Chapter Duabelas | Berusaha Untuk Tidak Mengakui

2.7K 335 18
                                    

-Special Song by Dokyum [Seventeen] - I Should've Firts (Ost The Great Seducer)-

🖤🖤🖤

"Bae Suzy!"

"Lepas! Lepaskan aku! Kim Myungsoo, lepaskan aku!"

Myungsoo melepaskan tangan wanita itu setelah menariknya masuk ke dalam ruang tamu dan melemparnya di atas sofa.

Suzy berusaha berdiri namun Myungsoo menahan bahunya agar tetap duduk serta tangan kiri Suzy yang dipegangnya dengan erat agar wanita itu tidak bisa mendorong tubuh pria itu.

"Kim Myungsoo, lepaskan aku!"

"Diam!"

Suzy tersentak ketika Myungsoo membentaknya dengan nada tinggi, bahkan ia bisa melihat dengan jelas tatapan dingin dan tajam itu seolah ingin mengulitinya hidup-hidup. Namun ia sadar, jika ketakutan terus menang dalam dirinya maka Myungsoo akan gencar terus menyakitinya secara batin.

Suzy berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Myungsoo meskipun rasa sakit dan panas di pergelangan tangannya semakin terasa. Bahkan penglihatannya tampak berembun karena berkaca-kaca ingin menangis.

Ahh, Bae Suzy terlalu lemah!

"Kumohon, lepaskan aku, oppa ... " pinta Suzy dengan nada memohon.

Myungsoo mengetatkan rahangnya melihat mata hazel itu yang tampak berkaca-kaca. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya kasar, menampik tangan Suzy lalu menjauh dari wanita itu. Ia mengusap wajahnya yang dilingkupi mimik suram dan frustasi.

Suzy duduk dengan kepala tertunduk, menyembunyikan wajahnya yang terlihat menahan tangis.  Ia ingin pulang, ia ingin ke rumah orang tuanya agar bisa menumpahkan semua yang Suzy pendam selama ini, ia ingin memeluk kakeknya, tapi rasanya begitu menyesakkan karena itu tidak akan bisa. Ia ingin mati saja rasanya.

"Jangan pernah berani meninggalkan rumah ini tanpa sepengetahuanku, arraso?!"

🖤🖤🖤

Apa bedanya gengsi dengan menutupi demi kebaikan? Gengsi itu rasa yang memilih kepentingan diri sediri daripada orang lain, lebih memilih menang sendiri dan memilih untuk bungkam akan perasaan, sedang menutupi demi kebaikan itu rasa yang seharusnya diungkapkan agar orang itu bisa tahu apa saja yang akan terjadi dan diubah oleh orang itu.

Tapi bagi Myungsoo, itu sama saja. Sama-sama memiliki risiko yang bisa saja merunyamkan keadaan.

Ia gengsi mengungkapkan isi hatinya pada wanita itu karena ia takut sesuatu hal akan terjadi pada Suzy. Ia menutupi sesuatu hal demi kebaikan wanita itu agar ketakutannya tidak jadi kenyataan, sekalipun Hara tidak lagi berada di Korea setelah mendapatkan semua keinginannya.

Myungsoo mengambil handuk kecil yang mulai kering di kening Suzy lalu menyimpannya dalam baskom kecil. Kemudian ia memandang wajah damai milik Suzy setelah setengah jam yang lalu tertidur di atas sofa. "Jika aku bisa mengubahnya atau ... setidaknya memiliki kesempatan kedua, maukah kau tetap bersamaku? Buat aku semakin terpukul akan hatimu agar aku memiliki kesadaran dan keberanian kalau aku ... mencintaimu," lirih Myungsoo. Tangannya bergerak pelan membelai rambut Suzy pelan dan lembut, selembut kapas lalu turun membelai pipi Suzy dengan ringan agar tidak membangunkan wanita itu. "Maaf untuk luka, rasa sakit, dan air mata yang kau tumpahkan itu, Zy. Kumohon ... Bertahanlah."

Myungsoo tidak akan berharap bahwa Suzy akan bertahan untuk satu atap dengannya, tapi ia hanya berharap lebih dan lebih agar Suzy bertahan dengan perasaan wanita itu untuknya. Ia tidak tahu apakah Suzy menyukainya atau tidak tapi sekalipun wanita itu tidak mencintainya, Myungsoo akan membuat wanita itu jatuh cinta padanya.

Kim Myungsoo tidak bisa menghentikan kebodohannya sekarang sekalipun ia sudah bisa memperlakukan Suzy dengan baik, hanya saja terkadang rasa gengsi itu yang mengalahkan keberaniannya untuk mengatakan perihal perasaannya pada wanita itu.

🖤🖤🖤

Suzy memandang kalender di nakas setelah membuka kedua matanya yang baru saja bangun dari tidur.

Desember sudah datang, hal-hal baru sudah ia rasakan, dan impian yang sejak dulu ia harapkan sudah terwujud. Tapi, meskipun bulan Desember membuatnya bisa mengenang masa indah natal ditahun sebelumnya dan sekarang sedang menyiapkan harapan baru lagi membuat Suzy mengubur semua keinginan-keinginan yang sudah ia susun dengan baik.

Ia hanya bisa menyapa bulan keberkahannya itu dan mengucapkan selamat datang. Tidak berani lagi untuk mengharapkan banyak hal di bulan yang seharusnya menjadi bulan kebahagiaannya, namun bukan lagi setelah kehidupannya berubah.

Suzy tidak bisa lagi menuliskan rentetan nomor berisi keinginan, harapan, dan kado istimewa untuk orang yang Suzy sayang. Ia tidak bisa lagi membangun pohon natal bersama sang kakek dan orang tuanya, serta kerabat keluarga lainnya yang bisa menyempatkan datang berkunjung di rumah kakek. Ia juga sudah tidak bisa menghabiskan waktu keluarga dan natal bersama di tahun ini karena semuanya sudah berubah.

"Aku merindukan kalian ... " ucap Suzy dengan lirih, menahan isakan agar tidak keluar. Kilasan kenangan itu membuatnya semakin tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun, ia berharap bisa menyusul dengan cepat orang tuanya di sana. "Eomma ... Appa ... Aku merindukan kalian ... Tidak ada lagi orang yang akan menemaniku menyambut natal. Tidak ada lagi orang yang akan memberikanku kado istimewa. Tidak ada lagi orang yang mau mengucapkan selamat natal untukku." Suzy seketika menangis, tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak menumpahkan cair bening yang kini berlomba-lomba untuk bercucuran. "Eomma-Appa, aku sendirian di sini. Tidak ada orang yang ingin menemaniku dan menyauangiku. Haraboeji sudah tidak menginginkanku lagi, mertuaku tidak bisa menemaniku karena terukurung di rumah ini, dan ... " Suzy menjeda kalimatnya saat pikirannya tertuju pada suaminya, Kim Myungsoo. "Suamiku tidak mencintaiku. Padahal, satu-satunya orang yang kuharapkan bisa menggantung harapanku padanya, dia akan membuatku bahagia. Saat kuberikan seluruh hati dan cintaku padanya, tidak sekalipun pria itu melihat isi hatiku. Aku tidak tahu harus melakukan seperti apa lagi agar dia tahu tentang perasaanku untuknya."

Tanpa Suzy sadari, Myungsoo yang berada di luar kamar tampak menyandarkan punggungnya pada daun pintu, memandang kosong sarapan Suzy yang baru saja ia buat.

Setelah mendengar bagaimana curahan hati wanita itu membuat Myungsoo semakin bersalah dan ingin segera memeluk wanita itu, mengucapkan kata maaf bermiliyaran kali dan mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada wanita itu. Tapi ia memilih untuk menyakiti dirinya sendiri dan bungkam akan perasaannya pada Suzy. Myungsoo tahu bahwa tindakannya ini adalah pengecut, tapi ia tidak ingin Suzy semakin tersiksa jika bersamanya, apalagi ia yakin rasa benci dalam diri Suzy untuknya pasti ada dan akan semakin besar.

Myungsoo tidak akan bisa memadamkan api yang kecil sekalipun karena ia enggan. Myungsoo ingin api itu tetap menyala dan berkobar, setelah itu akan perlahan habis tak tersisa kecuali rasa panas. Dan Myungsoo menunggu hal seperti itu pada Suzy, di mana wanita itu semakin hari semakin membencinya dan pergi darinya. "Aku tidak berharap ingin memiliki ragamu, tapi jika boleh, aku ingin memiliki hatimu sekalipun di masa depan aku yang akan menyesali diri dan perbuatanku saat ini."

To be continued

Tengah malem publish🤭
Ada yang baca nggak ya?🤨🤭
Seharusnya di sini udah ending, tapi nggak nemu ending sama sekali😁 jadi ya sudah, nambah chapter aja deh🤭
Maaf kalau part ini agak aneh, membingungkan dan banyak typo.

December [COMPLETED]Where stories live. Discover now