Philophobia

664 57 8
                                    

   APA yang akan kau lakukan jika kau mempunyai sebuah trauma dalam hidupmu?


°

Tahukah kau tentang satu malam yang menakutkan?
Tentang suatu kisah menyakitkan membelenggu jiwa.
Dibawah cahaya rembulan yang mencekik nadi.
Jerit dan rintihan bagai melodi mengikis hati.
Derai air mata memotong ikat tali cinta.
Membuatnya merasa hina disandingi bulan.
Ketukan melodi merampas rasa sayang.
Memenjarakan kesenangan dalam penjara hati penuh siksaan.
Kisah dengan beribu rasa sakit, yang disebabkan oleh akar berduri tajam.
Meninggalkan setetes embun dalam labirin penuh penyiksaan.


°

Ini kisah tentang traumaku terhadap sebuah kata bernama
C I N T A


°

Philophobia; is the fear of love or of becoming emotionally connected with another person.

——————————

   “Mama?”

Bocah lelaki dengan balutan seragam taman kanak-kanak itu menatap sendu perempuan dihadapannya.

“Ada apa Michael?”

Bocah dengan nama Michael itu menghela nafas panjang. “Michael... Mama... Kenapa Michael tak pernah bertemu Papa, Ma?”

•••

   “Jadi Ka Jihoon mengambil seat terakhir seminar itu?”

Pemuda dengan surai merah kecokelatan itu menoleh pada perempuan disebelahnya. “Ya, lagi pula baiknya aku menambah sedikit wawasanku. Kau pun ikut kan Yena?”

Perempuan bernama Choi Yena itu membenarkan sedikit kunciran miliknya sembari mengangguk. “Ya aku ikut. Jadi perwakilan sekolah hanya aku dan Ka Jihoon?”

“Tidak, Pa Min Kyun dan Miss Elkie juga ikut serta.” jawab pemuda berambut merah kecokelatan itu, Jihoon. “Jadi seminar guru kali ini akan diselenggarakan di salah satu Villa di daerah mana Ka? Yena belum melihatnya lagi.”

Yena dan Jihoon bangkit dan berjalan beriringan menuju parkiran mobil guru di Produce Elite Highschool. “Tidak tahu, aku juga belum melihatnya. Besok saja saat briefing kita tanya Pa Min Kyun.” jawab Jihoon.

Keduanya lantas memasuki mobil dan pergi meninggalkan area sekolah tempat mereka mengajar.

•••

   “Kalau begitu tidurlah yang cukup. Masalah perbekalan biar aku saja yang akan membawanya, kau bawa secukupnya saja.” Yena mengangguk, ia lantas menuruni mobil dan melambai pada Jihoon. “Yena masuk ka, terimakasih tumpangannya.”

Jihoon balas melambai sebelum menjalankan kembali mobilnya meninggalkan area apartemen Yena.

Berkendara selama 30 menit, ditambah pemberhentiannya di minimarket, kini Jihoon sampai di depan pintu kamar apartemennya.

Setelah membuka pin apartemen, Jihoon masuk dan lantas berjalan menuju dapur, menaruh kantung belanjaannya untuk keperluan dirinya, juga adik tingkatnya tersebut mengikuti seminar.

Selepasnya, ia berjalan menuju kamarnya. Melewati ruang tengah dengan bingkai foto cukup bersar tergantung dengan apiknya diatas tv, membuat Jihoon tersenyum simpul meski ia tak menatap tepat pada figura tersebut.

Dengan cepat, ia membersihkan dirinya yang lengket dan segera menemui kekasihnya.









“Ah akhirnya aku bisa bermanja-manja denganmu, kekasih empuk ku.” kasur;v

Ia mengambil ponsel miliknya dan membalas beberapa pesan dari beberapa guru juga muridnya yang menanyakan tugas padanya. Setelahnya ia menaruh ponsel miliknya diatas nakas, lantas memejamkan matanya memasuki alam mimpi.






Bertepatan pada satu pesan masuk dari seseorang yang ia sematkan chat nya tersebut.

Shortluv♡

Kapan pulang? Si kecil kangen katanya...












To be continued...




Seperti biasa, bersambung dulu;v

One Of Our Love [Panwink]✓Where stories live. Discover now