m

3.1K 337 25
                                    

Chanyeol mengancingkan kemejanya pelan. Sementara tatapan matanya entah memandang kemana. Samar samar ia mendengar suara berisik anak anaknya. Chanyeol sedikit tertegun, bukan suara berisik anaknya yang ia fokuskan. Melainkan suara tawa familier yang sangat terdengar khas di telinganya itu. Dan tawa yang sudah ia dengar selama hampir setengah ia hidup.

Seungwan di ruang makan sana, bersama ketiga anaknya sambil bersenandung ceria. Ia tertawa lucu dan dua anak laki lakinya akan menanggapinya dengan berteriak teriak senang.

Chanyeol hampir tak memiliki kuasa apapun untuk menghampiri ruang makan dan ikut bergabung dengan mereka. Penyesalan selalu datang di akhir. Ia tak mau sendiri disini. Namun melihat wajah cantik dan senyum manis istrinya itu, yang bahkan tetap terlihat baik baik saja bahkan setelah email itu. Chanyeol yakin Seungwan sudah melihatnya. Semuanya.

Atau Chanyeol saja yang tak pandai mengartikan air wajah seseorang. Ia diliputi rasa bersalah dan menyesal di sekujur tubuhnya.

"Appa! Lihat sini!" Jackson tiba tiba membuka pintu kamarnya dan menarik narik tangan Chanyeol. Pria itu sedikit terkejut dan mengikuti langkah anak pertamanya.

Chanyeol tersenyum kecil saat dilihatnya ternyata bekal makannya yang dihias menjadi seperti orang yang lagi tersenyum. Tangan kecil itu kemudian membuka kotak makan milik Renjun.

"Ini Appa, ini Eomma", serunya sambil menunjuk kedua kotak itu secara bergantian.

"Aku membantu Eomma menghiasnya!" Jack menggoyang goyangkan tangan Chanyeol sambil tersenyum lebar.

"Njun juga!" Renjun mengambil kotak makannya lalu menyodorkannya pada Chanyeol. Chanyeol mengulurkan tangannya dan mengambil bekal makan sederhana itu. Seungwan selalu nenyiapkan bekal yang sederhana. Hanya sekotak nasi putih, beberapa lembar selada segar, sedikit potong ayam dan telur mata sapi. Telur mata sapi itu diberikan hiasan berupa dua mata dan satu mulut yang tersenyum dengan kecap dan saus tomat.

Chanyeol mengendurkan bahunya. Tiba tiba pikirannya melayang pada dirinya dan Seungwan. Saat ini dirinya begitu takut. Juga hampa. Namun untuk memeluk tubuh Seungwan dan berlutut meminta maaf, ia begitu pesimis.

Membantu Eomma menghiasnya? Apa ini semacam sindiran halus yang ditujukan padanya? Kalau iya, ia merasa.

Matanya bergerak, menangkap Seungwan yang melayangkan suapan pada anak perempuan satu satunya sambil menggoyang goyangkan sendoknya seperti pesawat.

Chanyeol menatap sendu. Ia ingin berada disana. Menemani Seungwan dan membantu menyuapkan makanan pada Hani. Lalu mereka tersenyum bahagia tanpa memikirkan apapun.

Seungwan menoleh. Tanpa sengaja menabrak tatapan sayu itu. Ia menahan tangannya dengan sendok bubur ditangannya. Sebelum memutuskan untuk tersenyum kecil dan menaruh mangkuk bubur Hani. Ia membiarkan langkah kakinya mendekat pada Chanyeol dan mengambil gantungan jas abu abu terang yang berada didekatnya.

Ia memakaikan jas itu pada tubuh Chanyeol. Mencoba untuk menahan nafasnya untuk tidak merindukan laki laki yang seharusnya menjadi miliknya sepenuhnya ini. Ia tidak boleh egois.

Chanyeol bergerak ragu. Ia sama sekali tak melepas pandangannya pada Seungwan yang terdiam. Ia tak membuka suaranya, begitupun dengan Seungwan. Jarak keduanya dekat sekali, sementara suara Jackson dan Renjun sama sekali tak mengganggu keduanya.

Bukan keadaan romantis yang sedang Chanyeol alami sehingga seluruhnya serasa milik berdua.

Sementara untuk saat ini, ia ingin tinggal disini dan menjelaskan semuanya. Namun mulutnya tertutup rapat rapat dan menuruti semua yang Seungwan katakan. Ia tak ingin pergi bekerja. Ia tak ingin lari dari masalahnya saat ini dan membuat Seungwan menjadi salah paham.

40 Years Old Chanyeol | wenyeolWhere stories live. Discover now