b

4.7K 441 49
                                    

Chapter b here, enjoy!

*

“Chan. Bangun…”, Seungwan menggoyangkan sedikit sedikit tubuh bongsor suaminya. Serius, ini sudah memasuki jam 7 pagi. ia juga sudah membangunkan suaminya sejak 1 jam yang lalu, tapi hingga saat ini belum ada tanda tanda suaminya itu niat untuk bangun dan pergi bekerja.

“Mmmm, sebentar”, Seungwan menghela nafasnya pelan. Ia memiliki firasat tak enak semenjak semalam. Ia merasa suaminya sedang membohonginya semalam. Dan sepertinya itu sebuah kebenaran, kalau ia mendapati jam 2 pagi suaminya baru saja membuka pintu kamar mereka dan langsung terlentang tanpa mencopot pakaian kerjanya. Aroma alkohol juga menyeruak dari dengkuran Chanyeol kini. Baiklah, ia memakluminya mungkin suaminya sedang stress.

“Chan, kau bisa telat. Ayo bangun!”, omel Seungwan. Akhirnya Chanyeol membuka matanya sambil mendecakkan mulutnya. Tuh kan, lagi lagi Seungwan membentaknya. Hal pertama yang ia lihat saat ini adalah wajah Seungwan. Chanyeol memejamkan matanya lagi lalu berguling mencari posisi yang lebih enak.

Padahal aku baru saja memimpikan Mia. Seungwan mengganggu saja.

Seungwan masih disitu, berusaha membuat kebisingan agar Chanyeol segera bangun dan pergi bekerja. Bukannya ia mengusir, tapi anak anaknya juga harus sekolah. Mereka tidak menggunakan antar jemput karena terkadang itu tidak meyakinkan. Chanyeol selalu mengantarnya. Dan seharusnya, 15 menit lagi mereka semua harus sudah siap kalau tidak mereka akan terjebak macet.

Chanyeol tiba tiba bangkit dari tidurnya, membuat Seungwan yang sedang merapikan lemarinya berjingkrak kaget. Dilihatnya suaminya itu langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Seungwan beralih ke lemari Chanyeol dan menyiapkan pakaian kerjanya.

Eomma, aku mau bawa bekal juga”, Jackson berdiri disamping Seungwan dan menatap ibunya dengan penuh harap. Seungwan tertawa lalu mengangguk. Anak pertamanya itu biasanya tak mau jika dibawakan bekal, hanya Renjun anak keduanya yang menurut perkataannya saja.

“Baiklah, eomma bawakan. Tunggu sebentar ya.”

Eomma, Appa dimana?” kini giliran Renjun yang bersuara, biasanya ayahnya itu sudah duduk manis dimeja makan dan menikmati kopi panasnya. Namun yang dilhatnya kini, hanya kopi panas yang asapnya sudah tidak mengepul lagi.

Appa sedang bersiap sayang, tunggu sebentar ya”, Seungwan memasukkan kotak bekal milik Jackson lalu beralih untuk menyuapi sarapan anak ketiganya, Hani.

Chanyeol tiba tiba keluar dari kamarnya lengkap dengan seragam kerjanya, tas kerjanya dan juga kunci mobilnya. Ia sudah siap mengantar anak anaknya sekolah. Seungwan menaruh mangkok bubur Hani lalu berjalan mendekati suaminya, bermaksud untuk memasangkan dasinya. Namun sebuah penolakan yang mengejutkan pagi ini. Chanyeol terlihat berbeda.

“Aku berangkat”, sesingkat itu. Lalu laki laki itu menggiring kedua putranya masuk kedalam mobil lalu menjalankan mobilnya perlahan. Tetap menutup kaca mobilnya, tanpa acara dadah-mendadah, tanpa menerima juluran tangan istrinya yang bermaksud untuk mencium tangan suaminya. Semuanya tak ada pagi ini. Seungwan menatap mobil hitam Chanyeol yang kian lama kian mengecil, ia merasa sesuatu terjadi semalam. Melibatkan perasaan Chanyeol, hingga ia berubah pagi ini.

*

Chanyeol menghela nafasnya kasar, seorang bawahannya baru saja melanggar janjinya untuk dapat merevisi laporan menjadi lebih baik. Hasilnya malah lebih buruk bahkan lebih dari lebih buruk. Ia marah, ia juga kecewa. Semua orang kena impasnya.

Pemimpinnya yang dikenal ramah dan baik hati itu seakan melayang hilang entah kemana. Semenjak tadi pagi, moodnya memang sudah berantakan. Ditambah melihat wajah istrinya yang menurutnya kian lama kian mengesalkan itu. Saat ini ia hanya ingin bertemu Mia.

40 Years Old Chanyeol | wenyeolWhere stories live. Discover now