Philophobia II

461 52 5
                                    

•••

   Mobil yang menampung Jihoon, Yena, Min Kyun juga Elkie telah sampai pada salah satu hotel berbintang lima di daerah Namhae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Mobil yang menampung Jihoon, Yena, Min Kyun juga Elkie telah sampai pada salah satu hotel berbintang lima di daerah Namhae.

Keempatnya lantas memasuki hotel dan melakukan registrasi. Dan setelah mendapat kunci kamar, keempatnya bergegas memasuki kamar guna menaruh koper yang mereka bawa.

Seminar kali ini dilaksanakan selama seminggu full, untuk perbekalan para guru-guru dari para profesor.

“Ka Jihoon.” Jihoon menoleh pada Yena dengan sebelah alis mengangkat. “Kita gak bisa sekamar ya?”

Pertanyaan yang baru saja Yena lontarkan membuat kedua guru itu menoleh, dan Jihoon yang membulatkan matanya.

“Aduh Dek Yena aneh-aneh aja deh,  masa iya sekamar sama Pa Jihoon.” ujar Miss Elkie diiringi kekehan kecil diakhir kalimat begitu pula denga Pa Min Kyun. Sedangkan Yena mengerutkan alisnya.

“Gak harus gitu juga kali Yen. Kamu bilang hal kayak gini di depan mereka, ya jelas mereka heran.”

“Ya tapikan—”

“Udah jangan aneh-aneh. Lagipula kamar kita sebelahan.”

•••

   Hari pertama dan kedua seminar berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan, beberapa pengetahuan baru pun telah didapakan.

Kini jam menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Para peserta seminar sedang bersiap-siap untuk mengikuti pembekalan materi, begitu pula dengan Miss Elkie, Yena juga Pa Min Kyun yang kini sedang menunggu Jihoon.

“Apa sebaiknya saya susul Pa Jihoon?” sontak kedua guru perempuan itu menganggukan kepalanya mendengar usul guru tertua itu.

Min Kyun berjalan menuju toilet pria, sesekali ia memeriksa pesan-pesan yang masuk kedalam ponselnya. Dan kala ia sampai pada pintu masuk toilet, ia dibuat terkejut oleh Jihoon yang justru terduduk dengan kedua tangan yang berada dikedua sisi telinganya.

Dengan langkah cepat ia menghampiri guru muda tersebut, “Pa Jihoon?!”

Kali ini badan guru kelahiran 1995 itu terhempas.

“K-kumohon p-pergi.”

Dengan suara bergetar Jihoon meringsut menjauh dari Min Kyun, sedangkan guru berambut cokelat itu segera menghubungi Yena.

“PA MIN KYUN!!!”

“Ada apa ini?”

“Saya tidak tahu, begitu saya ingin menghampirinya, keadaannya sudah seperti ini.”

Yena langsung menangkup wajah Jihoon, tak peduli bahwa berkali-kali tangannya dihempas dengan kasar.

“Bawa kedalam kamar saja Pa.” pinta Yena yang langsung diangguki oleh Min Kyun.

Begitu keempatnya sampai di kamar, Yena dengan cekatan mengambil aroma minyak terapi. “Pa Min Kyun dan Miss Elkie kembali ke aula saja, biar Ka Jihoon saya yang jaga. Sekalian izinkan kami berdua untuk tidak mengikuti pembekalan materi kali ini.”

Kedua guru tersebut mengangguk, “Kalau begitu kami titip Pa Jihoon padamu ya. Kalau bagitu saya dan Pa Min Kyun pamit.” ujar Miss Elkie yang diangguki oleh Yena.

Sepeninggal kedua guru tersebut, Yena segera mengambil ponsel Jihoon dan menghubungi seseorang.

“Hallo Ka? Ka Jihoon kambuh, tapi Yena gak tau kenapa bisa!”

•••

   “Menyakitkan memang melihatmu justru tersiksa jika melihatku. Tapi aku tahu fisik dan batinmu terluka tiap kali netra ini saling bertatap rindu.”

•••

   “Ma... Michael bermimpi jika orang tua Michael bersatu, dan kami bertiga hidup di taman indah penuh tangkai bunga tawa.”

“Benarkah?”

Hng! Michael merasa menjadi seorang pangeran dengan hidup paling sempurna di dunia ini.”

“Michael—”






















To be continued...

Hai, sorry bngt tiba² ngilang, sorry juga pengetikannya acak²an. Aku lagi drop gais, tiga hari blkngan ini demam tinggi. Sampe mau ngetikpun gabisa, jari gemeter parah, ini aja bnyk banget typo dan maksain bngtn buat up;v. Kemaren maksain baca pun udhannya pusing bngt hehe, jadi mungkin cerita ini gak bakal aku up sampe keadaanku bnr² pulih.. Makasih yang udh mau baca... Bye bye!

One Of Our Love [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang