Chapter Sembilan | Tiga Cinta, Empat Hati

2.4K 343 37
                                    

-Special Song by Taeyeon - If (Ost Hong Gil Dong)

🖤🖤🖤

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun batang hidung wanita itu belum juga terlihat di rumah.

Myungsoo berdecak karena pikirannya tidak berada di tempatnya, bahkan bagan-bagan dan grafik yang seharusnya menjadi fokusnya sudah terbengkali sejak beberapa jam yang lalu.

Ia pikir, wanita itu akan pulang sebelum makan malam tapi ia tidak pernah berpikir bahwa wanita itu tidak pulang sampai larut malam seperti ini sekalipun melewatkan makan malam. "Tidak mungkin wanita itu pergi ke rumah orang tuaku dan mengadu, bukan?" gumamnya pelan. Jika itu benar, ia tidak akan bisa menceraikan wanita itu secepatnya, bahkan Sung Ryung mungkin akan memata-matainya mulai sekarang jika itu terjadi. "Aihs, wanita itu merepotkan sekali."

🖤🖤🖤

"Biar aku yang bayar."

Suzy menoleh kearah Sehun di sampingnya saat hendak membayar bil. "Tidak perlu, saya-"

"Tidak apa-apa, lain kali saja kau ganti kalau memang kau tidak nyaman. Ahjumma, gabungkan dengan pesanan dia, juseyo."

"Tapi ..."

"Sudah, tidak apa-apa. Ini juga sebagian dari permohonan maafku karena tadi membuatmu terkejut disaat kau minum."

Suzy akhirnya membungkam bibirnya dan kembali menarik tangannya yang tadi sempat ingin membayar bil. Ia bukan ingin menolak kemurahan hati pria itu, tapi Suzy benar-benar tidak ingin berurusan dengan pria yang dikenal Myungsoo karena Myungsoo akan selalu mengancam dirinya untuk bersikap baik pada mereka. Terkadang Suzy ingin sekali berteriak di wajah pria itu agar tidak perlu mengatur hidupnya.

Ralat.

Mungkin hanya Suzy yang terlalu berlebihan menganggap perilaku pria itu terlihat mendiktenya. Mungkin juga Myungsoo pasti akan memandangnya kekanakan dan merepotkan. Suzy tahu, cinta yang dirasakannya untuk pria itu sudah membuat dirinya berubah posesif dan kekanakan.

"Hei, ada apa?"

Suzy berjengkit kaget seraya menoleh ke arah Sehun lalu menggelengkan kepalanya dengan memasang senyum kikuk. "Tidak ... Tidak ada apa-apa."

Sehun mengangguk mengerti. Mereka keluar dari kedai itu setelah membayar bil.

"Apa kau dijemput?"

Suzy menoleh cepat ke arah Sehun kemudian menggeleng pelan. "Ani."

"Jinja? Waeyo? Bukankah sudah sepatutnya seorang istri dijemput oleh suaminya. Kalian sedang bertengkar, ya?"

Suzy memundurkan tubuhnya sedikit dan menatap pria itu dengan kerutan samar di dahinya. "Ma-maksudmu?"

Sehun mendesah pelan. "Yaah, maksudku, kau dan Myungsoo sudah menikah dan seharusnya jika kau melewatkan makan malam, itu berarti kalian sedang ada masalah, geutchi? Apalagi kau menghabiskan waktu makan malammu di sini sampai tiga jam. Bukankah itu aneh."

Suzy mengerjap tanpa sadar. Ia tidak menyangka bahwa Sehun akan mengatakan hal itu dengan gamblang seperti perkataan aneh pria itu saat di dalam kedai.

Suzy memandang kedai yang tidak jauh darinya. Mengapa ia tidak menyadari jika waktu yang dihabiskannya bisa selama itu? Bisakah ia juga tidak menyadari perasaannya kepada Myungsoo agar ia tidak merasakan sakit lagi? Suzy menunduk dan tersenyum lirih. "Tapi tetap saja, aku hanyalah wanita bodoh yang terus mengharapkannya ..." batin Suzy.

December [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang