Ch. 12

2.6K 251 11
                                    

Chp. 12_____Kehidupan penuh cahaya setelah berakhirnya gelap_____

( Fina Pov )

Fina Sailvan, itulah nama yang diberikan Ayah padaku. Aku terlahir di keluarga sederhana dengan Ayah dan Ibu yang selalu menyayangiku. Memiliki rambut biru secerah langit, disertai mata hijau layaknya dedaunan, sangat mirip dengan Ayah, hingga berbagai orang tau bahwa aku merupakan anaknya dengan mudah.

Ayah merupakan petualang biasa tanpa prestasi. Walaupun begitu dia tetap bersemangat menjalani setiap misi yang diambilnya. Ayah merupakan orang yang paling aku kagumi. Setiap pulang, dia selalu menceritakan berbagai aksi heroik yang baru saja dia alami, walaupun aku tau setengahnya itu kebohongan, tetapi aku sangat menyukai seluruh ceritanya.

Sedangkan Ibu hanya seorang pedagang biasa, tetapi dia tak pernah mengeluh akan kehidupan yang dijalaninya ini. Sungguh keluarga sempurna bagiku. Aku sangat bersyukur bisa terlahir di dunia indah ini.

Tetapi keindahan dunia ini perlahan dengan cepatnya lenyap bagaikan angin lalu.

Ketika aku berumur 4 tahun sebuah insiden terjadi. 2 Minggu sudah berlalu, dan Ayah yang tak kunjung pulang juga. Seketika salah satu karyawan dari Guild yang biasa Ayah kunjungi mendatangi rumahku dan memberitakan bahwa Ayah sudah terbunuh ketika menjalankan misinya.

Dengan memberikan lengan kiri sisa salah satu tubuhnya, Ayah diperkirakan dimakan oleh monster yang tak tau level ancamannya.

Aku sangat terkejut melihat lengan itu. Dengan lengan kasar dan telapak tangan yang lebar, aku benar-benar ingat bahwa itu merupakan tangan Ayah.

“In- Ini tidak mungkin. Ayah merupakan seorang petualang yang kuat? Kenapa..? Kenapa..? ” Gumam ku seraya mencoba menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

Disamping itu Ibu langsung terpukul menatap Ayah yang sudah tiada dengan memeluk sisa tubuhnya yang merupakan lengan kirinya itu.

Pikiranku kosong saking tak percaya akan apa yang baru saja diberitakan.

Beberapa bulan setelah ditemukan dan diklarifikasikan nya tangan Ayah, seluruh harta kami dirampas oleh kelompok Kalajengking Merah hingga kering.

Aku tak dapat berbuat apa-apa melihat para berandalan sampah ini mengambil seluruh harta yang ditinggalkan Ayah.

Ibu hanya diam, mencoba mengiklaskan seluruh seluruh harta yang dirampas di depan matanya.

Beberapa Minggu berlalu. Kondisi Ibu mendadak berubah dengan sendirinya. Perlahan kulitnya mengerut, rambutnya yang awalnya hijau mulai memudar menjadi putih, disertai dengan tubuhnya lumpuh tak berdaya.

Aku tak tau lagi akan bagaimana menerima seluruh ujian ini. Dengan tumpukan batu, aku mencoba berlindung disana dan merawat Ibu.

Untuk bertahan hidup aku terkadang harus mengemis dan mencuri untuk mengisi perut kosong ini. Disamping itu juga aku selalu dicaci oleh anak sebaya ku, dikucilkan, dan di-bully tanpa sebab.

Dunia ini sungguh tak adil. ’ Pemikiran ku seketika melihat kehidupan yang kujalani ini.

Sekelompok orang mendatangiku dan meminta 100 keping emas padaku, dengan alasan hutang Ayahku. Jika aku tak memberikan uang itu pada mereka, mereka semua akan menagkap dan menjual ku menjadi budak. Ini sangat tak manusiawi, tetapi memang inilah kehidupan yang diketahui kini.

Yang kuatlah yang akan berkuasa,
Dan yang lemah akan tersingkirkan,
Jadilah kuat dan kuasai semuanya,
Salahkan dirimu sendiri jika kau lemah.

Sekai no Hīrō to Yūmeina Akuyaku ni Naru Where stories live. Discover now