53. Akhirnya Ketemu juga.

113 4 3
                                    

Pukul 16.00
Matahari mulai turun hamparan pasir di tepian mulai mengering terduduk sambil melihat lautan lepas, terdiam sambil menatap indahnya samudra yang biru tua, duduk lah dita yang menatap jauh ke lautan, sedangkan fi yang sekarang sedang membeli es krim buat dita, mereka berdua berada di pantai yang tidak jauh dari kampusnya.

"Non, ini es krimnya." Sambil memberikan.
"Makasih ka." Menerima se kap es krim.
"Apakah non sedang memikirkan master." Tanya fi duduk di sebelah dita.
"Hemm- kak fi, kenapa yah kakak-kakak ku selalu membohongi ku trio kuda putih itu selalu bilang kalo mereka baik-baik saja tapi~ , kenyataannya malah sebaliknya..." dita menghela nafasnya.

Fi tak bisa menjawab, lalu ia baru ingat jika tuan muda devit sudah tiba di indonesia hari ini, dan mungkin sudah sampai rumah. "Non, maaf sebelumnya. Bisakah kita pulang sekarang kita sudah lama disini." Ujar fi yang khawatir jika tuan mudanya menunggu lama.

"Emang kenapa? Dari tadi kakak fi juga gelisa, emang ada apa si ka." Tanya dita khawatir dengan fi.
"Hemm- anu non, itu- tuan muda devit." Ucapan fi terbatah-batah binggung mau menjelaskan bagaimana pada dita.

"Kenapa dengan mas dev, apakah?!..." terdiam sejenak.
"Terjadi sesuatu padanya, apa itu sangat buruk." Ujar dita yang panik dan sangat khawatir, takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan seperti bagas.

"Ah~ tidak-tidak-tidak, bukan itu, tidak terjadi apapun yang buruk dengam tuan muda hanya saja. Beliau sudah menunggu di rumah sekarang, tadi pagi beli----,..." belum sempat penjelasan fi sudah terpotong karena dita sudah berlari menujuh mobil, meninggalkan tas dan es krimnya.
"Non jangan lari-lari." Teriak fi panik, sambil mengambil tas dita.

Saat di dalam mobil dita menyuruh supirnya untuk segera berangkat. "Pak sukman cepat kita pulang sekarang juga." Dengan nada yang tidak sabar.
"Baik non." Jawab pak sukman dengan menyalakan mobilnya.
"Lebih cepat ya pak." Ujar dita mengebuh-gebuh.
"Iya non."

15 MENIT KEMUDIAN~~.

Keluar dari mobil dengan buru-buru, tapi dita tak menemukan sosok pria yang di cari. Kecewanya dita, mulai terdiam di depan pintu rumahnya dengan wajah cemberut.
"Mana ka, kok dia gak ada. Kakak bohongin dita ya." Ujar dita frustasi duluan.
"Ngga non mana berani saya~~," belum sempat selesai dari mulut fi.

Dita sudah melihat bayangan Devit sudah terlihat sambil menarik kopernya dari depan rumahnya, Devit yang fokus dengan jalannya itu tak sadar jika dita sedang menatapnya, terlukis kebahagian di wajah dita dengan senyuman melebar melihat sosok pria yang sangat ia rindukan.
Berlari menujuh pria di ujung jalan, tak bisa ia bendung lagi air matanya, hingga sampai tumpah sebelum jatuh.
Berlari menujuh pria yang sedang jalan tersebut, devit sudah menyadari dita sedang berlari menujuhnya.

"Aduh~" menangkap dita yang langsung melompat memeluk devit, mengalungkan tangan dengan erat ke lingkar leher devit.
"Mas-mas-,hik~hik. Mas, dita kangen mas, kenapa baru sekarang mas datang."
Devit tak bisa berkata-kata lagi, dia langsung menyambut dengan pelukan erat, seerat- eratnya.

Setelah dita tenang dan puas memeluk devit, melepaskan pelukannya. "Kah, ayo masuk. Kamu baru pulang kampuskan." Ujar devit sambil menghapus air mata dita yang selalu mengalir.
"Kenapa mas hik~ ngga hik~ nelfon dita hik ~ dulu sih hik~ kalo mas mau kesini hik~ setidaknya kabari dita hik~." Suara dita terputus-putus karena sesegukan nangis.

"Sengaja, mau bikin kejutan buat kamu." Sambil mengelus kepala dita.
"Benarkah hik~, wah jadi gitu hik~. Ayo masuk mas." Sambil menarik tangan devit.
"Tuan, selamat datang." Ujar fi sambil membungkukkan badannnya.

"Terimakasih fi, dan terimakasih juga kau telah menjaganya." Ujar devit.
"Sudah menjadi tugasku tuan, silakan masuk biar kopernya saya bawakan." Tawar fi.
"Tidak usah ini berat untukmu, biar ku bawa sendiri." Ujar devit.
"Ah baiklah tuan."

Sedangkan dita sudah di dalam rumah, berjalan menujuh dapur. "Mas dev sudah makan." Tanya dita.
"Belum~" ujar binggung devit karena dirinya masih kenyang.
"Kita makan diluar, dita belum sempat masak habis mas gak ngasih info kalo mas mau kesini, jadi dita belum siap-siap deh."

"Yuk, mau makan apa?" Tahu kalo dita pasti belum makan, jadi mengajaknya makan.
"Sate." Dengan semangat.
"Hahaha~ Masih suka sate."
"Masih dong itu si makanan favorit, apalagi dengan sate kambing enak. Ayo dita dah laper, dita tahu tempat yang paling enak makan sate, ayo mas cepat." Sambil menarik tangan devit.
"Iya sabar." Ujar devit karena rengekan dita.
"Ini tuan kuncinya." SupirNya langsung memberikan kunci mobilnya.

Bersambung....

Minggu 6 Sep 2020.

Adikku Adalah Istriku: Kaulah Wanitaku(TAMAT) (DALAM MASA REVISIAN)Onde histórias criam vida. Descubra agora