Philophobia IX

336 60 8
                                    

•••

Shortluv♡

Hoon, Michael ada dikantin sekolah tempatmu mengajar, ia sedang makan siang. Aku tadinya hanya ingin ke kamar mandi, tapi sekarang aku harus pergi. Urusan penting.

•••

   Jihoon yang sedang mengajar lantas membulatkan matanya setelah membaca pesan dari sang kakak.

Ia dengan segera bangkit membuat tanda tanya besar para murid-muridnya.

“Saya harus pergi sebentar sekarang, kalian lanjutkan saja mengerjakan tugasnya. Ingat jangan berisik, nanti saya kembali lagi.” ujarnya setengah panik setelah itu ia segera berlari menuju kantin.

“Oh gosh Kakak, bagaimana bisa ia meninggalkan Michael di kantin sendirian.” umpatnya.

Sesampainya di kantin, Jihoon segera mengedarkan pandangannya hingga ia bernafas lega begitu mendapati Michael yang sedang meminum sekotak susu pisang di tengah kantin.

“Michael?”

“Bunda?”

Michael langsung memeluk Jihoon dari samping begitu sang bunda duduk disebelahnya. “Sudah makan siangnya?” tanya Jihoon dengan lembut.

“Sudah bunda.”

Anggukan kecil, Michael dapatkan dari sang bunda. “Kalau begitu Michael ikut bunda mengajar ya? Mama sudah pergi, ada urusan mendadak.”

“Oke bunda. Gendong ya? Michael mengantuk.”

Jihoon dengan cekatan menggendong Michael dan lantas berjalan kembali menuju kelas 12 IPA 2.

Sesampainya di kelas, suasana yang tadinya ramai seketika hening. Semua pandangan tertuju pada Jihoon yang sedang menggendong Michael.

“Kenapa berisik? Bukankah saya sudah bilang untuk tidak berisik dan lanjutkan tugas kalian?” ujarnya sembari duduk dikursi guru.

Kelas masih hening sejak kedatangan Jihoon. “Sudah lanjutkan tugas kalian. Saya mohon dengan sangat jangan berisik.”

Memang murid-muridnya kembali mengerjakan tugas dengan hening, tapi bukan ia tidak tahu bahwa sebenarnya mereka saling berbisik tentang bocah yang kini masih dalam dekapannya.

“Pa?”

Jihoon menoleh dan menatap siswi berambut cokelat keunguan itu. “Ada apa Wonyoung?”

“Itu anak kecil yang sama Pa Jihoon siapa?”

“Iya Pa siapa?”

“Adeknya ya Pa?”

“Namanya siapa Pa?”

“Gemes banget, gembul gitu.”

Seketika suasana kelas kembali ricuh hanya karena satu pertanyaan siswi dengan nama Wonyoung tersebut.

Jihoon menghela nafas panjang melihat suasana menjadi ricuh yang mana hal itu membuat tidur Michael terganggu.

“Tolong jangan berisik!”

“Terima kasih Yohan. Ini Michael, anak saya dan bukan adik saya. Ada yang masih ingin dipertanyakan? Jika tidak, kembali kerjakan tugas kalian, yang sudah kumpulkan dan boleh istirahat.”

Jawaban Jihoon membuat satu kelas melongo, tidak percaya bahwa guru muda dengan paras manis incaran para penghuni sekolah ternyata sudah memiliki seorang anak.

“Pa Jihoon sold out guys!”

Jihoon menatap malas anak muridnya yang selalu ribut tersebut.

•••

   “Dongpyo! Son Dongpyo!”

Murid dengan wajah imut itu berlari menghampiri Jihoon. “Ada apa bu? Eh Pa, maksud saya hehehe.”

Jihoon memutar bola matanya jengah dengan muridnya yang satu ini, karena ia selalu saja salah memanggilnya dengan sebutan ‘Bu’. “Saya hari ini izin tidak mengajar, kerjakan bab 5 saja ya. Setelah itu kalian boleh pulang.”

Dongpyo mengangguk antusias ia pun membuat gestur hormat pada Jihoon, “Siap laksanakan!”

“Yasudah itu saja. Saya duluan ya.” Jihoon lantas berbalik masih dengan Michael yang berada dalam gendongannya.

“Bunda.”

Jihoon merunduk menatap Michael yang masih menyandarkan kepalanya pada pundaknya. “Kenapa sayang?”

“Kita ingin kemana?”

“Pulang.”

“Michael ingin makan banana chocolate brownies.”

Hm?”

Banana chocolate brownies bunda~”

Jihoon mengangguk, “Iya nanti kita beli.” ia mendongak kembali namun seorang lelaki yang berdiri bersandar pada pintu mobilnya membuatnya terheran.

“Guanlin?”

Panggilnya begitu ia mengenali postur tubuh lelaki tersebut. Yang dipanggil mendongak dan tersenyum pada Jihoon. “Sudah pulang?” tanyanya yang mendapat anggukan kecil dari Jihoon.

“Aku izin pulang lebih dulu. Kau kenapa bisa ada disini? Ingin bertemu seseorang?”

Guanlin mengangguk, “Iya, ingin bertemu seorang guru yang bernama Park Jihoon.” Jihoon memutar bola matanya malas mengundang kekehan kecil dari Guanlin.

“Kemarikan kunci mobilmu.”

“Hng?”

“Kunci mobilmu Park Jihoon. Biar aku saja yang menyetir.”

Jihoon menyerit tak mengerti, “Memangnya mobilmu kemana?”

“Aku kesini diantar oleh Woojin. Lagipula tujuanku kesini ingin menghabiskan waktuku bersamamu juga Michael. Bolehkah?”

















To be continued...


Or E N D?


Idk, maybe this is will be the last chapter of Philophobia, cerita ini dlm masa pertimbangan gais... Doain aja aku cepet dapet keputusan buat digimanain cerita ini hehe... See ya! Makasih buat yg udah baca, vote, komen, kusayang kelean♡

One Of Our Love [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang