Obsessed

723 66 0
                                    

Pemuda manis dengan rambut ash grey itu masih memfokuskan pandangannya pada sketsa gambar yang baru saja ia buat.

Ia meletakkan kembali pinsil yang baru saja ia gunakan pada tempat pinsil dan membiarkan buku sketsa itu terbuka begitu saja diatas meja belajarnya, sedangkan dirinya pergi berjalan menuju loker di belakang kelas.

Setelah mengambil dompet miliknya, ia lantas berjalan keluar menuju kantin.

Sepeninggal si manis dari kelas, sosok berperawakan tinggi berjalan memasuki kelas dan meletakan sekotak susu pisang dan sekotak donat j.co yang ia bawa sejak tadi.

Ia mengeluarkan ponsel miliknya Setelahnya ia pergi menuju kursinya berada. Manik matanya menatap lurus pada ponselnya yang menunjukkan hasil gambar si manis.

Ia tersenyum tipis sebelum ia memasang headphone milikknya baru setelah itu ia membaca novel dengan judul 'Petjah'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ia tersenyum tipis sebelum ia memasang headphone milikknya baru setelah itu ia membaca novel dengan judul 'Petjah'.

Sebenarnya ia bukan tipikal orang yang melankolis, hanya saja Daehwi, sahabatnya, itu menyuruhnya membaca novel tersebut.

"Eoh? Guanlin? Kau tahu ini punya siapa? Mengapa ada di mejaku?"

Nama yang bersangkutan itu menoleh, dan mendapati pemuda manis sedang menatapnya dengan susu pisang dan sekotak donat dikedua tangannya. Ia melepas headphone miliknya dan menaruh novel yang sedang ia baca itu.

Guanlin, pemuda satu-satunya yang berada di kelas tadi mengedikkan bahunya tanda ia tak tahu. "Punyamu mungkin."

"Punyaku? Aku tak merasa membeli ini."

Guanlin memutar bola matanya malas, "Seseorang memberimu mungkin."

"Kalau begitu kau tahu siapa yang memberikannya untukku? Kurasa aku harus berterimakasih padanya."

"Aku.Tidak.Tahu.Park.Jihoon. Kalau kau mau kau tinggal memakannya tanpa perlu banyak bertanya, ck."

Setelah itu ia berjalan keluar kelas dengan senyum tertahan.

"Dasar aneh." rutuk Jihoon sebal.

Jihoon menghela nafasnya panjang. Tanpa peduli dengan rumahnya yang seperti kapal pecah dan suara orang tuanya yang saling berteriak, ia berjalan menuju kamar miliknya.

Selalu seperti itu.

Ia membanting pintu kamarnya diiringi dengan setetes kristal bening mengalir di belah pipinya.

"Ma, Pa, Jihoon lelah jika harus seperti ini terus menerus."












Seperti akhir pekan biasanya, kini Jihoon sudah siap dengan baju rajut berwarna dark grey, celana pensil hitam yang ia padukan dengan sepatu kets abu-abu, ia juga mengenakan jaket hijau lumut mengingat cuaca sedikit dingin. Ia bersiap untuk pergi ke rumah temannya.

One Of Our Love [Panwink]✓Where stories live. Discover now