9 November : Anak Lelaki 7 Tahun

245 58 25
                                    

Di sebuah pesantren di Sumatera Barat, berita itu akhirnya sampai.

"Permisi, Syeikh Abdullah. Ada kabar penting dari Pondok Al Kautsar di Magelang," ujar salah seorang Ustad.

Pria tua itu menyesap teh dengan tenang. " ... Mengenai kematian mendadak Ustad Rifa'i?"



"Benar Syeikh. Kemarin dua orang Ustad kita sudah tiba di sana. Jenazah beliau disembunyikan dari publik. Hanya kalangan tertentu yang diizinkan melayat. Barusan, Ustad Qodri dan Ustad Adam telepon saya."

"Apa kata mereka?"

Wajah Ustad Umar tampak tegang. " ... Kondisinya sangat mengenaskan, Syeikh. Dada Ustad Rifa'i tercabik-cabik. Seluruh tubuh hingga wajahnya lebam-lebam, tapi bukan karena pukulan dari luar, melainkan dari dalam. Mengerikan."

Wajah Syeikh Abdullah berubah serius. "Apa mereka sudah menemukan cincin itu?"

Umar menggelengkan kepala. "Belum. Mereka sudah mencarinya di seluruh penjuru Pondok. Cincin itu seolah lenyap."

Pandangan pria berjanggut putih itu menatap terawang ke arah pepohonan yang mengitari gazebo. Dedaunan bergesekan tertiup angin. Pemahaman tampak di kedalaman matanya.

.

.

Hening agak lama.

.

" ... Katakan pada mereka, hentikan pencarian. Syeikh Badawi bilang, cincin itu ada di ibukota."

Umar terbelalak. "Jakarta?? Bagaimana ... ?" Dia menutup mulutnya. Tak perlu ditanya bagaimana cara dua orang Syeikh itu berkomunikasi. Ilmu mereka tak bisa disamakan dengan manusia kebanyakan.

"Ada yang ingin membuat kekacauan di kota. Cincin itu sedang menjalani takdirnya. Digulirkan dari satu tangan ke tangan yang lain."

Umar tertegun.

"Bagaimana dengan posisi Zhafran, pewaris cincin mata sembilan?"

"Kami masih melacak keberadaannya di Timur Tengah."

Syeikh Abdullah tersenyum. "Masalahnya satu. Sekali pun kita tahu ada di mana dia, Zhafran tetap belum bisa pulang."

Umar tampak heran. "Kenapa Syeikh? Kondisinya sudah genting! Bahaya kalau cincin itu terus berpindah tangan ke orang yang salah!"

"Untuk bisa memulangkan Zhafran, kita perlu mendatangkan seorang anak lelaki berusia 7 tahun."

"Anak lelaki 7 tahun??"

"Benar. Bukan anak biasa. Dia terlahir dengan kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit. Cari anak itu, lalu pertemukan dia dengan Zhafran!"





CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019Where stories live. Discover now