End of Philophobia [1]

423 55 12
                                    

•••

Ingin tahu tentang akhir kisah si pengidap phobia cinta?
Ah, sebenarnya cerita itu masih sangat panjang, melalui jalan berliku yang tajam hingga sampai pada destinasi yang indah.

Akan tetapi, mari persingkat semuanya.

•••

   “You don't need to cover up your sadness for me, I'm sorry if I'm selfish, but I'm still his father right?— Jika memang kau tidak ingin ia mengetahuinya tak apa, tapi tetap biarkan ia memanggilku dengan sebutan ayah. Oke?”

Guanlin menggenggam erat tangan Jihoon meyakinkan lelaki manis itu sebelum ia mengusapnya pelan dan melepas genggamannya.

Jihoon hanya diam dan tak membalas apapun ucapan yang dilontarkan Guanlin, ia justru menyibukan diri dengan memakan strawberry short cake yang ia pesan.

“Ji?”

Yang dipanggil mendongak menatap sang lawan bicara, “Hm, ya?”

“Seandainya aku, maksudku kita kembali seperti dahulu, apa kau mau menerimaku? Kembali merajut kisah cinta kita yang sempat terputus?”

•••

   G A G A L!

Yeah, rencana jalan-jalan dadakan tersebut gagal. Penyebabnya? Oh bukankah sudah cukup kentara apa yang terjadi setelahnya?

Ah sebaiknya, akan ku jelaskan.

Jihoon tentu terdiam mendengar apa yang Guanlin katakan. Ia takut bereaksi apa-apa. Oh ayolah, Guanlin baru saja mengatakan kata terlarang dalam hidupnya.

Ia mulai bergerak gelisah dengan tatapan matanya yang tak dapat berfokus pada satu objek, tubuhnya meringsut.

Guanlin yang merasakan gelagat aneh dari Jihoon lantas menoleh, dan ia terkejut melihat keadaan Jihoon. Dan seakan baru saja tersadar, ia membulatkan matanya sambil membatin.

‘Astaga, bodohnya! Kau melupakan fakta bahwa ia memiliki trauma, Lai Guanlin!’

Guanlin berjalan mendekati Jihoon. Ia memegang perlahan tangan kanan Jihoon yang gemetar, namun langsung ditepis kasar oleh sang empu.

“Ji?”

“T-tidak, kumohon m-menjauhlah.”

Michael menoleh dan menatap sang bunda dengan bingung, terlebih dengan keadaan seperti ini yang untuk pertama kalinya ia lihat. “Bunda?”

“Jihoon, it's me. It's okay, I won't hurt you.”

•••

   Ruang kamar itu nampak sepi, sang pemilik kamar yang duduk diam menatap kedua lelaki manis yang tengah tertidur diranjanganya, dengan yang lebih muda memeluk yang lebih tua.

Ia menghela nafas berat masih dengan memandangi keduanya. Setelah membuat sedikit keributan di toko kue tadi, ia dengan segera membawa pulang keduanya menuju mansion yang selama ini ia tinggali, meski agak sedikit sulit.

Ia, Guanlin, mengelus kepala Jihoon dan Michael yang tertidur secara bergantian sebelum ia beranjak keluar kamar menuju dapur dan membuat secangkir cokelat panas.

Pikirannya berkelana begitu saja, tepatnya saat tatapan Jihoon yang mengarah padanya siang tadi. Sangat jelas memancarkan ketakutan dan kesedihan secara bersamaan disana.

Helaan nafas berat mengiiringi langkahnya menuju balkon mansion dengan secangkir cokelat panas ditangannya. Ditatapnya langit yang mulai menggelap juga lampu-lampu gedung yang kini nampak seperti bintang kota, juga padatnya jalanan oleh kendaraan.

One Of Our Love [Panwink]✓Where stories live. Discover now