Chapter Empat | Diam-Diam Meski Luka

2.4K 356 15
                                    

-Special Song by U Sung Eun - Hidden Tears (Ost Ruler : Master Of The Mask)-

🖤🖤🖤

Suzy membuka kedua matanya perlahan, menggerakkan bola matanya sedikit kearah depan tepatnya pada pria yang sedang tidur di kasur yang berbeda dengannya.

Ini sudah seminggu pernikahannya dengan pria itu, namun tidak ada tanda-tanda kemajuan komunikasi mereka, bahkan hubungan yang Suzy harapkan saja sepertinya begitu sulit diraihnya.

Myungsoo terlalu sulit untuk diajak mengobrol meskipun itu sebentar. Selalu saja ada alasan dan kalimat yang menohok hatinya sebagai penolakan pria itu. Bagaimanapun kerasnya Suzy mendekati pria itu, selalu akan ada jarak yang tersisihkan diantara mereka.

Suzy bukan ingin membuat Myungsoo merasa semakin benci padanya, hanya saja Suzy benar-benar ingin memperbaiki kesalahannya, meskipun itu bukan kesalahannya.

Pernikahan itu dimulai dari kesepakatan orang tua mereka dan akhirnya menjadi keinginan terakhir dari orang tua Suzy sebelum meninggal. Bukankah permintaan terakhir dari orang yang sudah tiada patut dihormati, apalagi kalau itu adalah orang tua sendiri. Lalu di mana letak kesalahan Suzy?

Suzy memejamkan kedua matanya sejenak lalu kembali membukanya. Ia langsung bangun dari tidurnya dan memutuskan untuk membersihkan diri sebelum menyiapkan sarapan untuknya dan Myungsoo.

Ahh, sarapan untuk Myungsoo?

Suzy tersenyum kecut ketika pemikiran itu terlintas dibenaknya.

Berbeda dengan pria yang masih memeluk selimut di ranjang yang berdekatan dengan jendela kamar.

Myungsoo membuka kedua matanya perlahan saat mendengar suara air dari kamar mandi. Sudah seminggu kegiatan itu terjadi dan selama itu Myungsoo selalu terbangun.

Ia tidak tahu apakah itu karena memang terganggu atau menjadi hal baru untuknya, Myungsoo benar-benar tidak.

Myungsoo mendesah pendek, menarik sedikit tirai jendela dihadapannya untuk mengintip suasana di luar.

Salju sudah mulai kembali, desember sebentar lagi datang, tapi Myungsoo tidak menikmatinya dengan baik. Padahal setiap akhir tahun, Myungsoo selalu menggunakannya untuk menikmati hari sibuknya sebelum meliburkan diri untuk menyambut natal dan tahun baru. Tapi sekarang ada hal ya
ng berbeda dikehidupannya sekarang dan ia merasa tidak begitu nyaman dengan fakta itu.

Myungsoo lagi-lagi mendesah. Pikirannya sekarang sedang berkecamuk dan ia tidak tahu apa saja yang ia pikirkan. Hatinya juga bahkan terasa begitu panas, seolah ingin meninju seseorang sebagai pelampiasan.

"Aihs, wanita itu ..."

🖤🖤🖤

Setelah membersihkan diri dan kamar tidur, Suzy bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Meskipun mungkin nanti Myungsoo menolak lagi, ia tidak akan peduli. Setidaknya Suzy sudah melakukan tugasnya sebagai seorang istri.

Myungsoo tidak mempekerjakan seorang pelayan ataupun pembantu di rumah ini. Ibu mertuanya juga sudah mengusulkan adanya pembantu setidaknya bisa menemani Suzy juga agar tidak kesepian. Namun Myungsoo menolaknya, beralasan kalau sudah ada pria itu untuk menemaninya.

Nyatanya, selama seminggu ini, Suzy hanya menghabiskan waktunya di rumah sendirian, Myungsoo hanya pulang disaat pukul 1 malam dan langsung tidur, setelah itu pergi pukul 6. Jadi, tidak ada waktu untuk menemani Suzy.

Suzy menghela nafas. Mengingat bagaimana sikap dingin peia itu membuat mood Suzy dipagi hari menurun.

Suzy membuka pintu kulkas untuk mengambil persediaan bahan, namun isi kulkas itu sudah sedikit. Ia lupa kalau persediaan yang disiapkan ibu mertuanya hanya sedikit karena Myungsoo lebih suka menghabiskan waktu sarapan, makan siang, dan makan malam di luar. Jadi, selama seminggu itu Suzy tidak keluar untuk berbelanja.

Kepalanya terangkat dan menoleh kearah sumber suara ketukan sepatu dan lantai yang beradu. Tidak perlu menebak pemilikinya, karena Suzy sepertinya sudah sedikit hafal dengan aktivitas dipagi hari seorang Kim Myungsoo. "Opp- Kim Myungsoo!" panggil Sooji, meralat panggilannya sejenak ketika menyadari kesalahan kecilnya.

Myungsoo menoleh dengan wajah malasnya seraya bergumam kecil. Pria itu sudah siap untuk berangkat kerja dengan pakaian yang sudah rapi.

Suzy menelan salivanya dengan susah payah. Begitu kelu ketu mata tajam itu menatapnya dengan tajam dan tidak suka. "Aku.. Aku mau keluar sebentar membeli.."

"Pergi saja! Kau pikir aku itu ayahmu sampai harus kau beritahukan seperti itu. Cih!" potong Myungsoo cepat dan tidak suka. Ia langsung melongos pergi kearah pintu, membukanya dan keluar dari rumah tanpa mau menoleh lagi kearah Suzy.

Bahu Suzy langsung lemas dan tidak bersemangat memandang pintu yang baru saja menghilangkan punggung tegap pria itu.

Tidakkah seharusnya Myungsoo lebih baik diam saja jika memang tidak ingin tahu? Akan bagus jika Myungsoo hanya menatapnya tanpa mengeluarkan kalimat dengan nada ketus seperti itu.

"Eomma ... Appa ... Dwuajuseyo ..." lirihnya pelan.

🖤🖤🖤

Kim Myungsoo memberikan dokumen yang baru saja dibacanya pada pria yang mengikutinya dari belakang.

Ia sesekali membalas sapaan karyawan yang tidak sengaja berpapasan dengannya di koridor sampai akhirnya sampai di depan lift khusus atasan.

"Kim sajang-nim, pihak dari perusahaan HS Grup sudah sampai. Apakah kita perlu datang menyambutnya?" tanya Lee biseo di sampingnya.

Myungsoo terdiam sejenak kemudian menoleh pada Kyungso, sekretarisnya dari awal ia memulai bisnis. "Kau saja yang pergi. Bawa mereka langsung ke ruang rapat. Ada hal yang perlu aku selesaikan di kantor terlebih dulu."

Lee Kyungso mengangguk mengerti. "Ne, sajang-nim." Ia membungkuk hormat sebelum akhirnya meninggalkan Myungsoo.

🖤🖤🖤

Myungsoo membuka pintu ruangannya dan kembali menutupnya. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru tempat yang ada dalam ruangan itu dan akhirnya terpaku pada sosok wanita berambut blonde yang sedang duduk membelakanginya di sofa.

"Chukkae atas pernikahanmu, oppa," ucap wanita itu seraya bangkit dari duduknya. Membalikkan tubuhnya dan menatap sinis Myungsoo.

Myungsoo tidak membalas ucapan selamat itu selain melangkahkan kakinya kearah meja kerjanya lalu duduk di kursi singasananya.

Pria itu menatap wanita yang berdiri dengan dagu terangkat dan bermimik sombong dengan tatapan tajam yang dimiliki Myungsoo. "Kau tahu, kita sudah tidak punya hubungan apa pun lagi."

Go Hara mendengus pelan dan tersenyum terperangah. "Tapi aku tidak menerimanya, oppa. Bagaimana bisa kau memutuskanku dan memilih wanita sialan itu?"

Myungsoo menatap Hara dengan tatapan datar. "Lantas, apakah aku harus memilihmu? Ayahku enggan menatapmu dan ibuku tidak menerimamu meski kau berubah menjadi baik sekalipun. Bukankah percuma jika aku memperjuangkanmu tanpa restu orang tuaku?"

Hara mengepalkan tangannya menahan amarahnya. "Oppa, istri ataupun menantu adalah manusia, mereka bukan robot. Kau tidak bisa memaksa seseorang untuk menjadi apa yang kau inginkan, bahkan orang tuamu inginkan. Tapi aku berusaha, oppa. Aku sudah berusaha agar bisa menyamaimu dan diterima oleh orang tuamu, tidakkah seharusnya kau menemaniku sampai mereka menerimaku? Tidakkah seharusnya oppa berjuang juga?"

"Go Hara, aku bukan ingin menjadikanmu sebagai wanita yang begitu kejam dan tidak tahu diri. Tapi lihatlah aku sebelum kita berpisah saat itu, sudah banyak ku korbankan untukmu. Termasuk saat aku harus menerima kenyataan tentang kematian halmeoni karena pertengkaran yang terjadi antara aku dan ibuku untuk memperjuangkanmu. Aku hanya tidak ingin orang yang aku sayang pergi karena keegoisanku."

"Jadi ... Apakah aku bukan orang yang kau sayang itu, oppa?"

Myungsoo bungkam dan membuang muka, tidak berani menatap wajah cantik yang pernah menemaninya selama empat tahun lamanya.

To be continued...

Nih, aku next akhirnya.
Aku ngerjain chapter ini selama 5 hari dan baru kelar sekarang. Pikiranku ke BOF mulu, jadi ini susah nyusun idenya🤧 semoga kalian suka🤗 jangan lupa komentar dan vote kalian ya😚

December [COMPLETED]Where stories live. Discover now