116. Ada Harapan.

97 6 4
                                    

6 bulan kemudian...

Hari perayaan raya idul fitri dita merayaan tahun ini di rumah keluarganya di indonesia kerumah orang tuanya, sedangkan devit tak bisa ikut karena urusan lainnya dan dita juga melarang devit untuk ikut bersamanya.

"Nak kenapa hampir 7 tahun pernikanmu dengan nak devit, tapi kenapa emak tidak pernah mendengar kabar bahagia darimu." Ujar emak setelah sholat idul fitri, dan aku selesai bersalam-salaman dengan orang di rumah.

Kedua adikku belum datang, yang satu sudah berkeluarga dan yang satu kerja di luar kota. Jadi yang baru datang di rumah emak bapak cuman dita, emak menatap dita dengan seksama.

"Maksud emak?" Kebinggungan dita.
"Bapak juga pengen banget nimang cucu dari kamu, adikmu yang baru nikah setahun lalu sekarang sedang hamil, kenapa kamu yang menikah lama dengan nak devit kok tidak ada kabar apapun." Ujar bapak seraya mengelus kepala dita dengan lembut, dita hanya bisa tersenyum masam.

"Apakah devit menelantarkanmu." Tanya emak dengan mata penuh dengan pertanyaan.
"Mak pak, mas dev sangat sibuk hingga tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal itu." Ujar dita.
"Sesibuk apapun pasti ada saatnya dia pasti pulangkan." Ujar emak membuat dita menelan ludahnya.

"Besok ke rumah bibimu, coba kau tanyakan pada hanaya katanya dia bidan atau dokter ya emak lupa, coba aja kamu nanya, sapa tahu aja ada jalan keluarnya, kaya adek kamu tuh habis berobat di situ sama suaminya sudah langsung dapet." Ujar emak menyarankan dita cek up kandungan.

"Iya mak. InsyaAllah dita coba ke sana." Ujar dita seraya wajah khawtir jika keluarga tahu dita tidak bisa hamil karena kecelakaan 5 tahun lalu.

Keesokan paginya, dita mendatangi rumah bibinya yang agak jauh dari desa tempat tinggal dita dan keluarganya sekarang dita datang bersama selsa adik bungsunya yang baru datang. "Beneran kakak juga sekalian mau cek up, asik selsa akan punya ponakan lagi nih." Ujar selsa yang seneng sambil nyetir motor.

"Belum tentu sel itu akan terjadi." Ujar dita yang tidak yakin.
"Maksud kaka apa?" Kaget selsa dengan jawaban kakaknya.
"Aku khawatir harapanmu tidak sesuai kenyataan."
"Optimis ka-optimis, pasti Allah sedang menguji hamba-hambanya yang mau bersabar." Ujar selsa sambil menyetir sepeda motor.

Setengah perjalanan. "Kak una belum datang yah." Tanya selsa di selah-selah perjalanan.
"Mungkin sekarang sudah sampai rumah emak sel, tadi di telfon bilangnya sudah di jalan, kan kakakmu sekarang sedang berbandan dua." Ujar dita.

Sesampainya di rumah bibinya dita. "Assaalamualaikum..." kompak.
"Walaikumsalam..." seraya membuka pintu. "Eh-masuk-masuk, mana emak bapak kalian nggak datang bareng." Tanga bibi.
"Nanti nyusul bi, katanya nunggu una dan suaminya dulu." Jawab dita yang sambil bersalaman dengan paman dan bibi yah.
"Ouh begitu." Ujar bibinya, karena melihat kedatangan mereka bibi langsung memanggil anak sulungyah.

"Hanaya, ini ada mba dita dan selsa." Ujar bibi, karena bibi anak bungsu adek emak jadi anak-anaknya manggil mba walau hanaya lebih tua dari selsa.
"Mba dita~" terikan gadis bertubuh proposional itu dari anak tangga.
"Hanaya apa kabar." Seraya langsung memeluk hanaya.
"Baik ka."

Beberapa jam kemudian...
"Hanaya kamu kuliah jurusan apa?" Tanya dita penasaran.
"Dokter kandungan mba, nih hanaya lagi mau lanjut daftar S2 di luar kota mba, nanti habis liburan hari raya hanaya mau berangkat daftar." Ujar hanaya.

"Jadi kamu bisa Cek up kandungan dong." Ujar dita penasaran selama ini dita tak pernah tanya dokter kandungan manapun.
"Iya, bisa bangetlah mba mau priksa kandungan sekalian." Tanya hana.
"Iya, boleh deh."
"Baiklah, yuk keruang khusus praktek hana mba, lewat sini." Ujar hana.

Berjalan keruangan khusus praktek terlihat bebetapa alat medis khusus pengecekan kandungan dengan monitor uv x-rey untuk lihat kondisi dalam tubuh manusia.
"Baring di sini mba, hana siapin alatnya dulu yah, sebentar." Ujar hana. Dita langsung rebahan di ranjang.

"Okey kita lihat. Hemm~~. Kandungan mba baik-baik aja, tidak ada masalah sedikitpun. Memang ada apa mba, boleh aku tahu, mba sulit hamil yah. Maaf sebelumnya, jika hana bicara lancang." Ujar hana yang penasaran karena hana tahu dita lama menikah tapi belum juga punya anak, itu juga membuat hana khawatir dan turut sedih.

"Ngga apa-apa hana kok. Begini ceritanya, Aku pernah mengalami sebuah kecelakaan 5 tahun lalu saat itu aku sedang hamil jalan 4 bulan tapi gara-gara aku ceroboh aku terjatuh dan menyebabkan keguguran, semenjak saat itu suamiku tidak pernah mau lagi melakukannya, walau dia sangat ingin." Ujar dita yang memikirkan kejadian saat itu.

"Kok bisa gitu, terus suami mba nggak kesini." Kaget mendengar hal itu hana semakin penasaran dengan kehidupan rumah tangga dita.
"Suamiku sibuk, urusan kerjaannya di luar negeri." Jawab dita.
"Terus apa masalahnya, suami mba nggak mau melakukannya lagi. Apakah suami mba takut akan ke guguran mba lagi." Tanya hana yang semakin dibuat penasaran.

"Aku juga tidak memahimi sikap suamiku. Aku juga baru tahu jika kandunganku lemah dan tidak berfungsi selayaknya, jadi itu yang mambuat suamiku tidak mau melakukannya, jika dia memaksa untuk melakukannya denganku maka aku akan berakhir, kata begitu." Penjelasan dita membuat syok hana yang mendengarnya.

"Maksudnya kata BERAKHIR? Apa mba, ah- maaf hana kurang paham mba dengan kata itu." Semakin di buat binggung
"Meninggal~"
"Hah? Itu teori dari mana. Hana kok baru dengar hal semacam itu mba." Kaget hana.
"Aku nggak tahu hana, aku juga tidak mengerti."

"Siapa si dokternya, pasti dokter gadungan tuh. Pura-pura jadi dokter. Okey gini, kalo soal melakukan hubungan secara normal tidak masalah mba. Tapi jika di luar kewajaran seperti ada kekerasan dalam berhubungan mungkin saja itu akan terjadi, sekarang aku tanya sama mba, apakah selama ini suami mba saat melakukannya berbuat kasar sama mba." Tanya hana.

"Tidak, dia melakukannya dengan baik dan sangat lembut." Seingat dita.
"Terus masalahnya apa, sampai dia bisa bilang begitu sama keluarga pasien. YaAllah~ aku nggak mengerti itu teori macam apa. Kok aku jadi kesel banget ya mba, kalo aku tahu siapa tuh dokternya mungkin udah abis ku remes-remes deh." Kekesalan hana.

"Hana udahlah lagian dokternya dari luar negeri kok, sekarang aku bisa tenang karena aku sudah tahu, jika aku masih punya harapan." Ujar dita.
"Maaf mba hana Kesel banget. Mba nanti kalo suami mba ada, nanti tinggal kontek hana yah, nanti cek up kandungan sampai lahiran ke hana aja jangan dokter lainnya, takutnya ada dokter yang gadungan gak jelas kaya gitu lagi bikin down pasien."

"Kan belum jelas aku akan punya anak atau tidak hana, udah mikir lahiran segala lagi kamu ini ada-ada aja."
"Mba ucapan adalah doa, hana berdoa sama Allah semoga Allah segera memberikan momongan yang tampan dan cantik yang sholeh dan sholekah amiinyarobalalamin."
"Aamiin."

"Emang rencananya mba punya anak berapa."
"3 anak."
"Banyak banget mba, progam KB kan dua anak lebih baik mba."
"Tapi aku mau ya 3, kalo dikasih mah, tapi jika tidak memungkinkan 1 saja sudah cukup asalkan dia selalu ada buat ku."
"Dia? Suami mba."
"iya hana."

Bersambung.

Minggu, 8 Nov 2020

Adikku Adalah Istriku: Kaulah Wanitaku(TAMAT) (DALAM MASA REVISIAN)Where stories live. Discover now