Philophobia V

350 55 5
                                    

•••

   “Jihoon kau baik?”

Pertanyaan itu menyadarkan Jihoon dari lamunan panjangnya. Dan ia menggeleng sebagai jawaban.

“Bunda sudah seperti itu setelah bertemu paman tingga Ma.” Michael kembali menyamankan posisinya dalam pelukan Jihoon setelah menjawab pertanyaan yang sebenarnya dituju untuk sang bunda.

“Paman tinggi, siapa Hoon?”

“Seseorang yang tak ku harapkan kehadirannya dimuka bumi ini.” jawabnya datar sembari mengusap kepala Michael dengan lembut.

“Bunda dirumah nanti bacakan cerita tidur untuk Michael ya? Oke bun?” Jihoon merunduk demi melihat wajah manis Michael, wajah turunannya. “Iya, nanti bunda bacakan. Ka bangunkan aku jika sudah sampai.”

•••

   “Michael sudah selesai makan?”

“Sudah Ma.”

“Kalau begitu Mama pulang dulu ya, jadi anak baik, jangan membuat bunda marah oke?” Eunha mengecup sekilas kening Michael sebelum beranjak menuju pintu apartemen Jihoon.

“Hoon, Kakak pulang ya.” Setelah berpamitan, Eunha lantas meninggalkan apartemen tersebut menyisakan Jihoon juga Michael.

Jihoon menghampiri Michael yang sudah duduk terngantuk disofa ruang tengah. “Michael sudah mengantuk? Kita tidur di kamar yuk, bunda sudah membuat susu untuk Michael.”

Sembari menguap kecil, Michael mengulurkan tangannya pada Jihoon, yang langsung ditanggapi oleh sang bunda.

Jihoon menggendong dengan telaten, Michael kedalam kamar. Ia langsung mematikan lampu menyisakan kesan temaram dari sisa cahaya lampu tidur.

“Minum susu dulu sayang.” tegur Jihoon yang melihat Michael sudah ingin berbaring. Dengan cepat Michael menghabiskan susu dalam botol yang Jihoon buatkan dan menyerahkannya pada sang bunda ketika botol tersebut telah kosong.

“Sekarang mari tidur. Michael ingin bunda bacakan cerita apa hm?”

Michael nampak berpikir meski matanya sudah setengah menutup. “Nyanyikan lagu tidur saja bunda, hoam.”

“Baiklah. Satu lagu penghantar tidur untuk Michael.”

Jihoon memposisikan dirinya untuk memeluk Michael dengan lembut sebelum ia memulai menyanyikan baris pertama bait lagu penghantar tidur.

Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise

Blackbird singing in the dead of night
Take these sunken eyes and learn to see
All your life
You were only waiting for this moment to be free...

Selamat malam jagoan bunda.”

Jihoon ikut terlelap bersama dengan Michael, buah hatinya yang sempat tak ia akui kehadirannya sebab ayah dari buah hatinya tersebut.

•••

   Jihoon berjalan lunglai menuju kamar mandi. “Orang gila mana yang bertamu pukul sepuluh malam seperti ini?!”

Ya, Jihoon terbangun karena mendengar bel apartemennya yang berbunyi berkali-kali.

Setelah membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar, ia berjalan menuju pintu apartemen.

“Ada a—”

“Park Jihoon.”

Tatapannya menyendu, senyum yang sempat terbit diwajah manisnya perlahan luntur, jemarinya yang memegang knop pintu perlahan basah dan sedikit bergemetar.

“A-ah p-permisi maaf.”

Jihoon sudah akan menutup pintu jika saja tangan special guest-nya tersebut tidak menahannya.

“Kita harus bicara.”

Sudah mengetahui siapa? Tanpa ku beritahu pun kalian sudah mengetahuinya benar?

“H-harus berapa kali aku bilang, bahwa untuk melihatmu saja aku tidak bisa.” ujar Jihoon dengan lirih.

“Kali ini saja kumohon Jihoon.” Guanlin, ya itu Guanlin, berjalan mendekat kearah Jihoon.

“T-tidak jangan mendekat kumohon, hiks.”

Guanlin tak mengindahkan perkataan Jihoon yang bahkan sudah terisak kecil.

“Kali ini saja.”

Dengan perlahan Guanlin memegang kedua lengan Jihoon, dan menariknya masuk dalam sebuah pelukan hangat.

“Kumohon. Satu kesempatan ini saja.”






To be continued...

Idk, i just feel this is not satisfied, am I wrong?

One Of Our Love [Panwink]✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora