Egois

37.9K 1.6K 9
                                    

Haii
Seperti biasa, kalau suka jangan lupa votenya💃
.
.
.
.

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore dan Revan yang baru saja sampai di rumahnya di sambut dengan gelak tawa sang buah hati yang sedang bermain di halaman belakang bersama neneknya. Tapi, bukan itu yang jadi tujuannya saat ini, tetapi Nadifah yang sengaja ia kunci di kamarnya. Ia rindu, sangat merindukannya walau baru beberapa jam yang lalu meninggalkan wanita itu.

Saat membuka kunci dan pintu kamar, tatapannya langsung jatuh pada seorang wanita yang sedang duduk memeluk kaki di depan pintu beranda kamar dan hanya memakai bathrob, tatapannya kosong lurus keluar pintu branda.

"Sayang, kamu lagi apa? Ga dingin duduk di sana? Ayo sini duduk di sofa" kata Revan sambil melangkah masuk menyimpan jas serta tas nya di meja.

Karna tak ada jawaban, Revan pun mendekati Nadifah dan menyentuh pundaknya.

"Yang.."

"Aku mau pulang, biarin aku pulang sama Rafa.." balas Nadifah dengan tangan yang menghindari sentuhan Revan.

"Gak! kamu sama Rafa ga boleh kemana mana tanpa seizin aku!" kata Revan tegas.

Sedetik kemudian Nadifah berdiri dari duduknya lalu berlari ke arah pintu kamar, tapi pintu itu ternyata sudah di kunci Revan. Nadifah pun berbalik menyerang Revan menggeledah mencari kunci pintu.

"MANA KUNCINYA! KELUARIN AKU DARI SINI, BRENGSEK!!"

Revan yang mulai jengah pun sontak mencengkram erat pergelangan tangan Nadifah, menyerat dan menghempaskan Nadifah ke atas ranjang hingga Revan kini berada di atas tubuh Nadifah yang berontak.

"Kamu ga akan bisa pergi dari sini Nadifah!" kata revan sarat akan ancaman, lalu sedetik kemudian Revan mencium Nadifah kasar dan ganas menyalurkan perasaanya.

Nadifah pun hanya bisa berontak menggelengkan kepalanya agar ciuman Revan terlepas. Dan berhasil. Ciuman Revan terlepas saat Nadifah nekat menggigit bibir bawah Revan hingga berdarah.

Nafas mereka masih memburu, tatapan tajam Revan pun kini menghunus tepat di bola mata Nadifah yang tanpa takut menatap tajam Revan balik menantang.

"Kamu egois Mas! KAMU BENER BENER EGOIS!!" teriak Nadifah tepat didepan wajah Revan. Tangannya masih di tahan Revan di atas kepalanya.

"Ini demi kebaikan kita Fah! Kamu, aku, dan Rafa!!"

"Demi kebaikan apa yang kamu maksud? Hah?!! Kamu kurung aku disini!! Kamu perkosa aku!! Aku bukan pelacur yang bisa kamu tidurin seenaknya Mas!!!" bentak Nadifah lagi, dan kini perkataanya membuat mata Revan kian menajam.

"Apa kamu bilang?! Pelacur?!! Jaga ucapan kamu Nadifah! Aku cuman ingin kita bahagia di sini!!" balas Revan tak kalah tajam pada Nadifah yang kini air matanya sudah mengalir.

"Bahagia apa yang kamu maksud Mas hiks hiks... Sadar.. Kita ga akan bisa seperti dulu lagi Mas hiks.." lirih Nadifah sendu, ia muak dengan semua kelakuan Revan yang seenaknya.

"Bisa, kita bisa Nadifah..."

"... Dua minggu lagi, kita menikah" lanjut Revan final. Ia pun berdiri melepaskan kukungan nya pada Nadifah. Sedangkan Nadifah hanya menggeleng tanda tak setuju.

"Gak! Aku ga mau! Aku ga sudi nikah lagi sama kamu Mas!"

"Aku ga minta persetujuan kamu, keputusanku sudah final. Kita menikah."

"Kamu bener bener egois Mas!! Apa tujuan kamu sebenarnya?..."

"...dulu kamu bilang mencintaiku, ga akan menduakanku tapi apa buktinya, kamu menceraikanku-" lanjut Nadifah menatap Revan tak percaya. Kini ia sudah duduk di pinggir ranjang dengan Revan di hadapanya.

"Itu kamu yang minta!" potong Revan ketus.

"Tapi kamu dengan mudahnya meng iya kan keinginanku, tanpa kamu tau aku hanya berontak, aku cuman pengen kamu ngerti aku ga mau di madu! Dan aku kira kamu akan memilihku dan melupakan niatan kamu, tapi apa yang aku dapat? Kamu lebih memilihnya, mana yang kamu bilang mencintaiku! mana janji kamu Mas!..."

"...Dan sekarang, setelah kamu tau dia ga bisa ngasih kamu keturunan, kamu dengan mudahnya ingin kembali padaku! dan kamu lebih ingin kembali padaku saat tau kini ada Rafa?! Kamu fikir aku wanita murahan? Dengan mudahnya kembali pada laki laki yang menyakitinya dulu, Mas?!!" jelas Nadifah panjang lebar, yang tentu saja menusuk dan menampar Revan dengan kata katanya.

Nadifah dan Revan masih saling berpandangan, semua unek uneknya sudah ia keluarkan pada Revan.

Tatapannya sendu penuh kekecewaan sedangkan tatapan Revan tajam namun sarat akan rasa bersalah. Semua yang di ucapkan Nadifah benar. Ia bersalah disini, sangat. Ia sudah mengecewakan orang yang di cintainya, jadi wajar jika kini yang ia terima adalah sebuah penolakan.

"Jawab Mas?!"

"Aku ga peduli! Itu hanya masalalu, aku akan memperbaikinya dimasa depan!" balas Revan yang langsung berlalu keluar kamar, tak lupa menguncinya.

Sedangkan Nadifah hanya bisa kembali menangis menutup wajahnya dengan kedua tangan. Revan benar benar egois, pikirnya.

.
.
.
.
.
.

Haiii seru ga?

Jang lupa vote nya ya 💃

Maaf kalau gaje, masih belajar😁

My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang