Cinta

33K 1.3K 58
                                    


Lanjut jangan??!

Jangan lupa
vote kalo suka sama ceritanya 😁

Dan jangan lupa komen kalo pengen next 😅
.
.
.
.
.
.

Nadifah pun beranjak berdiri menatap Revan sebentar lalu mulai berjalan pergi meninggalkan lelaki itu yang mematung di tempatnya.

Saat di rasa Nadifah sudah pergi meninggalkannya, tubuh Revan seketika merosot ke lantai. Ia duduk bersandar di lemari dengan wajah mengnengadah ke atas meresapi kesakitannya karna di tinggalkan lagi.

Dadanya sesak, hatinya sakit saat melihat Nadifah pergi. Ia ingin menahannya, tapi ia tak mau menggambil resiko dengan Nadifah yang akan mencoba bunuh diri lagi. Dia tau dia egois, tapi untuk kehilangan selamanya. Ia berfikir dua kali.

Matanya terpejam, air matanya pun kembali mengalir dengan lancang.
Hingga sebuah suara mengintruksinya.

"Diobatin dulu Mas tangannya"

Sontak Revan membuka matanya terbelalak. Di hadapannya kini wanita yang ia cintai, Nadifanya. Tapi bukannya dia sudah pergi, pikir Revan.

Nadifah duduk di hadapan Revan, mengambil tangan lelaki itu yang terluka dan ia simpan di pangkuannya. Nadifah pun membuka alat P3K yang tadi ia bawa dari luar dan mulai mengobati tangan Revan.

Sedangkan Revan hanya diam membisu memperhatikan kegiatan Nadifah yang telaten mengobati tangannya yang terluka.

"Jangan peduliin aku. Kalo kamu mau pergi, pergilah.." ucap Revan lirih dan pelan, ia masih menatap Nadifah yang serius dengan tangannya.

Nadifah diam tak menjawab. Revan pun menarik tangannya mencoba mencari perhatian Nadifah agar menjawab ucapannya.

"Diem Mas, lukanya harus di obatin" ujar Nadifah menatap mata revan yang menatapnya tak terbaca.

"Pergilah.." kata Revan pelan namun dalam.

Kembali Nadifah tak menghiraukan ucapan Revan, ia menarik tangan Revan dan mengobatinya lagi.

"Fah.." panggil Revan lembut dengan menarik lengannya.

Nadifah diam tidak bergerak, ia menunduk dalam, perlahan Revan melihat bahu wanita itu bergetar.

Dan sedetik kemudian, Nadifah memeluk Revan erat hingga Revan sedikit terdorong kebelakang. Mata Revan terbelalak kaget.

"Fah.."

"Maafin aku Mas hiks.. Hikss.. Maafin aku..." ucap Nadifah lirih, wajahnya ia benamkan di dada bidang Revan.

"Engga, aku yang harusnya minta maaf sama kamu. Aku udah berkali kali nyakitin kamu Fah.." kata Revan membalas pelukan Nadifah, ia pun menenggelamkan wajahanya di ceruk leher Nadifah.

"Aku minta maaf udah egois dan kasar sama kamu. Sekarang terserah kamu, kamu boleh pergi. Aku ga akan nahan lagi." ujar Revan lagi yang kini melepaskan pelukan Nadifah dan menatap mata wanita itu dalam.

Nadifah hanya diam membisu, mereka bertatapan dengan tatapan tak terbaca hingga Nadifah menggelengkan kepalanya lalu kembali memeluk Revan erat.

"Fah.. Aku cinta sama kamu, aku bener bener cinta sama kamu, aku ga mau nyakitin kamu lagi" lirih Revan sendu.

"A-aku juga.." balas Nadifah pelan, ia semakin menyembungikan wajahnya di dada bidang Revan.

Revan terkesiap.

"Kamu bilang apa?" tanya Revan mencoba melepaskan pelukan Nadifah namun wanita itu tak mau melepaskannya, ia hanya menggelengkan kepala malu.

"Aku mau kita sama sama lagi Fah.. Kamu mau?" tanya Revan lagi hati hati, ia takut Nadifah kembali menolaknya.

Nadifah pun melepaskan pelukannya dan tertunduk dalam lalu ia mengangguk malu.

Revan lagi lagi terkejut atas jawaban Nadifah, ia memegang kedua bahu Nadifah agar wanita itu melihatnya.

"Kamu serius?" tanya Revan antusias.

Nadifah pun menganggukan kepalanya dengan wajah yang merah, ia malu. Senyuman Revan sontak mengembang, ia memeluk Nadifah erat dan berkali kali mencium puncak kepala Nadifah.

"Makasih Fah, makasih udah mau percaya lagi sama aku" ujar Revan lega, Nadifah pun lagi lagi hanya menganggukan kepalanya.

"Kamu kok dari tadi cuman ngangguk aja?"

"A-aku malu Mas" cicit Nadifah pelan, mengerakan pelukannya pada Revan. Revan pun hanya terkekeh geli.

Hingga beberapa saat kemudian, Revan melepaskan pelukannya dan menatap mata Nadifah dalam. Mereka saling bertatapan dengan senyuman kebahagiaan yang tercetak di bibir masing-masing.

"Aku cinta sama kamu"

"Aku juga, Mas"

Revan tersenyum lebar, lalu perlahan ia mendekatkan bibirnya ke bibir pink Nadifah yang menggoda.

Beberapa saat mereka berciuman lembut sampai ciuman itu kini mulai kasar dan menuntut.

Revan mengangkat Nadifah ke atas ranjang tanpa melepaskan ciuman mereka.

Beberapa menit kemudian ciuman itu terlepas. Nafas Nadifah dan Revan memburu, tatapan mereka penuh cinta dan gairah yang sudah bergejolak.

Hingga Revan kembali menempelkan bibirnya dan perlahan membukan kancing baju Nadifah hingga mereka kini sama sama polos dan terjadilah hal yang seharusnya mereka tak lakukan karna mereka belum meresmikan hubungan.

⛄❄❄❄❄❄❄❄☔❄❄❄❄❄❄❄⛄

Pukul 07:00 pagi, Revan terbangun karna cahaya matahari yang keluar dari sela sela gordeng jendela menyilaukan matanya.

Saat masih menyesuaikan penglihatan, ia meraba tempat sebelahnya. Kosong.

Sontak Revan membuka matanya lebar, ia memgedarkan penglihatannya mencari Nadifah. Di rasa tak ada, ia pun memungut boxser yang tergeletak di ujung kasur dan memakainya.

"Fah!!"

"Nadifah!!"

Ia mencari Nadifah di kamar mandi namun kosong, ia pun bergegas keluar kamar menuruni tangga dengan cepat.

"FAH!!"

"NADIFAH!!" teriak Revan khawatir, ia takut Nadifah meninggalkannya. Ia takut kejadian semalam adalah salam perpisahan dari Nadifah. Otaknya tak bisa lagi berfikir jernih.

.
.
.
.
.
.
.

Lanjut jangan nih??

Kayaknya nadifah pergi deh😂

Jangan lupa vote nyaaaa😁

See you 😘

My Ex Husband Where stories live. Discover now