wendy

3.7K 199 17
                                    

Bonus 😻
*media: young seungwan



Tiba tiba ia pergi, berlari dari hadapannya dan memasuki sebuah gedung. Belum sempat ia terkejut dan berlari menyusulnya, satu tangannya melebar dan menggenggam tangan perempuan lain. Seungwan masih mencerna apa yang sedang ia lakukan, tapi dirinya hanya diam ditempat. Memperhatikannya yang sempat menoleh kebelakang.

Apa ia mengawasiku? Kalau iya, tolong tunggu aku.

Namun ketika Seungwan hendak melangkahkan kakinya, pria itu menutup pintunya. Bersama dengan perempuan yang ia gandeng itu.

Seungwan hanya terdiam tak percaya. Beberapa saat kemudian perempuan itu mencari tempat untuk berteduh, dan baru sadar ia telah memilih untuk meninggalkannya. Untuk perempuan rambut gelombang kecokelatan itu.

Semuanya hilang dan rasanya kupingnya berdengung sakit. Seketika ia merasa hawa disekitarnya menjadi semakin dingin, petir yang menyambar mematahkan ranting dari pohon yang berdiri tak jauh darinya. Mereka berteriak dan menunjukkan dirinya semakin sering. Langit menghitam dan jalanan tak ada satupun yang ia lihat kehadirannya selain dirinya sendiri, dia, dan dia yang sudah menghilang dari balik pintu.

Seungwan terdiam cukup lama, masih sama dengan keadaanku sebelumnya. Sekujur tubuhnya kuyup, dengan angin yang berhembus cukup kencang dari arah depan kanan kiri belakang. Mereka berhembus dan membawa bergumpal gumpal air hujan yang jadinya mengenai tubunya.

Ia duduk sendiri, dengan hatinya yang dirasakan kian lama kian memanas. Seungwan baru sadar ia mengalirkan air matanya dengan deras saat ia mulai merasa matanya menjadi sangat berkabur dan cairan cairan tak terduga didalam hidungnya meleleh ringan. Seungwan mengangkat tangannya, menggeseknya pelan ke hidungnya. Ia tak tahu ia harus bagaimana, ia harus kemana, dengan siapa, ia tidak tahu.

"Seungwan-ah", Seungwan mendongak, sebuah suara memanggil namanya. Menatap pria tinggi dihadapannya dengan kernyitan tipis di keningnya. Satu makhluk hidup lain yang dilihat selain mereka yang menghilang dibalik pintu. Ia melihatnya dan gurat khawatir tampak di wajahnya.

Seungwan tidak mengada-ngada.

Ia melempar payung merahnya sembarang dan mengambil tempat disamping Seungwan dengan cepat. Sedang Seungwan tak berkata apa apa. Wajahnya bergerak sesuai dengan kemana ia bergerak. Tepat saat ia mendudukan dirinya, ia menghadap kearah Seungwan dan mengguncang kencang tubuh perempuan itu. Ia menekan kedua lengan Seungwan dan meraba raba raba wajah basah perempuan itu.

"Hei, kau baik baik saja kan? Kenapa kamu basah sekali? Tidak bawa payung? Tidak bawa mantel?" secepat kilat ia melepas mantel cokelat panjangnya dan memaksanya untuk memakainya. Ia juga sangat merapatkannya hingga bukan hangat lagi yang Seungwan rasakan; melainkan sesak.

Tapi Seungwan membiarkan itu. Pikirannya kini hanya bercabang menjadi dua. Masih memikirkan kekasihnya yang menggandeng perempuan lain, dan juga pria dihadapannya kini.

"Seungwan-ah, kau baik baik saja kan? Hei, katakan sesuatu", Ia mencubit cubit kedua pipi Seungwan

Tangan Seungwan terangkat, dan ia menurunkan tangan pria itu pelan. Seungwan juga tidak mengeluarkan senyumnya. Jadi ia hanya memanggil namanya. Tapi pria dihadapannya terlihat sangat bersyukur sekali.

"Chanyeol."

"Hhhhh, Son Seungwan. Kau menakutiku", Ia memegang dadanya, sedang satu tangannya ia tenggerkan di pundak Seungwan; berat. Kemudian ia kembali mendongak dan melepas tangannya.

"Iya ini aku Chanyeol", pria bermata bulat dihadapannya tersenyum. Ia tak menyadari perempuan dihadapannya kini sedang menurunkan air matanya dengan deras. Untuk kekasihnya yang juga Chanyeol kenal. Namun pria itu tak memikirkan apapun. Ia memegang kedua lengan Seungwan dan memeluknya dari samping. Mencoba semaksimal mungkin untuk memberikan kehangatan.

40 Years Old Chanyeol | wenyeolWo Geschichten leben. Entdecke jetzt