q

2.8K 312 23
                                    

"Chanyeol?"

Seungwan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Ia berjalan dengan cepat kesudut sudut ruangan. Namun nihil, Chanyeol menghilang. Kalau mungkin tadi pagi Chanyeol yang merasakan ini, saat ini Seungwan yang merasakan kehilangan.

Sambil menahan air matanya yang sudah hampir keluar, Seungwan keluar dari kamar inap dan berjalan mencari cari Chanyeol. Seungwan yakin Chanyeol masih disekitar sini. Ia tak mengerti bagaimana bisa Chanyeol menghilang padahal hanya sebentar dirinya membasuh wajahnya di kamar mandi.

Seungwan mencegah seorang perawat yang berjalan melaluinya, "Permisi, apa suster lihat pria bertubuh tinggi dengan baju pasi---"

Belum selesai Seungwan berkata, perawat itu mengangguk, "Saya melihatnya. Apa ia suami ibu?"

Seungwan bernafas lega lalu mengangguk.

"Suami ibu hampir keluar dari bangsal untuk mencari anda, tapi saya yakin saya melihat perawat Lee menahan suami ibu disana", Perawat itu menunjukkan tangannya yang segera dibalas oleh anggukan oleh Seungwan. Setelah menggumam terimakasih, Seungwan kembali bergegas berjalan. Matanya tak absen untuk menyapu seluruh pandangannya, hingga sesosok tinggi yang sangat familier berhasil ia tangkap oleh matanya.

Dengan tubuh tinggi dan baju pasiennya, Chanyeol berdiri didepan pintu yang mengarah langsung ke lorong menuju ... rumah sakit dengan seorang perawat yang Seungwan yakini Perawat Lee. Perawat itu berusaha mencegah Chanyeol yang memaksa hendak keluar dari bangsal.

"Chanyeol", Seungwan perlahan meraih pergelangan tangan Chanyeol yang berdiri membelakanginya. Sekejap hingga pria itu membalikkan tubuhnya, menahan desakannya untuk keluar dan mencari Seungwan. Chanyeol menatap tanpa kedip Seungwan yang menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Seungwan", Chanyeol menunduk. Melihat pergelangan tangannya yang Seungwan genggam dengan lemah.

"Balik yuk", Seungwan memaksakan senyumnya. Kemudian beralih pada Perawat Lee yang kini menghembuskan nafasnya lega. Ia menundukkan tubuhnya sedikit sebagai permintaan maaf. Karena suaminya sudah merepotkan pekerjaannya.

Chanyeol menggenggam erat tangan Seungwan. Mereka berjalan beriringan tanpa satu suara pun. Terlalu sibuk dan tenggelam dalam pikiran masing masing. Chanyeol disini, tidak memikirkan bagaimana dirinya bisa berakhir di kamar inap rumah sakit. Melainkan ternyata Seungwan disini. Mencarinya dan menggenggam tangannya. Bagaimana bisa? Terakhir kali ia menangis dan menghindarinya.

Seharusnya Chanyeol saat ini berlutut dihadapannya. Atau mengabaikan sakit karena luka yang mungkin belum sepenuhnya kering di sekujur tubuhnya dan menumpahkan segala air matanya. Chanyeol ingat betul ia merasa kehilangan dan hampa karena Seungwan yang menghindarinya.

Ekspresi khawatir itu tak dapat membohonginya. Tangan lembut itu menuntunnya perlahan untuk kembali berbaring di ranjang. Menaikkan selimut pada tubuh Chanyeol dan duduk disebelahnya.

Chanyeol tak dapat mengucapkan sepatah katapun. Wajahnya ia tengokkan, namun sebentarpun ia tak kuasa untuk menatap lurus kearah mata Seungwan yang saat ini jauh dari kata baik baik saja.

Pikirannya bercampur aduk, telinganya berulang kali ia rasakan berdengung. Luka di kepalanya pun ia rasakan semakin sakit dan terasa. Tubuhnya remuk dan membutuhkan istirahat. Bukan hanya fisiknya yang harus beristirahat, pikirannya pun juga harus beristirahat. Tapi saat ini, bukan waktu yang tepat untuk beristirahat.

Saat saat seperti ini seharusnya Chanyeol merasakan karmanya. Seungwan pergi dan membawa ketiga anaknya, meninggalkan dirinya sendiri di jalanan dengan kondisi yang mengenaskan. Meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan dan membiarkan Chanyeol mati sendirian.

40 Years Old Chanyeol | wenyeolWhere stories live. Discover now