakaknya, Adit menemukan sebuah cincin hitam bermata sembilan. Seolah ada magnet besar yang menariknya, dia mengambil cincin itu. Dipikirnya itu hanya cincin biasa. Hingga suatu hari ... 


"Dit, lihat cincin Kakak di kamar?"

"Enggak," jawabnya sambil membuang muka. 


Cyntia curiga. "Kamu yakin? Seisi rumah sudah Kakak bongkar, tapi masih belum ketemu juga!"

"Kubilang enggak tahu!" dia memutar kursi belajar, membelakangi kakaknya. 


Tiba-tiba Cyntia menyerangnya dari belakang. Menarik kerah baju, memaksa adiknya berdiri. "JANGAN BOHONG! Masih kecil sudah mencuri!"


SRAKK!! Adit dihempaskan ke kasur dengan kasar dan lehernya dicekik. "ITU CINCIN KEBERUNTUNGANKU!! KEMBALIKAN PADAKU, ATAU KUBUNUH KAMU!!"

"UUKHHH!!" Adit meronta, menatap ngeri sorot mata Kakaknya yang penuh amarah. "K-ka ... kak," satu panggilan itu membuat Cyntia melepasnya. Dia berdiri menatap tak percaya tangannya yang nyaris membunuh adiknya sendiri. 


Ponselnya berbunyi. Cyntia buru-buru mengangkatnya. Potongan percakapan terdengar, "Apa?? Tunggu, Firman. Kamu mau putus? A-aku enggak mau!" 


Ah ... karena cincin itu ternyata. Adit tersenyum bahagia. Berarti, sebentar lagi nasibnya akan berubah membaik. 


Tapi takdir berkata lain. Cincin itu dirampas seorang preman yang memalak uang jajannya.


CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang