Chapter Empatbelas | Berhenti Sejenak

2.6K 325 27
                                    

-Special Song by Kim Jae Hwan - If I Was (Ost VAGABOND)-

🖤🖤🖤

Myungsoo bangkit dari duduknya tanpa mau menanggapi perkataan Suzy. Ia membuang pandangan ke arah lain, yang penting tidak memandang wanita itu. "Itu ... makanlah, setelah itu minum obatmu dan istirahat." Myungsoo lalu bergegas keluar dari kamar setelah menyuruh Suzy untuk memakan makanan yang pria itu bawa.

Sedang wanita itu hanya senyum lirihnya setelah melihat bagaimana reaksi Myungsoo. "Apa sebegitu bencinya dirimu padaku? Jangan mendorongku semakin jauh, oppa ... Aku takut suatu saat hatiku mungkin tidak bisa menerimamu lagi sekalipun aku masih mencintaimu."

Suzy menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan air mata lagi karena sekarang sepertinya percuma saja menangisi nasibnya yang menyedihkan saat ini. Netranya bergerak ke arah nakas, memandang kosong nampan itu tanpa ada niat menyentuhnya. "Aku tidak ingin membencimu, oppa. Tapi jika aku sudah menyerah, apakah kau akan bahagia?"

🖤🖤🖤

Myungsoo menyimpan dengan kasar kertas yang dipegangnya sejak tadi di atas meja. Kedua tangannya mengusap wajahnya yang tampak kelelahan dan frustasi.

Sejak tadi ia sudah berusaha untuk tetap fokus dengan pekerjaannya, namun perkataan Suzy beberapa jam yang lalu membuatnya tidak bisa fokus. Rasanya seperti ada sesuatu yang menjanggal di hatinya namun ia tidak tahu itu apa. Suzy berhasil membuatnya kelimpungan dan seperti cacing kepanasan seharian ini akibat perkataan wanita itu.

Myungsoo bukan tidak ingin menjawab, tapi ia tidak bisa. Sulit rasanya mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada Suzy setelah berkali-kali menyakiti hati wanita itu. Ia malu, merasa bersalah, dan benar-benar merasa tidak pantas Suzy mencintainya. Ia bukan suami yang baik, yang bisa menjaga Suzy dengan baik dan penuh perhatian, memberinya kasih sayang layaknya seorang suami yang menyayangi istrinya, dan Myungsoo adalah pria pecundang yang pernah ada karena memilih menyembunyikan perasaannya yang sudah jelas jawabannya bahwa Suzy akan menerima perasaannya, sayang sekali Myungsoo memilih untuk bungkam.

Pria itu menarik nafas lalu menghembuskannya kasar. Ia memejamkan kedua matanya setelah menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Sepertinya ia harus mendingingkan pikirannya agar bisa mengontrol diri untuk tidak mengeluarkan emosi.

Puluhan menit telah berlalu. Suzy yang baru saja keluar dari kamar tampak celingak-celinguk mencari keberadaan Myungsoo. Keadaannya sudah membaik setelah istirahat dan rutin minum obat, pria itu benar-benar pandai merawat orang sakit dengan baik.

Langkah Suzy terhenti setelah berada di ruang tamu, melihat Myungsoo yang tampak tertidur di sofa membuat hatinya terenyuh dan sakit bersamaan. Ia memandang wajah pria itu dalam diam, menikmatinya untuk kesekian kalinya.

Mungkin saja, jika hatinya tidak menuntut untuk berhenti, Suzy akan tetap bersama pria itu di rumah ini. Tapi, untuk sekarang ia perlu menyembuhkan luka lainnya karena Suzy perlu pegangan untuk bertahan sekali lagi di masa depan. Apalagi, ada kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi setelah ini, seperti Myungsoo menceraikannya, mungkin.

Tungkainya bergerak pelan mendekati sofa, duduk di sofa single yang berdekatan dengan sofa yang di duduki pria itu. Ada keraguan dan rasa takut yang timbul di hatinya saat berniat membangunkan Myungsoo namun tertahan.

Kim Myungsoo tidak suka tidurnya diganggu, apalagi disaat pria itu kelelahan karena banyak bekerja. Tapi, Suzy juga tidak mungkin akan tinggal diam di rumah ini. Ia perlu ruang dan waktu sendiri untuk menerima perlahan keputusan Myungsoo, takut-takut pria itu menceraikannya di waktu yang tidak tepat.

December [COMPLETED]Where stories live. Discover now