10 November : Taman Bermain

242 60 29
                                    


Seorang pria berjaket hitam berjalan sempoyongan di tengah malam. Tangan kanannya membuang botol bir yang telah kosong. Botol menghantam tempat sampah besi, mengejutkan seekor kucing. 


Pandangannya buram. Di mana ini, pikirnya? Taman bermain. Di malam hari begini, taman sepi bagai kuburan. 


Ia duduk di sebuah ayunan kayu. Menatap sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin hasil memalak seorang murid SMP, kemarin. Saat pertama melihatnya, dia terpikat pada cincin itu dan tanpa pikir panjang merampasnya.


Lama dia duduk melamun. Arka, namanya. Merenungi nasib. Tak ada yang bercita-cita menjadi preman. Seringkali dia merindukan masa kecilnya yang bahagia. Semua berubah saat orang tuanya wafat dan seluruh harta peninggalan mendiang orang tuanya dibawa kabur oleh sanak saudara. Arka akhirnya menjadi anak jalanan. Seorang preman mengajarinya cara berkelahi dan bertahan di dunia yang keras. Dia tumbuh menjadi tukang palak, kadang preman bayaran. Apa saja untuk bertahan hidup. 


Serakah adalah sifat dasar manusia. Dia hanya mewarisi dan melanggengkan sifat itu. 


Mendadak dia ingin buang air kecil. Saat nyaris membuka retsleting celana, dia mengurungkannya. Arka melepas cincin dari jemari dan meletakkan cincin mata sembilan itu di atas ayunan. Ada perasaan yang aneh, seolah dia merasa cincin itu tak suka jika tetap dipakai saat buang air.


Pria itu berdiri di tepi semak, membelakangi ayunan. Sret! Selesai. Dia merapatkan retsletingnya. Berbalik badan, dan seketika berteriak saat melihat makhluk ganjil di hadapannya.

Sesosok makhluk mirip belalang sembah raksasa, berusaha menyentuh cincinnya. Makhluk itu juga terkejut saat sadar aksinya kepergok. Mata makhluk itu besar, hitam penuh, dengan taring tipis panjang nyaris menyentuh tanah. 


"K-KA-KAMU ... APA?? M-MAU APA??"


Makhluk aneh itu mendadak tampak semakin samar, lalu menghilang dalam sekejap mata.

Hening, hanya terdengar suara jangkrik yang menyatu dengan deru jantungnya. Dahinya berkeringat. Mungkinkah ... dia sudah terlalu mabuk??

Ternyata Bang Rhoma Irama benar adanya. Minuman keras : SANGAT berbahaya. 


CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019Where stories live. Discover now