Chapter Tiga | Simpul Yang Salah

2.6K 375 29
                                    

-Special Song by Kim Na Young - Hope To Hope (Ost Marriage Dating)-

🖤🖤🖤

"Kalian akan menikah minggu depan," ucap Sung Ryung dengan wajah bahagia.

Suzy dan Myungsoo tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya lalu saling pandang kemudian kembali menatap Sung Ryung yang menjadi figur utama yang tampak bahagia.

"Eomeoni... Kenapa mendadak seperti ini?" tanya Suzy pelan. Ia merasakan bahwa Myungsoo terlihat akan memakannya, lihat saja tatapannya yang dingin dan penuh intimidasi itu. Sangat mengerikan.

"Eomma, mengapa kau memutuskannya secara sepihak. Lagipula aku tidak menyukai wanita ini. Shireo! Aku menolaknya!" tolak Myungsoo, mengepalkan kedua tangannya erat, dan menahan diri untuk tidak mengetatkan rahangnya.

Sung Ryung menghela nafas, menatap putranya dengan tatapan datar. "Ini adalah perjanjian dan wasiat yang ditinggalkan oleh orang tua Suzy, sahabat eomma. Tidak perlu membantah, eomma yakin kalian akan saling jatuh cinta di masa depan jika mau menerima takdir kalian," timpal Sung Ryung.

"Eeomma, hajima..."

Sung Ryung melongos pergi, menolak untuk mendengarkan perkataan Myungsoo.

Myungsoo mendesah frustasi, mengacak rambutnya seraya berdecak. Ia benci keadaan seperti ini ketika tidak ada satupun hal yang bisa ia lakukan untuk menolak perkataan ibunya.

"Myungsoo oppa.."

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu. Ingat! Kau hanya orang asing dihidupku, jangan keluar batas," potong Myungsoo dengan nada suara tidak suka, menatap tajam wanita dihadapannya yang menunduk takut.

"Aku..."

Myungsoo mengambil langkah mendekati Suzy, membuat wanita itu tanpa sadar melangkah mundur dan membungkam binirnya rapat karena takut.

Myungsoo menarik tangan Suzy dengan kasar, membuat wanita itu memekik tertahan dan berkaca-kaca menatapnya. "Kenapa? Mau menangis, hah?"

Suzy menggigit bibir bawahnya guna menahan isakan kecilnya keluar dari bibirnya. Ia takut Myungsoo akan melakukan hal yang tidak ia inginkan, misalnya menyakitinya mungkin.

Myungsoo mencengkeram begitu kuat lengan Suzy dan menatap wanita itu begitu sinis. "Kau.. Jangan pernah mengharapkan hal lebih pada pernikahan itu, karena aku akan menceraikanmu setelahnya." Myungsoo menyentak lengan Suzy dengan kasar, menyenggol bahu Suzy hingga membuat wanita itu bergerak sempoyong ke belakang, dan pergi begitu saja.

Suzy akhirnya bersimpuh tidak berdaya. Menahan isakannya agar tidak terdengar sampai ke belakang halaman karena Sung Ryung berada di sana, meski pada akhirnya ia hanya bisa mengeluarkannya sedikit demi sedikit dengan bahu yang bergetar.

Ia tidak meminta apapun setelah orang tuanya meninggalkannya, kakeknya yang tidak mau melihatnya lagi, dan tidak ada satu orang pun yang ada di dekatnya. Hanya saja, ia berharap orang yang memeluknya di depan abu orang tuanya dapat menerimanya kembali. Setidaknya, biarkan saja orang itu yang Suzy miliki. Tapi mungkin akan sangat muatahil karena sekarang ia sendiri yang menghancurkan kesempatan itu. "Mianheyo, Myungsoo oppa," isak Suzy.

🖤🖤🖤

Hingga tepat dua minggu setelah pernikahan itu selesai, Suzy dan Myungsoo akhirnya keluar dari rumah orang tua Myungsoo dan menempati rumah baru yang sudah disiapkan oleh Sung Ryung sebagai hadiah pernikahan mereka.

Suzy keluar dari mobil setelah mereka sampai di halama.utama rumah itu. Rumah minimalis dengan desain interior yang indah dan mediterian. Halamannya asri karena beberapa pohon cemara yang berjejer rapi di sisi depan rumah serta bunga yang masih bermekaran. Suzy menduga bahwa rumah ini dirawat dengan begitu baik. "Apa karena kami memang suatu saat akan menikah?" pikir Suzy dalam hati.

Sadar akan pikirannya yang aneh, Suzy menggelengkan kepalanya dengan kernyitan samar dikeningnya. "Ah.. Ani.. Ani.. Myungsoo oppa bahkan tidak mencintaiku, tidak mungkin rumah ini sudah disiapkan karena aku menikah dengannya. Pasti karena dulu Myungsoo oppa kelak akan menikahi Go Ha Ra, tapi terhalang karena kehadiranku," ucap Suzy dalam hati, tersenyum kecut menyadari kehadirannya yang merusak kebahagiaan orang lain, apalagi itu adalah pria yang ia harapkan.

Myungsoo memandang rumah dihadapannya sebelum akhirnya berjalan menuju bagasi mobil untuk mengambil koper. Ia melirik Suzy yang mengikutinya dan hendak menurunkan koper miliknya itu namun terlihat kesusahan.

Myungsoo berdecak seraya mendesah pelan. "Minggir," usir Myungsoo.

Suzy menatap Myungsoo dengan garis wajah takut sekaligus bingung. "Tapi.."

"Minggir!" gertak Myungsoo dengan nada suara tinggi hingga membuat Suzy terkejut dan bergerak mundur karena ketakutan.

Myungsoo melepaskan pegangannya pada koper miliknya sebelum akhirnya menurunkan koper miliki Suzy, memberikan pada wanita itu kemudian kembali menutup bagasi mobil. "Merepotkan."

Suzy mengangkat wajahnya karena tidak percaya bahwa Myungsoo membantunya untuk menurunkan kopernya yang berat. Senyum lebar seketika merekah dengan indahnya di bibir Suzy seraya memandang punggung Myungsoo yang berjalan lebih dulu memasuki rumah. "Gomawo.. Myungsoo oppa," lirih Suzy senang.

🖤🖤🖤

Suzy menatap lembaran kertas yang baru saja dilempar Myungsoo di atas meja. Membaca deretan huruf hangul itu dengan seksama lalu kembali menatap pria dihadapannya. "Myungsoo oppa, ini..."

"Sudah kukatakan berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Apa pendengaranmu rusak, hah?!"

Suzy langsung bungkam dan tertunduk ketika Myungsoo membentaknya. Ia tidak berani bersuara dan menatap pria itu ketika sedang marah, terlalu menakutkan baginya.

Myungsoo berdecak. "Itu hanyalah surat perjanjian diantara kau dan aku. Kau harus tanda tangan agar kesepakatan kita untuk bercerai setelah satu tahun bisa cepat berproses."

"Ce.. Cerai?"

"Wae? Kau pikir aku sudi hidup bersamamu dan merangkap sebagi suamimu? Jangan mimpi, ahgassi."

Suzy menatap pria itu tidak percaya. Bagaimana bisa Myungsoo dengan teganya mengatakan hal itu padanya, sedang dirinya bahkan tidak pernah memikirkan kata 'cerai' itu. "Bukankah kita..."

"Jangan berlagak menjadi istriku. Kau hanyalah wanita penjilat dikaki ibuku," potong Myungsoo cepat dengan nada meremehkan. "Sudah kukatakan sejak dulu bahwa kita hanyalah sepasang orang asing dan tidak seharusnya bersama. Jangan hanya karena wasiat dan ibuku menyukaimu, kau bisa seenaknya masuk dan merusak kehidupanku. Yaa, Bae Suzy-ssi, sadar dirilah. Kau sudah merusak kebahagiaan orang lain."

Suzy mengepalkan kedua tangannya setelah mendengar ucapan menohok dari pria itu. Simpul yang ia pikir sudah benar ternyata salah, pada akhirnya simpul itu terlepas juga sekalipun berkali-kali mengeratkannya. Suzy tidak bisa mengambil hati Myungsoo karena pandangan pria itu tentang dirinya telah berubah. Bahkan sekalipun ia berusaha agar membuktikan bahwa dirinya lebih baik, tidak akan berpengaruh besar pada pria itu untuk mengubah sudut pandang tentang dirinya. Tidakkah ini terlalu menyedihkan untuknya?

"Kita akan bermain drama di depan semua orang, selebihnya jangan pernah kelewatan batas. Kita bisa satu kamar, kau boleh menguasai kasur itu, aku tidak masalah. Kau boleh memanggilku dengan panggilan layaknya suami dan istri, tapi itu hanya berlaku di depan orang lain, tidak saat kita hanya berdua. Aku tidak akan mencampuri urusanmu dan kau juga boleh mencari pria lain, kau boleh selingkuh dan pergi ke manapun. Bagaimana? Itu setimpal dengan perjanjian yang ada."

Suzy menahan diri untuk tidak mengeluarkan air matanya dan hanya menatap pria itu tidak percaya. Apakah Suzy terlalu berlebihan jika berharap agar Myungsoo tahu bahwa ia tidak akan melakukan seperti perjanjian dan penjelasan Myungsoo karena dirinya akan berusaha menjadi istri yang baik untuk pria itu? Myungsoo terlalu menyepelekan tentang janji.

To be continued...

Apakah kalian kesal dan sedih secara bersamaan apabila berada diposisi Suzy karena suaminya yang seakan bodo amat tentang pernikahan dan cinta?

December [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang