Philophobia VI

353 53 15
                                    

•••

“Kumohon. Satu kesempatan ini saja.”

•••

   A year when everything happened.

Jihoon merapatkan selimut yang membalut tubuh polosnya. Air matanya mengalir begitu saja mengingat kejadian semalam dimana kekasihnya merenggut sesuatu hal yang ia jaga selama belasan tahun ia hidup.

Udara diluar begitu dingin, gerimis sisa hujan semalam masih terasa. Langit bagai ikut merasakan bagaimana hancurnya seorang Park Jihoon.

Dengan gerak lambat, ia memungut potongan bajunya yang berserakan di lantai dan membawanya memasuki kamar mandi.

Jihoon menatap pantulan dirinya dihadapan cermin kamar mandi. “Kau terlihat sangat menyedihkan Park Jihoon.” lirihnya. Dan lagi-lagi air mata itu mengalir.

Tangan kanannya bergerak membuka kran wastafel, membiarkan air tersebut mengalir begitu saja. Setidaknya gemericik air itu menyamarkan isak tangisnya.

Setelah puas menangis, Jihoon membasuh wajahnya dan berjalan keluar dari kamar mandi. Namun pemandangan dihadapannya membuat air matanya yang entah sudah keberapa kalinya untuk hari ini, menetes.

Guanlin dan seorang perempuan dengan dress mini yang menampilkan belahan dada juga lekuk tubuhnya itu sedang berciuman panas diatas ranjang.

“That bitch.” gumamnya tanpa sadar membuat kedua orang itu segera menoleh.

“J-jihoon.”

Dengan perasaan campur aduk, Jihoon berlari tertatih keluar dari kamar hotel, “H-how can that bitch kissing with my boyfriend?! Hiks.”

“JIHOON!”

Jihoon mempercepat langkahnya kala suara sang kekasih semakin terdengar jelas dibelakang. Begitu sampai lobby, dengan cepat ia berjalan keluar dan memberhentikan taksi yang kebetulan sekali lewat didepannya.

•••

Jihoon nampak murung kali ini, bahkan ia menolak ajakan teman-temannya yang meminta berfoto dengannya.

“Ka, foto sama Yena hayuk ih!”

“Gak Yen, kamu aja sana.”

Jihoon mendorong pelan tubuh Yena yang bersandar padanya. “Kan Ka Jihoon yang lulus, masa kakak gak ikut foto. Ayo dong kak!”

Jihoon menatap Yena melas, “Aku gak mood ngapa-ngapain Yen.”

“Ah Ka Jihoon gak asik! Yaudah Yena mau ke kantin dulu, Kakak mau nitip gak?”

Jihoon menggeleng pelan, ia kembali meletakkan kepalanya diatas meja saat Yena berjalan keluar kelas.

“Jihoon.”

Tak ada lima menit Jihoon memejamkan matanya, satu suara kembali membuat ia menegakkan tubuhnya. Namun ia segera membuang pandangannya begitu mengetahui siapa yang menemuinya kali ini.

“Ji, let me explain—”

“Gak perlu. Gak usah susah-susah buat ngejelasin suatu hal yang udah aku lihat sendiri kejadiannya.”

“Gak. Kejadiannya gak seperti apa yang kamu lihat Ji.”

“Did you know that you're having sex with me before? After that you've kissing with another girl! And who knows if i didn't stop you both you will do like you do to me with her?! Did you know that you such a good jerk?! And one thing, i really dissapointed with you! I think our relationship have to stop here.”

Jihoon dengan cepat membereskan tasnya dan melenggang meninggalkan Guanlin yang terdiam.

•••

“Kamu harus tahu satu hal tentang pagi itu.”

Jihoon melirik sendu pada Guanlin yang masih memeluknya. “Bukan aku yang memulainya dengan perempuan itu.”

Guanlin mengelus kepala Jihoon lembut, “And one thing you have to know, aku sepenuhnya sadar atas apa yang aku lakuin sama kamu.”










To be continued...

Mending bikin book nya sendiri atau enggak sih cerita ini? Tapi takut bngt gk kepegang, sama kyk book² sblmnya... Ini juga per part nya gak nyampe 1000 words, jadi ragu bngt klo mau di bikin book nya sendiri...

Visualisasi Michael, dia kiyowo banget huhuu ㅠㅠ

Visualisasi Michael, dia kiyowo banget huhuu ㅠㅠ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
One Of Our Love [Panwink]✓Where stories live. Discover now