Chapter Sembilanbelas | Sepenggal Luka Lama

2.2K 276 17
                                    

-Special Song by Yuna Kim - To You (Ost Mother)-

🖤🖤🖤

Mentari sudah kembali menampakkan sinarnya yang mempesona. Penghuni bumi kembali melakukan aktivitas yang tertunda karena lelahnya beraktivitas seharian tanpa henti.

Suzy baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang begitu segar dan bugar setelah membersihkan diri. Ia melihat  Ah Rim yang masih tertidur pulas di atas ranjang karena semalaman wanita itu terus menangis, jam dua dini hari baru wanita itu bisa tertidur dengan nyenyak setelah menceritakan kehidupan yang dijalani wanita cantik dan manis itu.

Keadaan Ah Rim sebagai anak yatim piatu membuat dirinya ikut merasakan seperti apa kesakitan Ah Rim. Suzy juga merasakan bagaimana rasanya menjadi orang terlantar setelah kedua orang tuanya meninggalkan dirinya hanya sebatang kara. Itu membuat Suzy benar-benar melihat dirinya pada Ah Rim.

Tapi sekarang Suzy bersyukur karena orang yang diharapkannya sudah mengubah penderitaannya dengan kelegaan dan kebahagiaan. Sosok pria yang berstatus suaminya membuatnya bertahan sampai sekarang dan berkat ungkapan cinta itu membuat Suzy bisa merasakan nafas luar biasa ini.

Ah, berbicara tentang suaminya tidak akan pernah ada habisnya. Intinya, Myungsoo menjadi peran penting dalam nafas dan jantungnya yang masih berdetak dalam raganya. "Semoga lukamu disembuhkan oleh seseorang yang mencintaimu lebih dari dirimu sendiri," lirih Suzy, memandang wajah damai milih Ah Rim sejenak sebelum akhirnya keluar dari kamar menuju ruang tamu.

Saat tiba di ruang tamu, ia terperangah melihat dua pria dewasa yang saling berpelukan. Dua selimut kecil yang seharusnya menghangatkan tubuh mereka sudah terdampar jauh dari kaki dua pria itu. Suzy tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain menggelengkan kepalanya.

Semalam, dua pria dewasa itu beradu mulut layaknya musuhan tapi sekarang melihat mereka berpelukan seperti melihat teletubis. Suzy terkikik dengan pikirannya sendiri.

Tungkainya langsung berjalan ke arah dapur tanpa membangunkan dua pria itu. Lebih baik ia membuat sarapan sebelum mereka bangun dan bertengkar kembali.

Beberapa puluhan menit kemudian, Suzy selesai dengan pekerjaannya membuat sarapan sederhana dan saat itu pula Ah Rim datang dan menghampirinya.

"Se-selamat  pagi, eonnie. Mianhe, aku bangun kesiangan dan tidak membantumu menyiapkan sarapan."

Suzy menoleh sebentar ke arah wanita itu seraya mengibaskan satu tangannya yang tidak memegang apapun. "Gwaenchana. Duduklah, kita sarapan bersama."

Ah Rim menganggukkan kepalanya pelan dan memasang wajah malu karena Suzy memperlakukannya dengan sangat baik. "Oh iya, dua pria itu ... mereka ke mana?" tanyanya saat tidak melihat batang hidung dua pria dewasa yang semalam bertengkar tentang perizinan tinggal sementara di rumah ini.

Suzy hanya tersenyum jenaka. "Abaikan saja mereka. Lebih baik kamu habiskan sarapanmu saja karena kita berdua perlu energi extra untuk menghadapi dua pria itu."

"Ke-kenapa?"

Suzy hanya memasang senyum misteriusnya seraya menghitung mundur. Saat sudah mencapai angaka satu saat itu pulalah teriakan dari ruang tamu itu terdengar.

"Neo jugullae?!"

Ah Rim menghentikan kunyahannya saat mendengar teriakan itu. Ia lantas menoleh pada Suzy dengan sorot mata bingung.

"Mereka sudah bangun dan pastinya sekarang sedang bertengkar. Abaikan saja, nanti akan reda sendiri."

Ah Rim hanya menganggukkan kepalanya pelan tanpa menanggapi perkataan Suzy lagi meskipun ia penasaran dengan alasan mengapa mereka bertengkar.

December [COMPLETED]Where stories live. Discover now