Philophobia III

389 53 0
                                    

•••

   Jihoon terus-menerus merasa gemetar dan gelisah, ia bahkan tak ingin disentuh siapapun kecuali oleh Yena. Beberapa tim panitia sudah membujuk Jihoon, namun ia malah beteriak histeris.

Kali ini Yena sedang berlari kecil menuju lobby hotel, ia akan menjemput seseorang yang ia rasa mampu membuat Jihoon kembali merasa tenang.

Baru saja ia ia ingin berbelok, netranya menangkap satu tim panitia yang wajahnya sungguh tak asing baginya, membuatnya lantas menghentikan langkahnya.

"Ku rasa aku tau penyebab trauma Ka Jihoon kambuh." gumamnya, ia lantas kembali berjalan dan menyapa perempuan dengan rambut sebahu itu.

"Di lantai berapa?" tanya perempuan dengan nama Eunha itu tanpa basa basi. "Lantai 5, kamar 203." jawab yang lebuh muda sembari mengambil alih bocah lelaki itu dari dekapan Eunha.

"Kalau begitu tolong jaga Michael, jangan sampai ia melihat seseorang yang ia kenali."

"Ya. Oh ya Ka."

"Ada apa? Kau tau ia tak bisa ditinggal terlalu lama."

"Penyebab trauma Ka Jihoon kambuh, Guanlin ada disini." Yena menyebutkan kedua nama itu tanpa adanya suara, namun Eunha tetap mengerti dan ia mengangguk. "Sudah ku duga. Kalau begitu aku harus segara menemui-nya."

Yena mengangguk, Eunha pun berjalan cepat menuju lift. Meninggalkan Yena dan Michael yang menatap kepergian sang Mama yang kini sudah hilang ditikungan.

"Michael sudah makan?"

"Hng?" bocah berumur 5 tahun itu menoleh pada Yena. "Belum Ka."

"Michael ingin makan sambil menunggu Mama?" bocah itu mengangguk semangat.

•••

"Baiklah. Terimakasih atas kerjasamanya dan pengertiannya terhadap salah satu rekan kami."

"Bukan masalah besar Bu Yena, kita juga sudah seharusnya mementingkan kesehatan Pa Jihoon." Yena tersenyum canggung mendengar perkataan panitia dihadapannya.

"Kalau begitu saya permisi dahulu Bu Yena. Mari." Panitia dengan nama Kim Jong Dae itu lantas berbalik dan berjalan pergi. Kini Yena kembali mendudukan tubuhnya dihadapan Michael yang kini sedang menghabiskan banana cake nya.

"Ka Yena."

"Hm?" Yena sedang berusaha mempertahankan ekspresi wajahnya agar terlihat baik yang sebenarnya ia terlihat pucat pasi.

"Michael ingin air putih dan semangkuk eskrim juga salad buah boleh?" tanyanya masih dengan mulut yang sibuk mengunyah kue nya.

"Ah iya, akan Kakak ambilkan, Michael tunggu disini ya."

Michael mengangguk. Begitu Yena berjalan mengambil beberapa pesanan Michael, bocah itu menoleh lantas turun dari kursi dan berlari mengejar Jong Dae.

"Paman!"

Jong Dae yang sedang berbicara pada resepsionis menoleh menatap Michael yang berdiri didekat kakinya.

"Sebentar." ujarnya pada resepsuonis itu, ia kini beralih menyamakan tingginya dengan Michael. "Ada apa tampan?"

"Apa paman mengenal seseorang yang bernama Jihoon? Seseorang yang paman sebut tadi namanya?"

"Ya, ada apa?"

"Bisa Paman antarkan Michael bertemu dengannya?"

"Oh baiklah. Sini Paman gendong."

Kini keduanya berjalan menuju kamar Jihoon berada, meninggalkan Yena yang panik tidak menemukan Michael di tempat duduknya. Ia lantas berlari menuju kamar Jihoon, karena menurutnya Michael meminta panitia tadi untuk mengantarkan dirinya menemui Jihoon.

Kala ia membuka pintu kamar, ia mendapati Michael yang sudah memeluk Jihoon yang sedang tertidur, dengan erat. Sedangkan Eunha menatap dirinya tajam.

"Panitia tadi menyebut nama Jihoon, dan saat aku duduk kembali ia meminta ku untuk mengambil beberapa makanan. Saat aku kembali ia sudah tidak ada."

Eunha menghela nafas berat. "Beruntung Jihoon sudah tertidur tadi."

"Lagi pula Ka, kasihan Michael harus pisah dengan Bunda nya di usianya yang masih kecil."

"Kalau keadaan Jihoon memungkinkan pun aku tidak akan mengambil alih Michael dari Jihoon Yen."

Eunha dan Yena menghela nafas berat. Keadaannya begitu rumit, Jihoon yang memiliki trauma tidak bisa menerima kehadiran Michael di kehidupannya, ah tepatnya mungkin belum.

"Kalau begitu aku akan kembali mengikuti acara, aku titip Ka Jihoon ya Ka. Dah." Yena berjalan keluar dari kamar, dan tepat saat pintu kamar tertutup dengan sempurna, pemuda yang paling ia hindari setelah ayahnya sudah berada dihadapnnya.

"Choi Yena."


To be continued...

Berat bngt buat ngetik astaga... Rasanya semua muter:"

Btw buat yang nonton fancon nya Jihoon, have fun ya...

Utamain kesalamatan kalian, jaga juga barang² berharga kyk dompet, hp, tiket, pb, dll. Pastiin semuanya aman dan gak ada yg kehilangan ya

Saran ku sih bawa payung lipet buat jaga², soalnya cuacanya lagi berubah² eh tapi gk harus juga sih, pake juga baju yg casual, yg bikin kalian nyaman, mungkin juga uang secukupnya buat makan siang karna acarakan sampe malem

Buat yg rumahnya jauh dan milih buat nginep di hotel, pastiin uang yang kalian punya cukup ya, buat yg pulang-pergi hati² ya dijalan, apalagi pas pulang, udh malem, agak rawan

Utk yg muslim, jngn lupa beribadah ya, kalian bisa tanya² mushola atau cari tempat bersih buat beribadah, tapi ya tetep harus tutupan sih;v

Saranku juga bawa botol air minum sendiri, tapi jangan sampe ketinggalan, syng botolnya, hehehe.. Kalian juga pake tas yg muat sama kapasitas barang² kalian ya

Sekian tips n tricks nntn konser dari aku;v

Aku titip salam aja buat Jihoon ya, hehe♡♡♡

Ternyata ada bbrp item yg justru gk boleh dibawa dri yg ku sebutkan😂

Ternyata ada bbrp item yg justru gk boleh dibawa dri yg ku sebutkan😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
One Of Our Love [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang