Ch. 11

2.7K 256 21
                                    

Chp. 11_____Gadis kecil yang tangguh_____

Kini aku sudah berada di tempat tergelap Kota Vanderweak, tempat yang menjadi pengasingan seluruh gelandangan. Sisi gelap pasti dimiliki oleh seluruh kota, tak terkecuali Ibu kota sekalipun.

Fina, gadis kecil ini kini membimbingku ke tempat tinggalnya. Dia sangat ingin berterima kasih padaku.

Di depan tumpukan batu dia berkata, "Kita sudah sampai tuan muda. "

Aku tak mengerti awal dia berkata begitu, hingga sebuah lubang besar tersembunyi di balik papan kayu.

"Apa ini rumahmu? " Tanyaku tanpa sengaja,seraya melirik kiri-kanan.

Dia terdiam untuk beberapa saat seraya menundukkan kepalanya dan meremas ujung bajunya, "I-itu memang benar. "

Aku sangat menyesal menanyakan hal tersebut.

Sesampainya didalam, seseorang berbaring disana. Wajah serta kulitnya terlihat sangat kering, hingga hampir semua tulang-tulang nya terlihat.

"Ibu, aku pulang. " Ucapnya seraya mencium kening wanita yang hampir menyisakan tulang saja.

"Maaf atas ketidaknyamanan nya tuan, tapi aku harus membasuh tubuh Ibuku terlebih dahulu. "

Sebenarnya aku tak ingin mengatakan ini, tetapi aku benar-benar ingin mengetahui situasinya.

"Apa Ayahmu tidak ada? Kemana dia? "

Dia langsung membuat terdiam lagi untuk beberapa saat, dan entah mengapa air matanya jatuh dengan sendirinya. Tentu saja itu membuatku panik, "Ap- apa aku salah bicara? Kumohon maaf atas perkataan tadi. "

Seraya mengusap air matanya, "Tidak.. ini tidak seperti yang anda pikirkan. Sebenarnya Ayahku sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu. "

"Aku sungguh minta maaf. Jika diperbolehkan, bisakah aku mengetahui situasinya? "

"Ayah merupakan petualang yang sangat hebat. Aku sangat bangga sebagai anaknya. Tetapi dia mati ketika menjalankan misi entah apa sebabnya. Seluruh harta kami dirampas oleh kelompok Kalajengking Merah, dan beberapa hari setelah perampokan itu Ibu jatuh sakit yang tak diketahui penyakitnya. Aku sekarang hanya dapat merawat Ibu yang sudah lumpuh tak berdaya. " Ungkapnya seraya mencoba menahan tangis.

Aku sungguh salut dengan gadis kecil ini. Siapa yang menyangka gadis kecil ini sangat tangguh dalam menjalankan hidupnya. Disisi lain aku ingin membantunya sampai selesai.

"Jika diperbolehkan lagi, bisakah aku melihat keadaan Ibumu? "

Dia memperbolehkan ku melihat kondisi Ibunya lebih dekat. Ketika aku melihatnya lebih detail, aku berkata, "Ini tak tampak seperti penyakit pada umumnya. Melainkan ini terlihat terkana sebuah Racun. "

Dia langsung kaget, "Racun?! "

"Ya.. sebelum itu aku ingin mengatakan ini. Ku harap seluruh pertanyaan mu itu kau simpan terlebih dahulu, dan tanyakanlah setelah aku menyelesaikan ini. "

Aku mengambil cincin ruang permata hitam di dalam sakuku. Seperti yang kuduga, Gadis itu langsung terkejut melihat itu.

Aku mengeluarkan sesuatu dari dalam cincin ruang ini. Sebuah pontion kecil yang berisi cairan putih bening.

Sebenarnya ini tak termasuk kategori pontion, karna cairan air dalam botol ini merupakan air suci dari Gereja, yang biasa digunakan untuk menghapus seluruh efek maupun racun dan kutukan. Tetapi aku tak tau namanya, jadi aku berpikir lebih mudah menamainya sama layaknya pontion pada umumnya. Apalagi cairan suci ini sangat banyak kudapatkan ketika merampok para bandit-bandit itu.

Sekai no Hīrō to Yūmeina Akuyaku ni Naru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang