7. Kepedihan

398 8 0
                                    

Keesokan paginya, devit terbangun dari ranjang yang saat ini ia tidur. Melihat seorang wanita separuh baya sedang menaruh aroma terapi di sekitar sudut, dengan mata masih sayup-sayup.
"Bibi.." Suara parau.

Bergegaslah si bibi tersebut menghampiri tuan mudanya yang baru bangun tersebut.
"Iya tuan, anda sudah bangun. Apakah anda butuh sesuatu biar saya ambilkan, tuan jangan bergerak dulu. Tadi dokter sudah memeriksa keadaan tuan, tuan harus banyak istrirahat, karena sepertinya tuan kelelahan dan mengalami despresi berat." Ujar bibi.

"Terima kasih bi, maaf sudah merepotkan bibi. Bibi juga sudah jagain devit, terima kasih ya bi sudah mau ngerawat devit, sudah besar pun masih selalu ngerebotin bibi." Ujar devit merasa bersalah.

"Tuan devit sudah jadi tugas saya, apa lagi anda sudah ku anggap seperti anakku sendiri mana mungkin saya tega melihat anak saya menderita begini, sudah jadi kewajiban orang tua merawat dan menjaga anaknya." Penjelasan bibi aiko.

"Bibi selalu baik padaku, bi dimana shibi." Tanya devit.
"Dia sudah pergi dari semalam, shibi juga tidak pulang semalam, tuan apakah anda dalam masalah?. Apa yang terjadi pada anda yang membuat anda hingga seperti ini.? Sebenarnya saya di larang untuk menanyakan ini pada anda dulu tapi saya merasa sangat khawatir." Tanya bibi.

"Bi, apakah aku ini tidak pantas jadi seorang pria yang baik. Apakah aku harus jahat dan ikut dengan kebiasaan kakekku, ini seakan berat bagiku." Ujar devit ngelantur.

"Maaf tuan apa yang di maksud tuan ini ada hubungannya dengan nonna, maaf bibi tidak mengerti, jadi bertanya." Ujar bibi.

"Hemm... bi apakah shibi kembali ke rumah sakit." Tanya devit.
"Iya, dia bilang begitu."
"Syukurlah."
"Boleh bibi tanya, apakah terjadi sesuatu pada kalian."
"Iya bi."
"Apakah ini juga ada hubungannya dengan tuan tetua."

Devit menggelengkan kepala pelan, sambil mata dengan tatapan kosong. "Mungkin tidak ada hubungannya, ini kecelakaan yang terjadi pada kami. Semua itu adalah kesalahan kami, aku yang teledor tak bisa menjaganya dengan baik." Ujar devit yang merenung.

"Tuan jangan menyalakan dirimu sendiri, mungkin ini semua adalah ujian bagi perjalanan hidup anda yang sudah di takdir terbaik untuk anda, jadi jangan anda berputus asa dan selalu salahkan diri sendiri." Ujar sang bibi sambil menggenggam tangan devit, sambil tangan yang satu memegangi kepala devit.

"Aku sedang mencoba yang terbaik bi, tapi ini sangat berat bagiku. Bahkan ini yang paling berat bagiku, aku harus melakukan semua hal untuk mempertahankannya. Tapi aku tak sadar jika aku menahannya terlalu lama di sisiku, malah akan jadi musibah bagi yah. Ku pikir aku bisa membahagiakan dia, tapi nyatanya... Aku selalu membuat ya menderita." Jelas devit tumpah sudah air mata devit yang tertahan selama ini.

Tak tega melihat devit, bibi aiko langsung memeluk putra angkat ya tersebut, yang sedang bersedih hati atas apa yang terjadi menimpahnya, menguras semua emosi yang tertahan selama ini.

Di rumah sakit...
Shibi membereskan perlengkapan makan untuk dita, jika dia bangun langsung ia suruh dita makan.
"Kim, kau pulang lah. Biar dita aku yang jaga, kau sudah semalaman disini." Ujar shibi.

"Lagi pula tak ada yang akan mencariku. Kau ini shi mau menang sendiri saja, kau pasti mau carmuk kan dengan dita." Seraya nada yang masih parau karena bangun tidur.

"Terserah kau lah..." Ujar bagas tak mau berdebat beraduh argument terlalu lama dengan kim.
"Ah kau ini nggak asik, tapi gimana cara yah untuk membicarakan dengan devit, soal zona nyaman yang akan kita bahas nanti."

"Kamu masih saja kepikiran hal seperti itu, kita tinggal katakan saja sejujurnya bereskan." Ujar shibi.
"Aaah kau ini. Selalu tak memberikan masukan yang baik, selalu membuat kata-kata yang membuat ku berfikir lebih keras. Aku menyesal menanyakan itu padamu, lebih baik aku berfikir sendiri." Ujar kim berjalan menujug jendela.

"Baiklah, fikirkan lah sendiri caranya. Aku mau keluar sebentar, jaga dita." Ujar shibi yang keluar ruagan dita saat ini.

Bersambung....

RABU 22 JULI 2020.

Adikku Adalah Istriku: Kaulah Wanitaku(TAMAT) (DALAM MASA REVISIAN)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt