u

2.2K 236 23
                                    

"Jadi?"

Chanyeol berdeham, matanya menerawang ke langit langit kamar yang bersih. Bicara tentang bagaimana ia bertemu dengan Mia, semuanya bisa saja tidak terjadi jika Junho saat itu tidak mabuk dan menunjuk nunjuk Mia. Ah, Chanyeol jadi kesal. Sudah sejak saat itu pertemuan terakhirnya dengan Junho, ia belum menemuinya lagi.

"Itu sebenarnya karena Junho."

Seungwan mengernyitkan keningnya, "Temanmu yang suka melawak itu?"

Chanyeol mengangguk. Matanya masih bergerak kesana kemari. Bingung kalimat apa yang harus ia keluarkan setelah ini.

"Ia mengenalkanmu kepadanya.. atau?"

"Tidak, bukan", Chanyeol menggeleng. Ia mengerutkan keningnya. Bagaimana cara ia menjelaskan tanpa membuat Seungwan kembali sakit hati?

"Uh, sebenarnya itu seperti.. Aku melihatnya dan ia juga melihatku. Kemudian ia menghampiriku dan meninggalkan nomor teleponnya", kedua bola mata Chanyeol masih bergerak kesana kemari. Memikirkan apa kalimat yang spontan keluar dari mulutnya sudah pas dan tidak menyinggung perasaan istrinya.

"Lalu, hubungannya dengan Junho?" Seungwan menelisik ke kedua mata Chanyeol yang terlihat sangat gelisah. Kali ini Seungwan tidak dapat membedakannya. Seungwan menemukannya seperti kedua mata itu tidak menunjukkan kebenaran?

"Ah Junho.. Ia mabuk disebelahku", sejenak Chanyeol memejamkan matanya erat erat. Kemudian menggeleng pelan. Ia kehabisan kata katanya.

Seungwan sedikit membesarkan matanya. Kemudian mengernyitkan keningnya. Satu hal yang mungkin Seungwan lupakan, kekurangan suaminya itu. Baru saja mereka mengalaminya beberapa hari ini, bagaimana Seungwan melupakan itu? Perlahan Seungwan menarik bibirnya, kemudian menyeka dahi suaminya yang tertutup rambut tebalnya.

"Hmm, begitukah? Kurasa aku sudah dapat menyimpulkannya dengan baik", Seungwan menangkap kedua mata bulat itu kini menatapnya dengan setitik harapan kecil disana.

"Chanyeol", panggil Seungwan lirih. Setelah beberapa saat membiarkan atmosfir diantara mereka mulai tenang kembali menurut Chanyeol. Sedangkan Seungwan sibuk mengamati pahatan wajah suami tampannya yang mulai mengkerut karena usia. Juga beberapa rambutnya yang kusam karena terlalu banyak bekerja dan mulai kembali ke warna pigmen aslinya.

Seungwan tersenyum kecil.

Chanyeol mengembalikan dirinya dari angan angannya. Ia sudah bertekad, mulai saat ini dan seterusnya, ia hanya akan mengingat semua kenangan indahnya dengan Seungwan. Bukan sesuatu buruk yang telah ia lakukan. Ia akan mengambilnya sebagai pelajaran. Bahkan disaat ia berada dititik terjenuhnya dengan Seungwan, ia dapat kembali kepada Seungwan hanya dengan percakapan sepihak antara dirinya dan Cha Eunwoo.

"Ya Seungwan?"

"Jangan pergi lagi", sepenggal kalimat itu disampaikan dengan lirih oleh Seungwan. Ia membenamkan wajahnya pada Chanyeol dan memejamkan matanya erat. Hingga sampai ke puncak arus kesedihannya, Seungwan merasakannya malam ini. Memang benar, saat semuanya sudah terlelap, jarum jam yang mungkin bahkan belum menunjuk pada pukul 12 pun sudah dapat dikategorikan sebagai saat yang jujur jujurnya. Ia ingin menumpahkan semuanya, bersama Chanyeol hingga kapanpun. Karena Seungwan jarang bersikap demikian, ia hanya takut jika Chanyeol suatu saat menemukan kebahagiaan diluar lagi. Setidaknya untuk saat ini, jika Chanyeol menggeleng dan mencium puncak kepalanya dalam sembari bergumam aku tidak akan pergi, atau mengangguk dan memeluknya erat, ia merasa lega dan tenang.

Sesaat Chanyeol termenung. Namun kemudian ia tersadar. Mungkin ia sudah sadar sebelumnya, tapi belum sepenuhnya. Istrinya sudah disini. Memaafkan dan menerimanya kembali. Karena pikirannya masih terpecah tadi. Apalagi tepat 20 menit setelah ia memeluk Seungwan didepan pintu kamarnya, dengan banyak orang yang menyaksikannya, Junmyeon dan Joohyun datang. Beserta ketiga anak anaknya yang berisik.

40 Years Old Chanyeol | wenyeolWhere stories live. Discover now